3/5
Based on a Wattpad Writing
Based on Book
Comedy
Crime
Drama
Family
Indonesia
Romance
Teen
Dignitate:
Dignitate:
Pengembangan Tema Harga Diri
yang (Bisa Jadi) Melewati Batas Remaja
Wattpad masih menjadi sumber incaran production house Indonesia untuk diangkat ke layar lebar meski selama ini sebenarnya lebih sering yang flop ketimbang berhasil. Mungkin hanya Dear Nathan yang terbukti benar-benar sukses secara komersial sekaligus mendapatkan pujian sebagian kritikus. Persembahan terbaru MD Pictures adalah Dignitate yang ditulis oleh Hana Margaretha. Meski masih mengusung tema ‘klasik’ Wattped; seorang gadis yang jatuh cinta pada bad boy ganteng, setidaknya dengan adanya nama Fajar Nugros (Cinta di Saku Celana, Cinta Brontosaurus, seri Yo Wis Ben, Moammar Emka’s Jakarta Undercover, dan Terbang: Menembus Langit) di bangku sutradara sekaligus penyusun naskah adaptasi membuat kualitasnya (seharusnya) berada di atas rata-rata kebanyakan film adaptasi dari Wattpad. Di jajaran pemeran, ada nama Al Ghazali, Caitlin Halderman, Giorgino Abraham, dan Teuku Ryzki yang sudah populer di kalangan segmen-nya, yaitu remaja.
Sosok cowok ganteng tapi judes kali ini bernama Alfi. Tak hanya kepada sesama siswa cowok, Alfi juga kerap judes terhadap para siswi, termasuk yang selama ini memuja-muja ketampanannya. Meski demikian, seorang sahabat bernama Keenan memahami sifat asli Alfi yang sebenarnya baik hati. Adalah Alana, siswi pindahan yang didudukkan di sebelah Alfi dan tingkahnya kerap dianggap mengganggu oleh Alfi. Sebagaimana bisa diduga, perlahan Alfi semakin dekat dengan Alana sampai Alana berhasil membuat Alfi berjanji untuk menghormati semua perempuan, tak hanya dirinya tapi termasuk juga siswi-siswi yang selama ini memuja ketampanannya dan sering menjadi korban kejudesan Alfi. Amarah Alfi kembali muncul ketika mendapati bahwa Alana adalah mantan dari musuh bebuyutannya, Regan dan masih sering mengganggu Alana.
Kisah roman remaja seperti ini sebenarnya lebih enak diikuti jika memilih salah satu sudut pandang saja sehingga lebih mudah membuat penonton terasa dekat dan ketertarikan atas apa yang terjadi atau dirasakan oleh ‘pihak lawan’ terjaga sepanjang film. Resikonya film akan lebih terasa cenderung ke salah satu jenis kelamin penonton saja (meski lebih aman dari sudut pandang perempuan mengingat peminat film bergenre ini rata-rata adalah kaum hawa). Namun Dignitate rupanya memilih untuk bercerita lewat sudut pandang keduanya; Alfi dan Alana. Penonton diposisikan sebagai observer dari keduanya sehingga mungkin ‘formula-formula khas’ genrenya bisa membuat penonton yang sudah kelewat familiar menjadi jenuh. Well setidaknya chemistry antara Al dan Caitlin terasa manis dan hangat serta masih ada selipan humor-humor receh khas Nugros yang disampaikan lewat pemeran pendukung, seperti Teuku Ryzki dan cameo favorit Nugros, Arief Didu (Cak Jon di Yo Wis Ben) dan Erick Estrada (orang gila di Moammar Emka’s Jakarta Undercover) nyaris konsisten di sepanjang durasi. Penampilan Al yang selama ini dikritik terlalu kaku kali ini terasa lebih luwes. Bisa jadi karena karakternya yang judes dan keras memang cocok dengan perangai Al yang asli. Pun Caitlin mampu mengimbangi dengan tampil ‘menggemaskan’ sehingga tingkah ‘mengganggu’-nya tak begitu terasa mengganggu sama sekali. Justru berhasil menjadi salah satu elemen komedi tersendiri.
