3.5/5
Asia
Based on Book
Crime
Drama
Fantasy
Franchise
Investigation
Japan
murder
Spin-off
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Death Note:
Light Up the New World
[デスノート]
Manga berjudul Death
Note karya Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata sudah menjadi salah satu manga
paling populer era 2000-an sejak pertama kali kemunculannya di tahun 2006.
Sejak itu pula berkembang menjadi sebuah franchise besar meliputi novel, serial
animasi, game, FTV, dan tentu saja film layar lebar live action. Versi layar
lebarnya pertama kali menyambangi bioskop tahun 2006 dengan dua judul
sekaligus, Death Note dan Death Note 2: The Last Name yang sukses
secara komersial. Diikuti sebuah spin-off yang mengambil setting setelah seri
kedua versi layar lebarnya yang dirilis tahun 2008 bertajuk L: Change the World. Kini setelah
berselang 8 tahun, dibuat lagi installment yang merupakan sekuel dari Death Note 2: The Last Name dengan tajuk
Death Note: Light Up the New World
(LUTNW). Tatsuya Fujiwara, Ken’ichi Matsuyama, dan Erika Toda kembali
memerankan karakter dari seri asli, sementara plot utama diisi oleh
pemeran-pemeran baru seperti Sosuke Ikematsu, Masaki Suda, dan Sota Aoyama.
Bangku penyutradaraan dipercayakan kepada Shinsuke Sato yang pernah populer
secara internasional lewat I Am Hero
(2015), sementara naskahnya disusun oleh Katsunari Mano (serial TV Aibô). Seperti installment ketiganya,
kita di Indonesia beruntung bisa menyaksikan LUTNW di layar lebar hanya tak
lebih dari satu bulan setelah penayangan perdana di Jepang. Thanks to
Moxienotion to bring this to Indonesia!
Sepuluh tahun setelah kasus pembunuhan dengan sebuah buku maut berjuluk ‘Death Note’ ditutup, mendadak muncul lagi kasus kematian mendadak yang awalnya dicurigai sebagai aksi teroris cyber. Apalagi kemudian muncul video berisi rekaman pesan dari sosok yang mengaku bernama Kira alias Light Yagami, pelaku pembunuhan menggunakan ‘Death Note’ sepuluh tahun silam. Seorang detektif dalam satuan khusus kasus ‘Death Note’, Ryûzaki yang punya kemampuan analisis setara L, mencoba untuk mencari tahu siapa sebenarnya di balik teror kali ini. Konon menurut sosok malaikat pencabut nyawa yang muncul di hadapan siapa saja yang menyentuh ‘Death Note’, ada enam surat maut yang tersebar di seluruh dunia. Si pelaku kejahatan melalui video pesannya menuntut Ryûzaki untuk mengumpulkan serta menyerahkan keenamnya atau pembunuhan dengan ‘Death Note’ akan terus terjadi. Maka tim Ryûzaki dan si pelaku misterius berlomba-lomba untuk menemukan keenam ‘Death Note’ ini sebelum kasus pembunuhan terus-terusan terjadi.
Sepuluh tahun setelah kasus pembunuhan dengan sebuah buku maut berjuluk ‘Death Note’ ditutup, mendadak muncul lagi kasus kematian mendadak yang awalnya dicurigai sebagai aksi teroris cyber. Apalagi kemudian muncul video berisi rekaman pesan dari sosok yang mengaku bernama Kira alias Light Yagami, pelaku pembunuhan menggunakan ‘Death Note’ sepuluh tahun silam. Seorang detektif dalam satuan khusus kasus ‘Death Note’, Ryûzaki yang punya kemampuan analisis setara L, mencoba untuk mencari tahu siapa sebenarnya di balik teror kali ini. Konon menurut sosok malaikat pencabut nyawa yang muncul di hadapan siapa saja yang menyentuh ‘Death Note’, ada enam surat maut yang tersebar di seluruh dunia. Si pelaku kejahatan melalui video pesannya menuntut Ryûzaki untuk mengumpulkan serta menyerahkan keenamnya atau pembunuhan dengan ‘Death Note’ akan terus terjadi. Maka tim Ryûzaki dan si pelaku misterius berlomba-lomba untuk menemukan keenam ‘Death Note’ ini sebelum kasus pembunuhan terus-terusan terjadi.
