The Jose State of Mind
The Jose State of Mind
The Jose State of Mind
VOD Streaming Service:
A Substitute or a Complement
on How People Watching Movies?
How come people enjoy streaming movies to the max?
Sebagai seorang moviegoers sejak kecil, bioskop dan
home video selalu menjadi pilihan utama saya untuk menonton film. Bioskop
sebagai format yang menawarkan pengalaman terbaik dalam menikmati film, yang
sampai sekarang pun masih menjadi tujuan pembuatan film yang utama. Teknis-teknis
pembuatan film termaksimal dimaksudkan untuk bisa dinikmati di layar bioskop
dengan fasilitas mumpuni. Sementara home video menjadi alternatif ketika suatu
film tak dirilis di bioskop lokal atau koleksi untuk binge-watch film-film
paling favorit kapan saja. Apalagi dengan dukungan perangkat home theatre yang
cukup mendukung (setidaknya ada LCD 42" dan tata suara 5.1). Meski tak
sedahsyat di bioskop, tetapi tetap terasa maksimal dengan perbandingan ukuran
ruangan. Channel khusus movie di TV berbayar pun tak pernah membuat saya
berpikir untuk berlangganan, karena toh kebanyakan sudah saya tonton di
bioskop. Yang belum ditonton pun saya lebih memilih format DVD karena faktor
fleksibelitas waktu. Dua pilihan format ini saya pegang teguh bahkan setelah era
digital dimana film-film bisa dinikmati secara streaming ataupun digital
download.
Saya sebenarnya sempat tak paham bagaimana orang
bisa menikmati film secara streaming atau digital download di layar sekecil
laptop atau bahkan tablet/smartphone. Belum lagi faktor kecepatan internet di
Indonesia yang masih sering membuat acara streaming tersendat-sendat. Bagi
saya, ini semua sangat mempengaruhi mood nonton. Well, digital download baru
saya lirik ketika tertarik nonton film yang tak dirilis di bioskop lokal dan
juga belum rilis DVD di sini (sedih, makin ke sini makin jarang film-film
favorit rilis di format DVD). Jika suka dan merasa perlu koleksi, baru beli DVD
atau BD. Jika tidak suka atau biasa saja, tinggal hapus. Yang jelas, digital
download bagi saya bukan pilihan untuk mengkoleksi film (bayangkan punya
tumpukan hard disk, bukannya box bercover DVD yang keren-keren. Big NO! NO!).
Sementara VOD streaming service? Pernah sih coba iseng-iseng download
aplikasi dan register karena masih gratis. Salah satunya HOOQ (anyway, saya
sarankan untuk membandingkan kecenderungan koleksi tiap layanan dengan
preferensi pribadi sebelum memutuskan berlangganan yang mana. As to me, I'd
prefer HOOQ yang merupakan layanan VOD premium pertama di Asia dengan dukungan penuh dari Sony Pictures Entertainment, Warner Bros., dan Singtel). Dibandingkan layanan sejenis lainnya, koleksinya boleh juga,
range variannya sangat lebar, dan kualitasnya pun oke. Namun saat itu saya
belum menemukan alasan untuk terus berlangganan. Semua fasilitas untuk
menikmati film secara 'layak' (setidaknya menurut opini saya pribadi) masih
memadai.
Momen-momen 'menunggu'
Pandangan saya berubah ketika saya pindah ke
Jakarta untuk bekerja. Agenda nonton film di bioskop masih tetap menjadi
prioritas utama, tapi tak ada home theatre. Hanya ada seperangkat komputer
untuk menonton film-film yang tidak tayang di bioskop nasional. Ditambah 'gaya
hidup' di ibukota yang sama sekali berbeda. Ada sangat banyak waktu 'menunggu'
yang sayang jika dihabiskan hanya untuk berdiam diri. Menunggu bus transjakarta
tiba, menunggu selama berada di dalam bus yang minimal menghabiskan waktu
sekitar satu jam. Bahkan ketika saya sudah berangkat lebih awal agar tidak
terlambat meeting, saya masih punya waktu untuk menunggu klien atau vendor
tiba. In these cases, iseng-iseng streaming film lewat HOOQ ternyata kinda
addictive. Saya yang sebelumnya malas mengikuti serial karena alasan
availabilitas waktu pun akhirnya bisa mengisi waktu luang sembari 'menunggu'
untuk selalu update.