Konflik Dignitate rupanya tak hanya sekedar roman remaja semata. Istilah dignitate ternyata tak hanya sejauh yang digambarkan tagline-nya; Ketika Terlalu Gengsi Menyatakan Rasa, tapi dibawa jauh ke keluarga Alfi. Tak ada masalah sebenarnya jika porsinya masih terjaga baik. Sayangnya struktur yang disusun terasa punya turning point yang terlalu tajam; dari komedi romantis ke drama keluarga yang menurut saya, terlalu tragis untuk sajian remaja.
Dari seorang teman yang kebetulan membaca versi Wattpad (yang sudah dinovelkan)-nya, film Dignitate mengalami eskalasi yang cukup banyak dan menarik ketimbang novelnya yang melulu soal percintaan saja. Saya sebenarnya tak ada masalah dengan kisah roman remaja biasa dengan konflik formulaik selama punya chemistry yang ‘asyik’, plotnya dikembangkan dengan penataan baik, serta ‘bumbu-bumbu pendukung’ yang relevan dan menarik untuk dibahas, tapi bobotnya tidak boleh melebihi plot utama. Nah, film Dignitate memasukkan plot tambahan yang relevan dan menarik untuk dibahas, tapi pilihan ‘bumbu pendukung’-nya kelewat kelam untuk konsumsi remaja dan bobotnya jauh melebihi plot utamanya. Tak hanya memasukkan geng dengan unsur kekerasan yang di atas rata-rata untuk remaja, tapi juga melibatkan perkosaan (atau lebih tepatnya perdagangan wanita) dan bahkan tragedi dalam sebuah keluarga yang melibatkan hilangnya nyawa. Masih relevan sih dengan tema harga diri (dignity), tapi pengembangannya terasa terlalu melebar ke mana-mana. Bahkan terasa sedikit mengabaikan kemasan awalnya sebagai roman remaja ketika proses menyelesaikan konflik pamungkasnya. Bagi sebagian penonton (remaja) pilihan ini bisa jadi membuat film terasa lebih berbobot dan memperkuat hubungan antara Alfi dan Alana, karena di atas kertas seharusnya bisa menjadi demikian tapi jika dirasa-rasakan secara langsung, output-nya terasa berbeda.
Pilihan lagu untuk mengiringi adegan juga menjadi salah satu elemen penting untuk ‘menghanyutkan’ penonton. Sayangnya Dignitate belum berhasil membuat adegan-adegan pentingnya menjadi memorable. Penempatannya bahkan bisa dikatakan asal nyelonong seperti kebanyakan FTV untuk sekedar mengiringi adegan secara instan tanpa mampu menjadi sesuatu yang memorable. Sayang sekali.
Akhirnya Dignitate bisa jadi salah satu karya Fajar Nugros dengan pengembangan yang cukup idealis dari materi aslinya, tapi pilihannya kurang jitu untuk segmen penontonnya dan penggarapannya secara keseluruhan terasa serba tanggung. Tak buruk tapi juga masih jauh dari bagus dan belum cukup untuk menjadi berkesan. Namun tentu saja kesan tersebut bisa berbeda bagi tiap penonton. Bagaimana pun film adalah pengalaman personal. Tidak menutup kemungkinan Anda bisa jauh lebih terkesan dibandingkan saya. Bagaimana pun, saya tidak menyangkal bahwa Dignitate masih mampu menghibur lewat humor-humor receh khas Nugros sebagaimana di seri Yo Wis Ben. Jika Anda berhasil dibuat terpingkal-pingkal oleh guyonan di seri tersebut, maka tak ada salahnya mencoba Dignitate juga.
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.