Membaca premise di atas, LUTNW sebenarnya menawarkan konsep
yang menarik sebagai pengembangan franchise yang memang sayang untuk disudahi.
Ada unsur ‘pengulangan’ (baca: konsep ‘reborn’), memang, tapi ditulis dengan
modifikasi dan penambahan elemen baru yang tetap membuat jalinan ceritanya
menarik. Sayangnya, LUTNW terasa terlalu terobsesi untuk memasukkan lapisan
demi lapisan twist yang besar kemungkinan akan membuat penonton bingung, kendati tetap bikin penasaran juga. Jika
mau diruntut lagi, lapisan-lapisan ini seolah sekedar dijejalkan di sana-sini,
tanpa punya esensi yang kuat. Andai saja ada banyak lapisan yang ‘dipangkas’
atau ‘dihilangkan’, LUTNW sejatinya sudah lebih dari cukup sebagai upaya
me-revive franchise Death Note dengan
sajian yang tetap menghibur. Durasi yang tergolong di atas rata-rata, yaitu 135
menit awalnya masih asyik untuk diikuti hingga lama-kelamaan, seiring dengan
arah plot yang semakin berkelok-kelok dengan ‘sandungan-sandungan’ terjal,
terasa melelahkan hingga mungkin tak sedikit yang sudah tak perduli lagi dengan
kelanjutannya. Tentu saja bagi penggemar berat anime-nya, ‘kejutan-kejutan’ di
dalam tubuh plotnya menjadi fan-service yang sudah biasa dilakukan.
Keseluruhan cast rata-rata menghidupkan peran masing-masing
dengan standard versi live-action manga pada umumnya. Sosuke Ikematsu memang
menunjukkan kharisma yang layak sebagai karakter utama sebagai karakter utama,
Ryûzaki. Sayangnya, Masahiro Higashide sebagai Tsukuru Mishima yang ternyata
menjadi salah satu karakter kunci tak memberikan performa yang sama kuatnya.
Masaki Suda sebagai Yûki Shien pun tak terlalu beda jauh. Erika Toda masih
memerankan Misa Amane dengan kualitas setara. Begitu pula Kenichi Matsuyama sebagai
L dan Tatsuya Fujiwara sebagai Light Yagami dimana kemunculan sekilasnya cukup
mengobati kerinduan fans.
Tak ada yang salah dengan teknis LUTNW. Sinematografinya
sangat sinematis mengeksplor sudut-sudut kota dan setting-setting indoor yang
terkesan serba megah. Editing juga sudah bekerja sebagaimana mestinya dengan
pace yang tetap terjaga sepanjang durasi yang kelewat panjang di balik
lapisan-lapisan twist yang menumpuk. Musik dari Yutaka Yamada cukup mendukung
nuansa misterius dan investigatif seru tanpa terkesan kelewat depresif. Sound
design juga bekerja dengan baik untuk menghidupkan adegan-adegannya, termasuk
pembagian kanal surround yang termanfaatkan dengan maksimal.
Secara keseluruhan, LUTNW adalah effort yang sangat layak
untuk me-revive franchise Death Note.
Baik dari segi plot yang berusaha menghububungkan dengan seri-seri asli, maupun
spirit investigatif-nya. Bahkan bagi penonton awam yang sekedar mengetahui
premise dasar franchise Death Note masih
bisa mengikuti plotnya dengan mudah. Hanya saja memang butuh kesabaran,
konsentrasi, dan kesediaan untuk menganalisa tiap lapisan twist-nya untuk
benar-benar bisa memahami keseluruhan cerita. Bagi penggemar manga (sekaligus
franchise) Death Note, tentu
installment ini pantang untuk dilewatkan. Setidaknya sekedar pelepas kerinduan
akan sosok-sosok ikonik-nya, terutama L dan Light Yagami.
Lihat data film ini di IMDb.