Obat Kangen
Lebih dari itu, layanan streaming macam HOOQ
ternyata punya peran dan fungsi lebih banyak daripada yang saya kira
sebelumnya. Misalnya ketika saya mengeksplor tempat-tempat di Jakarta yang
belum pernah saya kunjungi sebelumnya, seringkali membawa kenangan akan
film-film yang pernah menjadikannya lokasi syuting. Let's say kedai Filosofi
Kopi di Melawai yang terinspirasi dari film Filosofi Kopi. Sempat sedih karena salah satu film Indonesia favorit saya itu
tidak rilis dalam format home video. Ternyata exclusively available di HOOQ.
Begitu juga Surat dari Praha, Daun di Atas Bantal, Pasir Berbisik, dan banyak
lagi judul-judul lain yang sebelumnya saya tidak tahu bisa ditonton di mana.
Untuk film Hollywood, tidak perlu dipertanyakan lagi. Yang sempat bikin saya
kegirangan adalah My Girl dan My Girl 2 yang dibintangi Anna Clumsky. Somehow
it has brought me back to my childhood where those were representing sweet
romance for the first time to me. Untuk pertama kalinya akhirnya saya
memutuskan mulai berlangganan HOOQ. Money value pun menjadi pertimbangan
tersendiri. Tentu dengan harga harga IDR 49.500 perbulan sudah bisa mengakses
semua film di library HOOQ jauh lebih ekonomis ketimbang harus beli per film
seharga US$ 14.99-15.99 atau sewa seharga US$ 4.99-5.99 tapi dengan berbagai
keterbatasannya.
Akses library referensi tanpa batas
Ada satu lagi faedah HOOQ yang saya temukan secara
tak sengaja. Bekerja di bidang kreatif, khususnya audio visual production,
membuat saya perlu menyiapkan referensi-referensi untuk dipresentasikan ke
klien dan/atau menjelaskan ke tim divisi lain. Sebelumnya saya harus
mempersiapkan materi-materi referensi dengan mengunduh filmnya atau mencari
DVD-nya. Cara tersebut jelas memakan waktu tersendiri. Apalagi jika ketika
meeting atau diskusi tiba-tiba kami menemukan ide-ide baru. Browse filmnya di
HOOQ dan langsung memutarnya secara streaming jadi pilihan yang sangat efisien
dan efektif, bukan?
Kelebihan lain yang dimiliki HOOQ adalah terbukanya
akses untuk mendownload film yang diinginkan secara penuh terlebih dulu baru
diputar. Fitur ini jelas sangat bermanfaat untuk jaga-jaga ketika jaringan
internet sedang down san/atau untuk menghemat kuota internet. Tinggal download
ketika terkoneksi wi-fi di kantor, baru kemudian dinikmati dengan lancar ketika
perjalanan pulang dan berangkat kantor esok harinya. Oh how I love my new
choice of watching movies!
Bukan menggantikan, tapi melengkapi
So, yes. Akhirnya saya menemukan fungsi dan manfaat
berlangganan layanan streaming film, khususnya kelebihan-kelebihan fitur yang
ditawarkan HOOQ ketimbang layanan sejenis lainnya. Selain tentu saja range
varian library-nya yang patut diacungi jempol. Mulai Hollywood, Indonesia, anime Jepang, Bollywood, Eropa, Telugu, Thailand, sampai Filipina. Baru maupun klasik. Major
maupun indie. Film panjang maupun serial dan variety show. Bagi saya pribadi, memang tak
akan menggantikan pilihan menonton film di bioskop dan mengkoleksi versi home
video, tapi jelas melengkapi pilihan untuk kepentingan sehari-hari. Movies are
definitely becoming so much more to life. You should give it a try too.
Coba HOOQ sekarang di Google Play dan App Store.