3D
4/5
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Drama
Fairy Tale
Family
Fantasy
feminism
Hollywood
IMAX
Musical
Oscar 2018
Pop-Corn Movie
Princess
Remake
Romance
Socio-cultural
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Beauty and the Beast (2017)
Kesuksesan demi kesuksesan
komersial membuat Disney semakin semangat untuk meremake film-film animasi
klasiknya ke dalam format live action. Setelah Alice in Wonderland,
Maleficent, Cinderella, The Jungle Book, dan Pete’s Dragon, kini giliran salah satu film animasi Disney yang bahkan menjadi
satu-satunya film animasi Disney yang masuk nominasi Best Picture, Beauty and the Beast (BatB). Selain
versi Disney, dongeng klasik asal Perancis ini sebenarnya sudah punya beberapa
versi live action. Paling terakhir, versi Perancis sendiri yang diproduksi
tahun 2014 lalu dengan bintang Vincent Cassel dan Lea Seydoux. Namun brand ‘Disney’ dan sentuhan musikal
dari versi animasinya yang sudah menjadi karya klasik tersendiri tentu tetap
akan membuat penonton dari seluruh dunia, tak perduli golongan usia dan strata
sosialnya, penasaran. Naskah adaptasinya disusun oleh tim yang cukup
berpengalaman di masing-masing elemen, Evan Spiliotopoulous di genre fantasi (The Jungle Book 2, The Lion King 1 ½, Tarzan 2,
Cinderella III, The Little Mermaid: Ariel’s Beginning, Tinker Bell and the Lost Treasure, Hercules (2014), dan The
Huntsmen: Winter’s War) dan Stephen Chbosky di genre musikal (Rent dan The Perks of Being a Wallflower). Sementara bangku penyutradaraan
dipercayakan kepada Bill Condon yang dikenal lewat musikal Dreamgirls, The Twilight
Saga: Breaking Dawn Part 1 & 2, dan penulis naskah Chicago.
Tim utama yang sudah sangat
menjanjikan masih ditambah kehadiran aktris mantan Hermione Granger di franchise
Harry Potter, Emma Watson, Dan
Stevens, Luke Evans, Kevin Kline, Josh Gad, serta didukung nama-nama populer
seperti Ewan McGregor, Emma Thompson, Sir Ian McKellen, Stanley Tucci, dan Gugu
Mbatha-Raw. Sempat memilih jalan kontroversi dengan menggaungkan isu film
Disney pertama dengan karakter gay (mungkin maksudnya mengikuti trend yang
diusung oleh Moonlight), brand Disney
dan BatB terlalu kuat untuk menuai kesuksesan global.
Alkisah seorang pangeran
dikutuk menjadi makhluk monster buruk rupa karena mengusir seorang penyihir
yang sedang menyamar menjadi wanita miskin. Tak hanya Sang Pangeran tapi juga
karyawan-karyawan penghuni seisi istimewa yang dikutuk menjadi peralatan rumah
tangga. Hanya ada satu cara untuk mematahkan kutukan tersebut; harus ada seorang
gadis yang membuat sang pangeran jatuh cinta dan berbalas sebelum keping
mahkota mawar ajaib terakhir rontok. Dengan kutukan tambahan istana pangeran
yang dilupakan oleh rakyat sekitar, membuatnya mustahil untuk dipatahkan.
Hingga suatu ketika seorang pria tua tak sengaja memasuki istana dan memetik
salah satu bunga mawar di pekarangannya. Murka, Sang Pangeran buruk rupa
memenjarakan si pria tua.
Siapa sangka ternyata si
pria tua, Maurice, punya seorang putri gadis cantik kutu buku tapi dianggap
aneh oleh warga sekitar. Gadis bernama Belle ini lantas mencari keberadaan sang
ayah hingga istana Sang Pangeran. Berniat menggantikan sang ayah untuk dikurung
dalam penjara istana, Belle justru prihatin dengan kondisi Sang Pangeran
setelah mendengarkan cerita masa lalunya dari Lumière, Cogsworth, Mrs. Potts,
Chip, Madame Garderobe, Maestro Cadenza, dan perabotan rumah ‘hidup’ lainnya.
Perlahan Sang Pangeran melunak, apalagi Belle yang hobi membaca seolah klik
dengan koleksi perpustakaan Sang Pangeran. Belle pun melihat sesuatu yang lebih
mendalam dari tampilan fisik buruk rupa dari Sang Pangeran. Namun sebelum
kutukan sempat terpatahkan, konflik memuncak ketika Maurice meminta bantuan
pada Gaston, pemuda mantan prajurit yang rela melakukan apa saja demi menarik hati
Belle, dan seluruh warga desa untuk menyerang istana dan membebaskan Belle.
