Dog
Emosional
Tapi Krisis Identitas

Persahabatan manusia dan anjing termasuk salah satu yang paling sering diangkat. Dari yang punya target audience anak-anak seperti Lassie, My Dog Skip, dan A Dog's Purpose, hingga yang lebih dewasa seperti K9, Turner & Hooch, Hachiko, dan The Call of the Wild. Kebanyakan genrenya adalah drama atau komedi. Sesekali ada yang dikemas dengan tema-tema yang lebih serius seperti The Art of Racing in the Rain. Upaya yang terakhir ini yang dicoba sekali lagi diangkat oleh Channing Tatum, bekerja sama dengan rekannya di duologi Magic Mike (dan beberapa kali turut memproduseri film Tatum lainnya seperti White House Down, 22 Jump Street, dan Logan Lucky), Reid Carolin, dan dibantu asisten Tatum di bangku penulisan skenario, Brett Rodriguez, sebagai debut masing-masing. Judulnya sederhana saja, Dog. Konon Tatum mendedikasikan film ini untuk mendiang anjingnya yang meninggal dunia karena kanker, Lulu, sebagaimana nama anjing di film. Dijual sebagai drama komedi, termasuk lewat trailer-nya, tapi ternyata kemasan Dog jauh lebih kelam dari kelihatannya.

Jackson Briggs (Channing Tatum) adalah mantan Army ranger yang menderita PTSD dan sedang menunggu rotasi untuk dikirim ke Pakistan tapi tidak pernah disetujui karena kondisi kesehatannya. Saat rekannya, Riley Rodriguez, dikabarkan meninggal dunia, ia ditugaskan untuk mengantar anjing Belgian Malinois yang menjadi rekannya saat bertugas di militer, Lulu, tepat saat upacara pemakaman Riley di Nogales, Arizona. Rencananya setelah itu Lulu akan dieutanasia karena perilakunya yang dinilai terlalu agresif. Maka berangkatlah Briggs menyusuri Pantai Pasifik bersama Lulu. Dari yang agresif, Lulu perlahan mulai tunduk terhadap Briggs. Sementara PTSD Briggs justru semakin parah.


Dari premise yang dirilis secara resmi oleh studio MGM dan trailernya, Dog terlihat seperti drama komedi persahabatan manusia dan anjing yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga. Bahkan karakteristik komedinya terlihat tipe komikal. Namun siapa sangka ternyata ia memanggul beban yang cukup berat dan serius lewat tema yang diusung. Tema PTSD yang diidap Briggs ternyata lebih serius dan mengkhawatirkan dari yang diduga. Ini menjadikan vibe film menjadi lebih kelam dari drama-komedi persahabatan manusia dan anjing biasa. 

Namun seiring dengan berjalannya durasi, Dog seperti kebingungan menentukan identitasnya. Terlalu berat, kelam, dan serius untuk film bertema sejenis, sebaliknya dihiasi cukup banyak adegan-adegan komikal yang membuatnya terlalu 'receh' untuk film seserius itu. Alhasil adegan-adegan komedi yang dihadirkan yang seharusnya lucu tapi sulit untuk menggelitik syaraf tawa secara spontan. Vibe kelam dan serius sudah terlalu pekat meliputi film sejak awal sehingga (mungkin bagi beberapa penonton) tertahan untuk bisa mentertawakan upaya-upaya komedik-nya.

Selain dari itu biasanya film yang bisa menarik minat penonton untuk terus mengikutinya punya struktur dimana meletakkan goal utama yang menarik di babak pertama film. Dog termasuk yang gagal menetapkan goal tersebut. Dengan latar karakter utama yang mengidap PTSD dan anjing yang agresif seharusnya ia punya potensi untuk menjadi lebih dari sekadar road trip biasa jika dibumbui proses bonding yang jelas dan goal yang lebih kuat. Dog tidak menampilkan proses yang relevan dengan goal tersebut. Adegan-adegan yang ditampilkan seolah tidak memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan kedua karakter utama mau pun korelasi antara keduanya. Tiba-tiba saja keduanya menjadi saling memahami, yang untungnya divisualisasikan dengan baik sehingga masih bisa menyentuh emosional penonton (setidaknya bagi saya pribadi).


Tatum yang di awal karirnya seolah terkesan mengandalkan fisik semata, makin ke sini sebenarnya punya kualitas akting yang makin terasah. Namun tanpa bantuan yang cukup berarti dari aktor pendukung lainnya, Tatum terlihat kesulitan menemukan keseimbangan antara keseriusan dan komikal, baik dalam karakternya, maupun nuansa film yang dihadirkan lewat adegan-adegan yang dilakoninya. 

Dengan potensi yang sebenarnya bisa menjadi sajian yang lebih solid dan jauh lebih seimbang sekaligus membekas kuat dalam benak penonton, Dog harus menjadi sajian yang tanggung. Mungkin bagi beberapa penonton masih cukup terkesan oleh bagaimana ia menyentuh sisi emosional di adegan klimaks, tapi seharusnya sepanjang film bisa menjadi kesatuan yang sama berkesannya dan membekas lebih lama lagi dalam benak penonton. Sejauh ini, nikmati saja Dog apa adanya, setidaknya sebagai instant entertainment yang ringan.

Lihat data film ini di IMDb.

Diberdayakan oleh Blogger.