The Jose Flash Review
Allied

War and romance. Dua elemen yang sudah sejak lama dipadukan kendati termasuk jarang. Sebut saja The English Patient yang pernah mendominasi berbagai ajang penghargaan bergengsi dunia. Begitu pula tema pasangan yang sama-sama menjalani profesi sebagai mata-mata. Judul paling populer di era millenium ini ada Mr. and Mrs. Smith dan bahkan di tahun ini ada Keeping Up with the Joneses. Menambah daftar panjang dari tema dan formula tersebut, salah satu sutradara papan atas Hollywood, Robert Zemeckis, mencoba menyumbangkan pasangan Brad Pitt-Marion Cotillard yang sempat heboh lantaran gosip penyebab retaknya rumah tangga pasangan Brad Pitt-Angelina Jolie, lewat Allied. Kendati merupakan skenario asli, penulis naskah Steven Knight (Eastern Promises, Hummingbird, Locke, The Hundred-Foot Journey, The Seventh Son, dan Burnt) mengaku mendapatkan ilham dari kisah nyata yang diceritakan kepadanya saat berusia 21 tahun. Terlepas dari benar atau tidak, duet pasangan Brad Pitt-Marion Cotillard serta nama besar Robert Zemeckis tentu membuat Allied sebagai sajian yang menarik untuk disimak.
Bersetting di era Perang Dunia II, seorang agen intelijen asal Kanada, Max Vatan, ditugaskan di Casablanca untuk menghabisi seorang duta besar NAZI Jerman, Hobar. Ia tak sendiri karena kedoknya adalah suami dari seorang pejuang wanita asal Perancis, Marianne Beausejour. Begitu lihainya Marianne dalam penyamaran hingga membuat Max bingung akan sikap Marianne pada dirinya; benar-benar jatuh cinta dengan dirinya atau hanya bagian dari misi. Hingga ketika misi mereka akhirnya berhasil, Marianne setuju untuk menikahi Max dan membangun rumah tangga sekaligus hidup baru di London. Konflik yang lebih besar ternyata baru saja dimulai ketika Special Operations Executive mendapati bahwa Marianne masih aktif menjadi mata-mata dan justru membelot pada pihak Jerman. Sesuai protokol, jika terbukti maka Max sendirilah yang harus mengeksekusi Marianne atau dirinya sendiri juga harus dieksekusi bersama sang istri. Penyelidikan pun dimulai untuk menemukan identitas asli sang istri. Ketika fakta demi fakta terkuak, masih ada ujian besar bagi Max untuk membuat pilihan terpenting dalam hidupnya.


