3/5
Action
Adventure
Asia
Crime
cyber
Friendship
Futuristic
murder
Mystery
Pop-Corn Movie
SciFi
South Korea
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Fabricated City
[조작된 도시]
Varian genre sinema Korea Selatan semakin beragam seiring
dengan perkembangan dan penghasilan film-film mereka yang memang signfikan.
Bahkan termasuk genre sci-fi yang punya tingkat kerumitan sekaligus kesulitan
teknis sehingga sebisa mungkin dihindari sinema-sinema non-Hollywood. Korea
Selatan seolah membuktikan level kapasitas mereka kepada penonton dunia. Fabricated City (FC) yang disutradarai
sekaligus ditulis naskahnya oleh Park Kwang-hyun (dikenal lewat adaptasi drama
panggung Welcome to Dongmakgol – 2005
yang sukses besar secara komersial maupun oleh kritik), mencoba menggabungkan
tema investigasi pembunuhan, kritik sosial terhadap hukum dan persepsi
masyarakat, dengan kecanggihan teknologi cyber. Menggandeng aktor K-drama muda
(populer lewat Smile Again), Ji
Chang-wook, bintang Miss Granny, Shim
Eun-kyung, dan Oh Jung-se (The King of
Pigs, How to Use Guys with Secret
Tips, dan Petty Romance), FC
berhasil melewati angka satu juta penonton di weekend pembukaannya. Di
Indonesia FC diimpor oleh CBI Pictures (sebelumnya bernama Jive!) dan tayang
mulai 1 Maret 2017 di bioskop-bioskop non-XXI Indonesia.
Di kehidupan nyata Kwon Yoo termasuk pemuda pengangguran yang
lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar komputer bermain game online.
Namun di dunia virtual ia termasuk pemain top. Suatu ketika ia mendapatkan
telepon dari seorang gadis yang minta tolong untuk mengantarkan telepon
selulernya yang tertinggal di warnet. Tak ada yang mencurigakan ketika ia
mengantarnya langsung ke rumah si gadis. Namun keesokan harinya ia tiba-tiba
diringkus polisi atas tuduhan pembunuhan dan pencabulan terhadap gadis yang ia
tolong semalam sebelumnya. Sementara sang ibu berusaha keras mencari kebenaran
atas dirinya, Kwon Yoo meringkuk di penjara dengan perlakuan bully dari berbagai
penjahat kelas kakap. Salah satunya Ma Deok-soo. Ketika mendapatkan kabar duka
dari seseorang yang mengaku pengacaranya, Min Chun-sang, Kwon Yoo bertekad
kabur untuk mencari kebenaran sekaligus membersihkan nama baiknya dari segala
tuduhan. Dengan bantuan teman-teman cyber-nya, Yeo-Wool alias Mr. Hairy dan
Demolition, Kwon Yoo mulai melacak siapa di balik pembunuhan yang dituduhkan
kepadanya. Konsekuensinya, Kwon Yoo tak hanya dikejar-kejar pihak berwenang,
tapi juga pelaku sebenarnya yang ternyata juga melakukan modus pembunuhan
serupa dan mengkambing-hitamkan pihak lain.
Dari layer teratas, FC tampak seperti kebanyakan film thriller
investigasi, let’s say macam The Fugitive.
Namun yang menjadikannya menarik adalah bumbu sci-fi dengan melibatkan visualisasi
dunia cyber yang sophisticated. Sayangnya, FC lebih fokus untuk menghadirkan
rangkaian non-stop action yang awalnya seru dan digarap dengan tension-building
skill yang baik. Lama-kelamaan terasa over-the-top hingga pada satu titik makin
melelahkan tanpa perkembangan yang cukup signifikan. Memang ada sindiran
sosial, terutama soal bagaimana masyarakat dengan mudah mencemooh tersangka
kejahatan sebelum dijatuhi vonis resmi dari pengadilan (well, remind me of what
One Way Trip, to be honest) tapi ditampilkan
sekedar sebagai elemen pendukung, bukan fokus utama.
Satu per satu ‘amunisi’ adegan kekerasan diumbar di hampir
sepanjang film. Mulai kejar-kejaran dengan mengorbankan puluhan mobil hingga
yang menjurus ke arah gore kendati tak sepenuhnya tampil on-screen secara
vulgar. Tiga perempat dari durasi total yang mencapai dua jam 126 menit,
penonton disuguhi adegan aksi tanpa henti, tanpa ampun, dan tanpa motivasi
pelaku yang jelas. For a moment, saya sempat mengira ‘oh, it’s just another
psychotic act seperti Joker di The Dark
Knight (literally, bahkan ada adegan yang sangat mengingatkan akan salah
satu adegan iconic dari TDKR!). Baru menjelang akhir ada sedikit twist yang
akhirnya menjelaskan motif sekaligus cara kerja si pelaku, yang ternyata
menjelaskan pula makna harafiah dari judul Fabricated
City. Bukan twist yang benar-benar baru, rumit, ataupun mind-blowing, tapi
bagi saya tetap merupakan konsep yang sebenarnya menarik untuk diangkat.
Beban karakter (baca: jagoan) utama, Kwon Yoo, dibawakan oleh Ji
Chang-wook dengan kharisma yang lebih dari cukup. Memang tak ada momen yang
benar-benar berhasil menggerakkan hati saya (film memang tak memberikan ruang
lebih untuk ini), tapi setidaknya lebih dari cukup sesuai kebutuhan konsep
film. Shim Eun-Kyung sebagai Yeo-Wool dan Ahn Jae-Hong sebagai Demolition cukup
noticeable tanpa porsi yang membuat mereka mendapatakn simpati lebih dari
penonton. Oh Jung-se menghidupkan karakter Min Chun-Sang yang misterius dengan
kharisma yang cukup kuat pun juga remarkable.
Sinematografi Nam Dong-geun dengan camera work yang dinamis
tapi tetap nyaman untuk diikuti mampu memberikan energi dan tensi yang sesuai
dengan konsep film. Pun juga editing Kim Jin-oh yang makin mempertegas konsep
adrenaline-rush, kendati harus mengorbankan potensi emosional di beberapa momen
demi menjaga pace cerita. Begitu pula Score music dari Kim Tae-sung yang
menambah tensi non-stop action a la Hollywood blockbuster. Sound mixing
memberikan detail yang cukup sekaligus pembagian kanal surround yang terdengar
kedalamannya di beberapa momen.
Mencoba menggabungkan investigation thriller, hi-tech sci-fi,
sindiran sosial, dan action blockbuster, FC mungkin tak hadir sepenuhnya
seimbang. Namun dengan kemasan non-stop over-the-top action, setidaknya mampu
menjadi hiburan eye-candy yang seru dan sesekali berhasil membuat saya tergelak
dari kursi maupun memalingkan pandangan. Sempat bikin lelah di satu titik, tapi
revealing twist di akhir sangat layak untuk disimak.
Lihat data film ini di IMDb.