3/5
Action
Comedy
Crime
Espionage
Hollywood
Pop-Corn Movie
Romance
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Keeping Up with the Joneses
Ada alasan mengapa
action dan comedy menjadi genre yang sering dipadukan. Keduanya
merupakan genre yang paling mudah untuk menghibur penonton. Sudah ada banyak
sekali film dengan perpaduan genre ini yang menuai sukses di box office, bahkan
mencatatkan diri dalam sejarah film. Di era 2000-an sebut saja Mr. & Mrs. Smith yang menjadi
fenomenal karena memasangkan dua selebriti papan atas yang kemudian menjadi
pasangan suami-istri, Brad Pitt dan Angelina Jolie. Tema espionage yang kental
dengan genre action dan bumbu komedi kemudian menjadi fprmula yang sering
digunakan. Terakhir ada Spy (2015)
yang bertumpu pada pesona comedic Melissa McCarthy dan Central Intelligence yang memasangkan Dwayne Johnson dengan Kevin
Hart. Kini penulis naskah Michael LeSieur (You,
Me & Dupree) dan sutradara Greg Mottola (Adventureland, Superbad,
dan Paul) mencoba menggabungkan tema
espionage couple ala Mr. & Mrs. Smith
dan komedi bertetangga a la The Whole
Nine Yards. Menambah daya tarik dari segi komedi, Zach Galifianakis (The Hangover Trilogy) ditunjuk menjadi
salah satu aktor di film yang diberi tajuk Keeping
Up with the Joneses (KUwtJ) ini. Didukung Isla Fisher, Jon Hamm (serial Mad Men), dan aktris beraura seksi yang
sedang naik daun berkat perannya sebagai Wonder Woman, Gal Gadot.
Jeff dan Karen Gaffney
adalah pasangan suami-istri yang tinggal di kawasan suburbia. Setelah punya
anak, tak ada banyak waktu bagi mereka untuk bermesraan. Kehidupan sehari-hari
mereka tergolong biasa saja cenderung ke membosankan. Jeff bekerja Human
Resource Division, sementara Karen seorang desainer interior yang bekerja di
rumah. Rasa penasaran mereka pun muncul ketika datang tetangga baru yang tampak
seperti pasangan yang ideal, bahkan sempurna, Tim dan Natalie Jones. Tim mengaku
bekerja sebagai presenter acara traveling, sementara Natalie adalah blogger
memasak yang juga sering menjadi aktivis kemanusiaan. Jeff menyambut baik
kehadiran mereka di lingkungan itu, sementara Natalie justru mencurigai mereka
sebagai pasangan aneh yang too good to be true dan seperti menyembunyikan
sesuatu. Karen nekad menyelinap masuk ke rumah pasangan Jones dan menemukan
identitas mereka yang sebenarnya. Sejak itu Jeff dan Karen jadi terlibat dalam
kasus berskala internasional yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Perpaduan formula yang
dilakukan KUwtJ memang bukan sesuatu yang benar-benar baru tapi jelas menarik
untuk menimbulkan kondisi-kondisi yang memancing tawa, terutama dari pasangan
dengan kehidupan biasa-biasa saja yang tiba-tiba harus spontan bertindak bak
mata-mata profesional. Namun rupanya naskah LeSieur yang sebenarnya sudah
didesain dan ditulis dengan konsep yang baik masih gagal jadi sajian pengocok
perut. Mottola pun belum berhasil menggarap berbagai potensi adegan pengocok perut
yang ada menjadi lebih maksimal (baca: 'pecah'). Alhasil penonton disuguhi plot
narasi yang berjalan lurus, sesuai pakem action-comedy standard yang pasti
dengan mudah ditebak arahnya oleh penonton dengan referensi yang cukup banyak.
Sesekali ada situasi dan tingkah-tingkah karakternya yang berpotensi lucu, tapi
hanya bisa membuat saya sekedar tersenyum atau tertawa kecil. Tak ada yang
sampai berhasil membuat saya tertawa terbahak-bahak. Mulai sarkasme, silly
attitude, failed coolness, sampai slapstick. Sayang sekali.
Jeff yang silly dengan
pola pikir polos dan kerap gagal ketika berusaha keliatan keren sebenarnya
termasuk karakter yang paling cocok (jika tak mau disebut tipikal) untuk
diperankan oleh Zach Galifianakis. Upaya-upaya untuk menjadikan karakter konyol
pun ada, tapi sayang somehow efeknya masih belum berhasil membuat saya tertawa
sekeras ketika di The Hangover Trilogy
maupun Due Date. Justru lawan
mainnya, Isla Fisher yang membawakan peran Karen yang 'kepo', curigaan,
seringkali tak kalah lugunya, tapi cerdas in the same time, dengan jauh lebih
menggelitik, memorable, bahkan loveable. Sementara Jon Hamm dan Gal Gadot
sebagai pasangan Jones mampu memberikan kesan chemistry yang seksi sekaligus
sepak terjang aksi yang lebih dari cukup, meski mungkin belum sekuat pasangan
Mr. dan Mrs. Smith. Di kubu villain, Patton Oswalt sebagai Scorpion porsinya
sangat sedikit dan tentu penggalian karakter yang memang sekedar ada, sehingga
tak terlalu bisa memberikan impresi lebih, sama seperti karakter-karakter pendukung
lainnya.
Aspek teknis yang
menarik dari KUwtJ adalah penggunaan kamera film 35 mm sehingga menghasilkan
gambar yang classic grainy. Didukung pula oleh sinematografi Andrew Dunn yang
termasuk lebih dari cukup dalam menjalankan plot dan menghidupkan adegan, baik
action maupun comedic-nya. Tak ada komplain pula untuk editing David Rennie
yang membuat semua porsi elemen-elemennya seimbang dengan pace yang juga pas di
genrenya. Production design Mark Ricker dan art dari Jeremy Woolsey tak kalah
menariknya, terutama dalam mendesain detail interior sesuai
karakter-karakternya. Music score dari Jake Monaco tak terlalu istimewa tapi
cukup untuk mengiringi berbagai kebutuhan adegan. Pilihan soundtrack sebenarnya
cukup menarik dan mampu meng-elevate nuansa sesuai kebutuhan film. Sayang,
pilihannya kurang populer dan tak ada yang membekas dalam benak saya setelah
film berakhir.
Dengan nama-nama di
balik layar yang punya portfolio bagus untuk genre komedi, terutama LeSieur,
Mottola, dan tentu saja Galifianakis, KUwtJ menjadi action-comedy mediocre
dengan blend formula-formula familiar. Tak sampai jatuh menjadi sajian yang
membosankan (apalagi berkat Gal Gadot!) dan masih menghibur. Hanya saja dengan potensi
yang sebenarnya bisa jauh lebih ‘pecah’, hasil akhir KUwtJ cukup disayangkan.
Kendati demikian, jika Anda memang sekedar mencari hiburan ringan, sedikit
tertawa kecil, dan tertarik dengan materi-materi promonya, KUwtJ masih layak
untuk disimak.
Lihat data film ini di IMDb.