Allied dibuka dengan sebuah pertemuan antara Max dan Marianne di Casablanca yang dengan mudah mengingatkan akan look maupun feel dari film klasik Casablanca (1942). Dengan mudah penonton dibuat ‘jatuh cinta’ kepada kedua karakter ini. Chemistry yang kabur antara sungguhan atau pura-pura atas nama profesi membuat penonton penasaran tentang emosi mereka berdua yang sebenarnya, di balik adegan-adegan aksi yang meski porsinya tergolong minor tapi tetap mampu terlihan serta terasa menarik di tangan Pitt dan Cotillard. Ada momen-momen suspense melibatkan petinggi NAZI yang seharusnya bisa terasa lebih maksimal lagi, seperti yang mampu dihadirkan Inglourious Basterds, misalnya. Namun rupanya Zemeckis tak mau sisi suspense ini menjadi distraksi bagi sajian utamanya: teka-teki tentang identitas karakter Marianne yang sebenarnya.
Maka di babak berikutnya setelah misi berhasil tuntas, Max dan Marianne memutuskan menikah dan memulai lembaran hidup yang baru, fokus dengan lebih jelas diletakkan pada teka-teki hubungan antara Max dan Marianne. Lagi-lagi, Zemeckis lebih memilih untuk menuturkannya dengan lembut dan elegan, tanpa suspense maupun thrill yang meledak-ledak. Awalnya saya menganggap apa yang disuguhkan Allied dalam ‘mempermainkan’ emosi penonton serba tanggung. Emosi yang mediocre tapi tetap menarik untuk terus diikuti. Penonton dibuat untuk terus-terusan menaruh curiga atas setiap detail adegan yang disuguhkan, sekaligus dibuat bersimpati terhadap karakter-karakternya. Hingga pada akhirnya ia menyampaikan konklusi, barulah saya sadar mengapa Zemeckis lebih memilih untuk mengesampingkan bumbu-bumbu suspense maupun thriller. Ada kesimpulan yang cukup terasa tentang perasaan di antara Max dan Marianne yang sesungguhnya, yang bisa jadi sangat mengesankan dan membekas untuk jangka waktu yang cukup panjang. Emosi konklusi yang mungkin saja bisa terdistraksi jika elemen suspense dan thrill-nya dibuat lebih dominan sepanjang perjalanan durasi menuju klimaks.
Mengedepankan kisah asmara, chemistry antara Max dan Marianne jelas menjadi sorotan utama bagi penonton. Brad Pitt dan Marion Cotillard mencoba menghadirkan chemistry yang unik. Bagi beberapa penonton mungkin chemistry keduanya seperti tak terasa ada. Namun justru di situlah letak kesulitannya. Keduanya mencoba untuk menyamarkan antara chemistry sesungguhnya dan kepura-puraan. Cenderung ke salah satu sisi saja bisa membuyarkan teka-teki yang coba dihadirkan. So yes, menurut saya pribadi, chemistry antara Pitt-Cotillard termasuk berhasil menampilkan keseimbangan sesuai dengan kebutuhan cerita. Sementara di deretan pemeran pendukung, tak ada yang benar-benar mampu menandingi pesona kedua karakter utama. Mungkin hanya ada Lizzy Caplan sebagai Bridget Vatan, saudari Max, dan August Diehl sebagai Hobar yang sayangnya belum mampu tampil sekuat (baca: se-mengintimidasi) Christoph Waltz sebagai Colonel Hans Landa di Inglourious Basterds.
Menghidupkan era 40’an, apalagi dengan set Casablanca yang eksotis, desain produksi garapan Gary Freeman tergolong detail dan serba indah, terutama desain kostum dari Joanna Johnston. Sinematografi Don Burgess mampu mem-framing semuanya, termasuk chemistry antara Max dan Marianne dengan kuat, sinematis, dan mengalun dengan elegan. Tentu editing Mick Audsley dan Jeremiah O’Driscoll juga turut andil dalam menjaga konsistensi laju plotnya. Tak meledak-ledak, mengalir lembut tapi terus menjaga rasa penasaran penonton hingga klimaks. Scoring Alan Silvestri semakin memperkuat feel elegan di elemen romansa, ketegangan, sampai lirihnya.
Tak sulit sebenarnya untuk bisa menikmati Allied apa adanya. Bagi Anda yang mengharapkan porsi perang ataupun thriller yang dominan mungkin akan sedikit kecewa. Namun jika Anda terbuka untuk kisah romansa dengan teka-teki yang mengalir lembut, elegan, tapi terus-terusan bikin penasaran untuk menganalisa tiap detail adegan serta menduga-duga, Allied bisa jadi tontonan yang sangat menarik dan mengesankan. Apalagi dewasa ini, tipe film sejenis sudah tergolong jarang ada. Atau bisa juga sebagai pilihan movie date yang sangat pas untuk dinikmati bersama pasangan. Siapa tahu ternyata cukup relate sehingga bisa sekaligus jadi bahan evaluasi. Who knows?
Lihat data film ini di IMDb.

The 89th Academy Awards Nominees for:

  • Costume Design - Joanna Johnston
Diberdayakan oleh Blogger.