Secara garis besar memang
tak ada perubahan yang berarti dari versi animasinya. Namun ada cukup banyak
elemen yang dimasukkan untuk memperkaya serta mempertajam esensi utama yang sudah ada sekaligus
menyesuaikan dengan kondisi sosial maupun pola pikir masyarakat modern, mulai
tentang kondisi masyarakat yang suka ikut-ikutan dalam men-judge, woman
empowerment yang jauh lebih detail, misalnya penggambaran Belle yang seolah
meng-invent mesin cuci dan bagaimana ia menanggapi rayuan Gaston, hingga tema
‘there’s more than meets the eye’. Kesemuanya dikemas dalam sajian musikal yang
jauh lebih banyak ketimbang versi animasinya. Mungkin sedikit terlalu banyak (yang
mengakibatkan durasi ikut bertambah hingga total 129 menit) dan daya magisnya tak
sekuat atau sebesar versi animasi, tapi it has its own magic. Bagi saya
pribadi, ada dua nomor musikal yang paling berkesan. Be Our Guest yang jadi visual grandeur memanjakan mata dan Days in the Sun yang berhasil
mengaduk-aduk emosi saya.
Speaking of gay character
yang digembar-gemborkan, LeFou, to be honest cukup mengejutkan saya karena terasa cukup kentara, baik melalui gesture maupun lirik lagu (terutama Gaston yang menurut saya memuat metafora
menjurus ke arah ‘tersebut’), kendati tak sampai terang-terangan juga. Tak
perlu diributkan lebih lanjut karena menurut saya penggambarannya cukup halus,
tak sampai eksplisit, dan masih tergolong aman untuk konsumsi seluruh anggota
keluarga dari berbagai golongan usia.
Emma Watson adalah pilihan
yang paling sempurna untuk merepresentasi sosok Belle; cerdas, berani,
independen, tapi tetap lembut. Chemistry yang dibangun dengan Dan Stevens pun
sangat meyakinkan dan melalui proses yang convincing. Stevens sendiri tak
mengecewakan sebagai Beast, terutama berkat turnover character dan character’s
depth yang ditampilkan dengan mulus namun kentara jelas. Luke Evans pun
menghidupkan sosok Gaston dengan begitu luwes tanpa terkesan dibuat-buat.
Sementara Kevin Kline sebagai Maurice, Josh Gad sebagai LeFou, serta Ewan
McGregor, Emma Thompson, Sir Ian McKellen, Stanley Tucci, Gugu Mbatha-Raw,
Nathan Mack, dan Audra McDonald, memberikan warna yang benar-benar hidup dalam
arti sesungguhnya sebagai perkakas-perkakas ‘hidup’.
Urusan teknis, Disney tentu
mengerahkan segala sumber daya terbaik untuk menghidupkannya. Mulai
sinematografi Tobias A. Schliessler yang seolah tahu betul bagaimana membuat
tiap frame tampak begitu mengagumkan, cantik, megah, efektif dalam bercerita,
sekaligus berdaya magis. Editing Virginia Katz pun cukup mampu membuat tiap
transisi menjadi kesatuan yang padu dan berkesinambungan sekaligus menetapkan
pace yang pas untuk momen-momen spektakuler dan emosionalnya. Desain produksi
Sarah Greenwood beserta tim artistiknya memperkuat kemagisan dengan tampilan
set dan kostum yang identik dengan versi animasi tapi tetap punya ciri khas-nya
sendiri. Scoring Alan Menken pun demikian. Begitu kuat dan megah untuk
mengiringi setiap momennya. Lagu-lagu baru pun masih pada nuansa yang sejalan dengan
lagu-lagu asli dan cukup memorable untuk jangka waktu yang lama. Jika Anda
merasa kurang ‘klik’ dengan theme song yang dibawakan John Legend dan Ariana
Grande, Celine Dion kembali dengan membawakan nomor baru berjudul How Does a Moment Last Forever, serta
Josh Groban yang menyumbangkan suara untuk Evermore,
mengiringi kredit titel.
Format IMAX 3D adalah
pilihan terbaik untuk menikmati BatB. Selain aspect ratio khusus (1.90:1) yang
lebih full ketimbang format layar reguler (2.35:1), versi 3D juga menawarkan
kelebihan-kelebihan, seperti depth of field yang layak, serta beberapa adegan
yang seolah sengaja dibuat demi memamerkan pop-out gimmick yang maksimal. Sound
mixing IMAX pun terdengar maksimal. Jernih, crispy, megah, sekaligus dahsyat,
terpompa dengan pembagian kanal surround yang kentara.
BatB versi live action
tentu sajian Disney yang pantang dilewatkan begitu saja bersama seluruh anggota
keluarga. Bagi yang pernah menyaksikan versi animasinya, BatB versi live action
membangkitkan kembali memori sekaligus daya magis. Sementara bagi penonton
baru, BatB versi live action ini akan memukau Anda dengan plotnya yang punya
relevansi kuat seiring kondisi jaman saat ini sekaligus daya magis lewat visual
dan nomor-nomor musikalnya. A-must-see for everyone.
Lihat data film ini di IMDb.The 90th Academy Awards Nominee for:
- Best Achievement in Costume Design - Jacqueline Durran
- Best Achievement in Production Design - Sarah Greenwood & Katie Spencer