5/5
Adventure
Awards winner
Based on Book
Christianity
Drama
History
Oscar 2017
religious
Spiritual
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Silence
Sejak lama saya percaya bahwa agama apa saja
awalnya disebarkan bukan dengan pengkotak-kotakan atau pelabelan seperti saat
ini. Pengalaman pribadi akan tumbuh menjadi iman yang jauh lebih kuat ketimbang
sekedar 'mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya'. Gereja Katolik Roma
yang punya sejarah panjang berkali-kali mengalami pergolakan, mulai ajaran yang
dijalankan secara puritan hingga fleksibel mengikuti perkembangan jaman seperti
saat ini. Salah satu episode yang menjadi 'pelajaran' penting dalam penyebaran
agama tertuang dalam novel fiksi historis berjudul Silence (沈黙 / Chinmoku) karya Shūzaku Endō yang pertama kali dipublikasikan tahun 1966. Sempat
diangkat ke layar lebar dengan judul sama di tahun 1971 oleh sutradara Masahiro
Shinoda. Meski mendapatkan apresiasi kritik internasional, versi Shinoda ini
tidak disukai oleh Endō karena perubahan ending yang dianggap mempengaruhi
esensi keseluruhan.
Martin Scorsese yang pernah menggarap film reliji
kontroversi, The Last Temptation of the Christ, sudah sejak tahun 1990
mengincar untuk mengangkatnya ke layar lebar. Butuh waktu sekitar 25 tahun
untuk terus mengembangkan naskah dan penundaan berkali-kali hingga memutuskan
akan benar-benar diproduksi mulai pertengahan 2015. Andrew Garfield, Adam Driver,
dan Liam Neeson digandeng untuk mengisi peran-peran terpenting. Berpotensi bisa
kembali mendulang banyak penghargaan di Oscar 2017, sayang ia 'hanya' masuk
nominasi di kategori Best Cinematography. Namun bukan berarti Silence
versi Scorsese tak patut untuk disimak lebih dalam.
Pastor Sebastião Rodrigues dan Francisco Garupe
yang berasal dari Portugis ditugaskan untuk mencari mentor mereka, Pastor
Cristóväo Ferreira, yang dikabarkan telah meninggalkan Gereja Katolik ketika
menjalankan tugas misioner di Jepang. Kabarnya Pastor Ferreira mengalami
penyiksaan luar biasa oleh pemerintah setempat karena menyebarman agama Katolik
yang dianggap meresahkan dan membahayakan masyarakat. Begitu mendarat di Jepang
mereka segera menjadi buruan aparat setempat. Beruntung ada beberapa umat
Katolik setempat yang membantu menyembunyikan mereka dengan imbalan mengadakan
misa ekaristi bersama mereka. Salah satu tokoh warga setempat adalah Kichijiro,
umat Katolik setempat yang dibenci umat lainnya karena sering menyangkal imannya
dan mengkhianati umat lain demi menyelamatkan diri dari siksaan pemerintah.
Iman ketiganya berkali-kali mendapatkan cobaan hingga harus menentukan pilihan
sulit ketika akhirnya menemukan fakta mengejutkan tentang Pastor Ferreira.
Memfilmkan Silence sebenarnya bukan
pekerjaan mudah. Dengan perkembangan plot yang cukup banyak, lebih banyak
dialog-driven, momen-momen senyap seperti judulnya, serta tentu saja konklusi
yang tepat sasaran. Namun tentu dengan craftmanship Scorsese yang luar biasa, Silence
menjadi adaptasi yang mampu merepresentasi tiap esensi dari novelnya dengan
keseimbangan yang luar biasa. Lembut tapi powerful. Tak hanya laju plot yang
berjalan lancar kendati harus melewati 'masa-masa sunyi' dan terkesan lambat di
balik durasinya yang mencapai 161 menit, tapi juga keseimbangan yang
kontemplatif bagi kedua pihak: dari sisi pastor-pastor misioner dan juga sisi
pemerintah setempat. Pihak pemerintah setempat tak semata-mata diposisikan
sebagai villain, begitu juga para pastor yang tidak selalu dibuat 'putih'. Ada
momen-momen kontemplatif yang kompromis hingga Gereja Katolik mengalami
perkembangan sudut pandang keimanan yang lebih luwes dan mendalam ketimbang
sekedar ritual ataupun simbol-simbol. Konklusi yang menutup film pun terasa
kontemplatif, adil, dan mungkin bagi beberapa orang, mengalami redefinisi iman
yang selama ini dipegang teguh. Tidak, bukan berarti bagi penonton non-Katolik
akan seketika ter-convert, tapi mengaplikasikan plot cerita dengan pengalaman
iman masing-masing, apapun agamanya.
