Refleksi 11 Tahun NoSkusi
Apa Kabar
Dunia Review Film
Indonesia?

Hai, apa kabar kalian? Semoga semua baik-baik saja ya.

Entah ada yang bertanya-tanya atau tidak, kabar gue baik-baik aja. Bagi yang kenal secara personal, mungkin sudah tahu sebenarnya gue masih aktif nonton film dan mereview film secara pendek lewat IG story pribadi gue; @vincentjose. Namun bagi yang sering mampir ke blog ini dan kecewa karena tidak menemukan update post terbaru, mohon maaf banget. Sebenarnya ada beberapa alasan yang membuat gue setidaknya dua tahun terakhir semakin malas untuk meneruskan blog review film ini. Selain kesibukan kerjaan sehari-hari di kala pandemi yang membuat saya harus berupaya berlipat-lipat untuk sekadar survive, tuntutan untuk selalu present dan update untuk sekadar seen, tak hanya di blog, tapi semua kanal:  YouTube channel, Instagram, Twitter, belum lagi sekarang ada kanal baru seperti Medium, membuat saya memilih untuk menyerah. Belum lagi iklim review film di Indonesia yang menurut gue semakin keruh dan tidak sehat. Kok bisa? Jadi begini...

Gue mencintai film sejak berusia balita (which means sejak awal era '90-an) dan baru berani menuliskan review film sesuai dengan pengalaman gue menonton film selama ini sejak Agustus 2011, ditandai dengan post pertama blog ini, mulai dari nama yang paling sederhana, The Jose Movie Review, hingga rebrand agar tak terlalu personal, NoSkusi - Nonton dan Diskusi). Sebenarnya sejak beberapa tahun sebelumnya saya sudah sering review film lewat fitur Note di Facebook dan awal-awal kejayaan Twitter. Gue senang sekali bisa bertemu dengan teman-teman baru sesama (benar-benar) pecinta film yang membuka ruang diskusi sehat tentang film, yang mampu memperluas wawasan dan cakrawala gue tentang film. Termasuk juga dengan praktisinya, mulai dari sutradara, penulis skenario, editor, aktor, hingga produser yang memberi banyak sekali wawasan tak hanya tentang film sebagai produk akhir, tapi juga bisnisnya secara keseluruhan. Iklim yang sehat dan suportif membuat saya semakin semangat untuk update review film dan juga diapresiasi secara sehat oleh para praktisinya. 

Sayang, iklim tersebut berubah 180 derajat seperti sekarang ini. Review film yang dulunya menjadi ruang diskusi sehat untuk mengapresiasi dan lebih memahami karya film, berubah drastis menjadi perlombaan popularitas dan engagement yang sayangnya dilakukan lewat adu makian. Entah siapa yang memulainya (sebenarnya gue tahu persis sih sejarahnya dan siapa-siapa saja 'pelaku'-nya, tapi lebih baik tidak gue jabarkan secara terperinci karena tujuan utama gue di sini bukan untuk menuduh dan menunjuk). Menemukan 'cacat' seolah perlahan dijadikan sebagai tolak ukur kecerdasan dalam menilai film. Semua orang seolah-olah entitled untuk memberikan pendapat dan penilaian tanpa harus menyertakan argumen yang konkret dan rasional. Parahnya, bagi general audience, konten makian berkedok kritik pedas ini malah menjadi hiburan tersendiri yang selalu ditunggu-tunggu. Tiap karya film yang dirilis posisinya sudah tereduksi menjadi sekadar calon sasaran empuk 'roasting' so-called content creator atau siswa yang harus dinilai. 

Padahal film adalah something personal, dibuat dengan pertimbangan yang tidak sedikit dan tidak mudah, dengan target audience yang beragam pula. Perlu pengalaman menganalisis secara mendalam dan dari berbagai aspek untuk benar-benar menilai sebuah film secara objektif. Itu lah sebabnya blog ini punya slogan "See movies as those are made as". Review film dewasa ini seolah-olah sudah menjadi penilaian dan kebenaran tunggal yang sayangnya, dipercaya oleh kebanyakan orang (netizen) tanpa memberikan ruang untuk sesuai dengan sasaran awalnya. Review film pun tak lagi menjadi sarana untuk saling berbagi wawasan dan edukasi ke pola pikir yang benar bagi audience-nya, tapi hanya sekadar rekomendasi mana yang bagus, mana yang jelek.

Jika ada yang menyanggah atau mempertanyakan, selalu ditangkis dengan dalih, 

"Ini kan pendapat gue, hak-hak gue, terserah menurut gue gimana. Kalau menurut lo nggak gitu, ya udah. Itu hak lo, suka-suka lo." 

Sirna sudah kesempatan berdiskusi sehat yang sebenarnya bisa saling memajukan pola pikir dalam memahami film dan bisnisnya. Parahnya, pada akhirnya terbentuk kubu-kubuan untuk saling serang khas netizen masa kini dan seolah menjadikan gue 'public enemy' di kalangan sinepil lokal.

Sorry, if I have to follow today's so-called cinephile custom just to be 'present' and seen by today's audience, I'd rather not. I just can't pretend doing something that I think is wrong and I don't want to sacrifice my love for movies just to step up the social ladder the wrong way (baca: pansos). 

I'm not that low. I still have more talent, skill, experiences, knowledge, and integrity not to lower my own self to that level.

Sungguh, kondisi seperti ini tak hanya membuat saya menjadi sedih, tapi juga semakin muak dan jengah dengan istilah 'cine-cine-an', akun film, review film, dan sejenisnya. Namun kecintaan gue terhadap film ternyata tidak bisa sirna begitu saja. Mungkin ini sudah saatnya gue level up, nggak lagi sekadar me-review film. Dengan bekal pengalaman dan ilmu yang gue dapat dari 'gaul' dengan orang-orang film, seharusnya sudah saatnya gue level-up menjadi bagian dari industrinya sendiri. I know I have the talent and the skill. I just have to be patient and sharp to see the opportunity to make my own stand in the industry. Gue masih membagikan pendapat gue secara pribadi lewat akun Twitter dan Instagram pribadi, juga masih berdiskusi sehat secara personal tentang film dengan beberapa orang yang untungnya punya kecintaan yang sama dan punya pola pikir yang sejalan.

Akun-akun film come and go, but I believe those who truly love movies by the heart will always remain. No matter how and to whom it's delivered. 

Ada beberapa orang di sekitar gue yang sampai sekarang terus-terusan memberikan semangat untuk melanjutkan NoSkusi yang menurut mereka punya konsep yang menarik dan berbeda dari akun-akun atau kanal sejenis. Gue pun sebenarnya sudah menyiapkan konsep yang sampai sekarang belum pernah ada di akun-akun film sejenis tapi membutuhkan effort dan waktu yang tidak sedikit untuk membuatnya menjadi konsisten. So for now, I guess gue masih akan terus membagikan review film pendek lewat Twitter dan Instagram pribadi, juga masih membuka diri untuk diskusi lebih panjang dan dalam tentang film dan bisnisnya secara personal, sampai saya punya cukup waktu dan 'freedom' lainnya untuk melanjutkan membangun NoSkusi. So until then, please follow my personal Instagram and Twitter if you're still waiting for my opinion for the movies I've seen or simply DM or reply me for further discussion. I'll always respond whenever I have the time. 

Create your own happy life, avoid any kind of negativity, stay healthy, and take care! ;)

Diberdayakan oleh Blogger.