3/5
Asia
Drama
Hindi
History
Musical
Pop-Corn Movie
Romance
The Jose Flash Review
Twisted History
War
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Rangoon [रंगून]
Kisah-kisah historik bisa di-‘warnai’ dengan berbagai
treatment. Salah satu yang paling sering digunakan adalah memasukkan kisah
romance fiktif ke dalam latar kejadian historik. Hollywood sudah sangat sering
menggunakannya. Let’s say Titanic, Pearl Harbor, sampai Australia. Selain alasan cinta adalah
salah satu peristiwa humanis paling umum terjadi dan paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari semua orang, juga menjangkau range penonton dengan jenis
kelamin dan strata sosial yang lebih luas. Awal tahun 2017 ini Bollywood
mencoba menggunakan formula ini untuk menyampaikan peristiwa bersejarah tentang
gerakan Ahimsa Mahatma Gandhi di era Perang Dunia II untuk membebaskan diri
dari kolonialisme Inggris. Digabungkan pula oleh karakter yang terinspirasi
dari sosok Mary Ann Evans atau yang sering dikenal sebagai Fearless Nadia,
stunt-woman asli Bollywood pertama. Disutradarai oleh Vishal Bhardwaj (Omkara), sementara naskahnya disusun
bersama Matthew Robbins (Mimic, Crimson Peak) dan Sabrina Dhawan (Monsoon
Wedding, Ishqiya). Sejatinya
proyek ini akan digarap Vishal tepat setelah Omkara tapi terus tertunda tanpa alasan jelas hingga akhirnya
produksi baru terlaksana akhir 2015. Aktris
yang tergolong selektif peran, Kangana Ranaut, digandeng untuk mengisi peran
utama, bersama Saif Ali Khan dan Shahid Kapoor. Digadang-gadang menjadi film
yang digarap epic, Rangoon dirilis
bertepatan dengan akhir pekan Maha Shivaratri.
Saat Perang Dunia II masih berkecamuk, India sedang berjuang
untuk merebut kemerdekaan dari kolonialisme Inggris. Pasukan INA (Indian
National Army) terpecah dan beberapa memutuskan bersekutu dengan tentara
Imperial Jepang yang tengah menguasai wilayah Indo-China. Sebuah insiden di
perbatasan Indo-Burma, seorang tentara bernama Nawab Malik dan kelompok justru
ditangkap oleh tentara Jepang. Momen itu pula yang mempertemukan Nawab dengan
Julia, aktris film India yang sering ditanggap untuk menghibur tentara. Nawab
ditugaskan menjaga Julia dan ketika sama-sama kabur dari kereta tawanan Jepang,
benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Sayangnya Julia sudah
bertunangan dengan Rustom Billomoria, aktor film India yang karirnya mandek
setelah kehilangan salah satu tangannya dan kini tengah dekat dengan komandan
Inggris Mayor Jendral David Harding. Cinta terlarang antara Nawab dan Julia
kian diuji ketika latar belakang masing-masing yang saling berbenturan mencapai
puncaknya. Nyawa kedua kubu pun sama-sama terancam.
Dari permukaan terluar, Rangoon
punya tampilan yang mengagumkan. Selain plot romance yang sebenarnya cliché
tapi ditata dengan menarik, ia punya production design dari Subrata
Chakraborthy dan Amit Ray yang grandeur dan serba cantik. Desain kostum Dolly
Ahluwalia pun digarap tak kalah serius. Didukung pula sinematografi Pankaj
Kumar yang memberikan camera work dinamis yang memaksimalkan adegan-adegan
perang, aksi, romantis, sampai stage performance.
Performa akting cast-nya pun tak main-main. Terutama sekali
Kangana Ranaut yang memberikan kharisma keseksian sekaligus kick-ass
woman-power yang seimbang dan sama-sama kuat pada karakter Julia. Keberaniannya
tampil polos (dengan estetika, jauh dari vulgar, tentu saja) juga menambah daya
tarik penampilannya di sini. Shahid Kapoor mungkin tak punya perkembangan
karakter yang mencolok, tapi tetap punya kharisma serta daya tarik yang cukup
kuat sebagai protagonis, Nawab Malik. Saif Ali Khan juga menunjukkan kharisma
yang sama kuat dengan (atau malah mungkin sedikit lebih besar daripada) Shahid
lewat karakter Rustom Billimoria. Sementara aktor-aktris pendukung lainnya,
seperti Richard McCabe sebagai Mayor Jendral Harding, Alex Avery sebagai Mayor
Williams, Saharsh Shukla sebagai Zulfi, dan Lin Laishram sebagai Mema, pun
memberikan performa yang sangat baik sesuai porsi peran masing-masing.
Sayangnya, problematika terbesar Rangoon terletak pada porsi antara romansa (yang mau tak mau terasa
a la Moulin Rouge-nya Baz Luhrmann) dan latar historisnya yang tak berjalan
dengan cukup seimbang. Problem yang rentan di formula gabungan sejenis
sebenarnya. Jika kasus yang lebih sering terjadi adalah porsi romance yang
kelewat menutupi plot historisnya, Rangoon
justru sebaliknya. Terutama di klimaks (ya, di momen-momen terpentingnya),
unsur romance yang sudah terbangun dengan cukup baik sejak awal disudahi dengan
treatment yang kurang emosional untuk dirasakan penonton. Konklusinya pun lebih
menitik-beratkan pada kejadian historis, seolah-olah mengabaikan sama sekali
plot romansa yang seharusnya menjadi porsi utama dan terbesar sepanjang film.
Sebagai after taste-nya, nuansa romantis dari Rangoon terasa lenyap sama sekali, sementara tema patriotik-nya
juga belum mampu ‘menggugah’ penonton dengan treatment yang demikian.
Beruntung Rangoon masih
punya nomor-nomor musikal yang sangat menghibur, ear-catchy, dan cukup mampu
membekas dalam ingatan untuk jangka waktu yang cukup lama. Berkat musik-musik
yang di-compose oleh Vishal sendiri, didukung lirik yang ditulis oleh Gulzar,
soundtrack Rangoon cukup berwarna.
Mulai irama-irama romantis khas Bollywood seperti di Alvida dan Yeh Ishq Hai, hingga Broadway-ish dengan sentuhan
Bollywood seperti di Ek Dooni Do, Bloody Hell dan Mere Miyan Gaye England. Ditambah performa panggung Ranaut yang
memanjakan mata, nomor-nomor musikal di Rangoon
menjadi salah satu yang paling ear-catchy dan memorable tahun ini.
Cukup disayangkan memang, berbagai kualitas tinggi yang ada
pada Rangoon belum mampu memberikan
after-taste yang benar-benar kuat pada penonton. Terutama sekali romance
sebagai suguhan terdepannya. Well, setidaknya cast performances, production
designs, dan musical numbers-nya masih bisa jadi alasan yang kuat untuk
menikmatinya di layar lebar dengan dukungan layar dan tata suara yang mumpuni.
Lihat data film ini di IMDb.