Andrew Garfield tampaknya ingin ‘naik kelas’ dari
peran-peran remaja dan blockbuster macam di franchise The Amazing Spider-Man ke peran-peran yang lebih serius. Setelah Hacksaw Ridge yang mencatatkan namanya
dalam nominasi Best Performance by an Actor in a Leading Role di ajang Academy
Awards 2017, penampilan yang tak kalah maksimalnya ditunjukkan lewat peran
Pastor Rodrigues. Segala pergulatan batin dan transformasi karakter yang cukup
kompleks mampu ditampilkan dengan mengagumkan, hingga mampu secara lembut
mengajak penonton turut berkontemplatif bersama-sama dengan karakternya. Porsi
Adam Driver sebagai Pastor Garupe memang tak banyak, tapi masih cukup
noticeable. Justru penampilan Liam Neeson sebagai Pastor Ferreira yang secara
porsi lebih sedikit lagi mampu mencuri perhatian penonton, terutama berkat
peletakan karakter pada turnover plot yang penting dan seperti biasa, dibawakan
dengan gemilang oleh Neeson. Yôsuke Kubozuka sebagai Kichijiro juga tak kalah
mencuri perhatian berkat perkembangan karakter yang cukup banyak, mengundang
simpati penonton lewat tampilan manusiawi yang bisa dengan mudah dipahami,
serta penampilan Kubozuka yang seusai porsi dan kebutuhan peran. Terakhir,
Tadanobu Asano sebagai sang penerjemah dan Issei Ogata sebagai Inoue Masashige
patut pula mendapatkan kredit tersendiri. Tak lupa penampilan cameo dari
Scorsese sendiri yang menjadi trivia menarik.
Kekuatan Silence
versi Scorsese memang terletak pada tampilan visualnya dalam menyampaikan
cerita. Tak salah jika sinematografi Rodrigo Prieto diganjar nominasi Oscar.
Mungkin memang tak banyak variasi camera work macam-macam, tapi kesemuanya
termanfaatkan secara maksimal dan efektif dalam menyampaikan plot. Editing
Thelma Schoonmaker pun mampu merangkai plot menjadi berjalan lancar dengan pace
yang tepat sebagai sarana kontemplasi. Desain produksi serta desain kostum dari
Dante Ferretti beserta tim art berhasil menghidupkan latarnya tak hanya sesuai
era, tapi juga mendukung nuansa sekaligus tone keseluruhan film. Score music
dari Kathryn Kluge dan Kim Allen Kluge mungkin memang terdengar begitu minim,
tapi ditempatkan pada momen-momen yang tepat sekaligus efektif dalam
menghantarkan emosi kepada penonton. Sound design cukup detail dan seimbang di
tengah dominasi kesunyian.
Dari deretan filmografi Scorsese, Silence menjadi salah satu lini terbaik.
Sebagai sebuah adaptasi novel dari Shūzaku Endō pun, Silence versinya mampu menyampaikan esensi-esensi terpentingnya
yang mengajak penonton untuk merefleksikan definisi keimanan masing-masing sesuai
perkembangan jaman secara efektif di balik durasinya yang termasuk panjang.
Sunyi seperti judulnya, tapi bukan berarti membosankan. Coba rasakan, pahami,
dan refleksikan tiap momennya, Silence
menjadi begitu relevan dengan agama apapun, termasuk pada era ini. Bagi saya
pribadi, ia menjadi salah satu pengalaman iman lewat sinema yang paling
menggugah. Excellent piece of work once more, Scorsese!
The 89th Academy Awards Nominees for:
- Best Achievement in Cinematography - Rodrigo Prieto