The Jose Flash Review
Death Note:
Light Up the New World
[デスノート]

Manga berjudul Death Note karya Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata sudah menjadi salah satu manga paling populer era 2000-an sejak pertama kali kemunculannya di tahun 2006. Sejak itu pula berkembang menjadi sebuah franchise besar meliputi novel, serial animasi, game, FTV, dan tentu saja film layar lebar live action. Versi layar lebarnya pertama kali menyambangi bioskop tahun 2006 dengan dua judul sekaligus, Death Note dan Death Note 2: The Last Name yang sukses secara komersial. Diikuti sebuah spin-off yang mengambil setting setelah seri kedua versi layar lebarnya yang dirilis tahun 2008 bertajuk L: Change the World. Kini setelah berselang 8 tahun, dibuat lagi installment yang merupakan sekuel dari Death Note 2: The Last Name dengan tajuk Death Note: Light Up the New World (LUTNW). Tatsuya Fujiwara, Ken’ichi Matsuyama, dan Erika Toda kembali memerankan karakter dari seri asli, sementara plot utama diisi oleh pemeran-pemeran baru seperti Sosuke Ikematsu, Masaki Suda, dan Sota Aoyama. Bangku penyutradaraan dipercayakan kepada Shinsuke Sato yang pernah populer secara internasional lewat I Am Hero (2015), sementara naskahnya disusun oleh Katsunari Mano (serial TV Aibô). Seperti installment ketiganya, kita di Indonesia beruntung bisa menyaksikan LUTNW di layar lebar hanya tak lebih dari satu bulan setelah penayangan perdana di Jepang. Thanks to Moxienotion to bring this to Indonesia!

Sepuluh tahun setelah kasus pembunuhan dengan sebuah buku maut berjuluk ‘Death Note’ ditutup, mendadak muncul lagi kasus kematian mendadak yang awalnya dicurigai sebagai aksi teroris cyber. Apalagi kemudian muncul video berisi rekaman pesan dari sosok yang mengaku bernama Kira alias Light Yagami, pelaku pembunuhan menggunakan ‘Death Note’ sepuluh tahun silam. Seorang detektif dalam satuan khusus kasus ‘Death Note’, Ryûzaki yang punya kemampuan analisis setara L, mencoba untuk mencari tahu siapa sebenarnya di balik teror kali ini. Konon menurut sosok malaikat pencabut nyawa yang muncul di hadapan siapa saja yang menyentuh ‘Death Note’, ada enam surat maut yang tersebar di seluruh dunia. Si pelaku kejahatan melalui video pesannya menuntut Ryûzaki untuk mengumpulkan serta menyerahkan keenamnya atau pembunuhan dengan ‘Death Note’ akan terus terjadi. Maka tim Ryûzaki dan si pelaku misterius berlomba-lomba untuk menemukan keenam ‘Death Note’ ini sebelum kasus pembunuhan terus-terusan terjadi.
Membaca premise di atas, LUTNW sebenarnya menawarkan konsep yang menarik sebagai pengembangan franchise yang memang sayang untuk disudahi. Ada unsur ‘pengulangan’ (baca: konsep ‘reborn’), memang, tapi ditulis dengan modifikasi dan penambahan elemen baru yang tetap membuat jalinan ceritanya menarik. Sayangnya, LUTNW terasa terlalu terobsesi untuk memasukkan lapisan demi lapisan twist yang besar kemungkinan akan membuat penonton bingung, kendati tetap bikin penasaran juga. Jika mau diruntut lagi, lapisan-lapisan ini seolah sekedar dijejalkan di sana-sini, tanpa punya esensi yang kuat. Andai saja ada banyak lapisan yang ‘dipangkas’ atau ‘dihilangkan’, LUTNW sejatinya sudah lebih dari cukup sebagai upaya me-revive franchise Death Note dengan sajian yang tetap menghibur. Durasi yang tergolong di atas rata-rata, yaitu 135 menit awalnya masih asyik untuk diikuti hingga lama-kelamaan, seiring dengan arah plot yang semakin berkelok-kelok dengan ‘sandungan-sandungan’ terjal, terasa melelahkan hingga mungkin tak sedikit yang sudah tak perduli lagi dengan kelanjutannya. Tentu saja bagi penggemar berat anime-nya, ‘kejutan-kejutan’ di dalam tubuh plotnya menjadi fan-service yang sudah biasa dilakukan.
Keseluruhan cast rata-rata menghidupkan peran masing-masing dengan standard versi live-action manga pada umumnya. Sosuke Ikematsu memang menunjukkan kharisma yang layak sebagai karakter utama sebagai karakter utama, Ryûzaki. Sayangnya, Masahiro Higashide sebagai Tsukuru Mishima yang ternyata menjadi salah satu karakter kunci tak memberikan performa yang sama kuatnya. Masaki Suda sebagai Yûki Shien pun tak terlalu beda jauh. Erika Toda masih memerankan Misa Amane dengan kualitas setara. Begitu pula Kenichi Matsuyama sebagai L dan Tatsuya Fujiwara sebagai Light Yagami dimana kemunculan sekilasnya cukup mengobati kerinduan fans.
Tak ada yang salah dengan teknis LUTNW. Sinematografinya sangat sinematis mengeksplor sudut-sudut kota dan setting-setting indoor yang terkesan serba megah. Editing juga sudah bekerja sebagaimana mestinya dengan pace yang tetap terjaga sepanjang durasi yang kelewat panjang di balik lapisan-lapisan twist yang menumpuk. Musik dari Yutaka Yamada cukup mendukung nuansa misterius dan investigatif seru tanpa terkesan kelewat depresif. Sound design juga bekerja dengan baik untuk menghidupkan adegan-adegannya, termasuk pembagian kanal surround yang termanfaatkan dengan maksimal.

Secara keseluruhan, LUTNW adalah effort yang sangat layak untuk me-revive franchise Death Note. Baik dari segi plot yang berusaha menghububungkan dengan seri-seri asli, maupun spirit investigatif-nya. Bahkan bagi penonton awam yang sekedar mengetahui premise dasar franchise Death Note masih bisa mengikuti plotnya dengan mudah. Hanya saja memang butuh kesabaran, konsentrasi, dan kesediaan untuk menganalisa tiap lapisan twist-nya untuk benar-benar bisa memahami keseluruhan cerita. Bagi penggemar manga (sekaligus franchise) Death Note, tentu installment ini pantang untuk dilewatkan. Setidaknya sekedar pelepas kerinduan akan sosok-sosok ikonik-nya, terutama L dan Light Yagami.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.