3/5
Action
cop
Crime
Father-and-Son
Gangster
Hollywood
Mafia
Pop-Corn Movie
Remake
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Sleepless
Sudah menjadi rahasia umum bahwa keberadaan oknum polisi korup
selalu ada di belahan dunia manapun. Tak terkecuali Amerika Serikat yang
notabene paling superior untuk urusan pertahanan keamanan. Maka keberadaan tema
good cop-bad cop dalam film akan selalu ada untuk diangkat. Upaya terbaru
adalah remake dari film Perancis, Nuit
Blanche (2011) yang juga pernah di-remake oleh Tamil dengan judul Thoongaavanam (2015). Mengambil judul Sleepless, adaptasi Hollywood ini
mendapuk Jamix Foxx sebagai lini terdepannya, sementara bangku penyutradaraan
dipercayakan kepada sutradara Swiss, Baran bo Odar yang kita kenal lewat Who Am I - Kein System ist sicher, yang
mana ini merupakan debutnya di Hollywood. Adaptasi naskahnya disusun oleh
Andrea Berloff yang pernah menjadi nominee Oscar untuk naskah Straight Outta Compton. Dengan nama-nama
yang menjanjikan ini, Sleepless
seharusnya bisa jadi action-thriller yang menarik.
Film dibuka dengan sosok Vincent Downs, polisi Nevada yang
diam-diam terlibat dengan perdagangan narkoba bersama partnernya, Sean Cass.
Sepak terjang mereka dicurigai oleh polisi divisi infernal affair, Jennifer
Bryant. Keadaan menjadi kacau balau ketika putra tunggal Vincent, Thomas,
tiba-tiba diculik oleh keluarga mafia, Novak. Jika ia ingin putranya selamat,
maka ia harus mengembalikan narkoba milik Rob Novak yang ia curi bersama Sean.
Persimpangan antara kepentingan Vincent-Novak dan Jennifer membuat suasana
bertambah keruh. Apalagi ternyata narkoba yang dicuri tersebut ternyata hendak
dijual kepada kelompok mafia yang tak kalah berbahayanya, Rubino. Tak ada pula
satu pun di dalam satuan polisi Nevada yang benar-benar bisa dipercaya,
termasuk Vincent sendiri.
Menurut saya ada satu hal yang sebenarnya wajib ada agar
sebuah action-thriller yang melibatkan mafia bisa berhasil secara maksimal,
yaitu sosok villain yang bengis dan terasa berbahaya sehingga cukup mampu
mengancam protagonis sekaligus penonton. Sleepless
sebenarnya sudah punya modal itu. Sosok Novak dan villain dengan level yang
lebih tinggi lagi, Rubino digambarkan sadis dan tanpa ampun. Beberapa adegan
sadis pun tanpa tedeng aling-aling ditampilkan. Namun skill untuk menghadirkan
adegan hide-and-seek (kejar-kejaran) yang mendebarkan agaknya masih perlu lebih
diasah lagi, terutama dari segi timing yang kurang presisi. Untungnya masih ada
klimaks yang akhirnya menemukan ritme dan visualisasi yang pas sebagai sebuah
action thriller. Di banyak kesempatan Odar juga tampak kesulitan
memvisualisasikan maksud arah plot yang membuat karakter tampak kebingungan
dalam melakukan pilihan aksi dan sempat off pula. Diperparah dengan
elemen-elemen humor yang meski kadarnya tergolong sangat kecil tapi semakin
mengurangi atmosfer ketegangannya.
Selain itu character investment juga terasa menjadi kendala
yang cukup mempengaruhi simpati penonton terutama terhadap karakter Vincent
Downs. Meletakkan ulah negatif Vincent di paling depan dari film sudah
memberikan image negatif terhadap sosoknya. Kemungkinan positif pun ditampilkan
setelah melewati pertengahan film, yang artinya penonton (setidaknya, saya)
sudah terlanjur dibuat antipati duluan. Mungkin akan lain cerita jika sejak
awal penonton ditunjukkan sosok Vincent yang netral, baru di tengah-tengah plot
diselipkan kecurigaan akan sisi gelap dari karakter tersebut.
Jamie Foxx adalah salah satu aktor kulit hitam yang terbukti
mampu mengisi peran-peran serius dan sulit. Sebagai Vincent Downs, ia
menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelabui karakter lain (dan juga penonton)
either karakternya baik atau jahat. Ada keseimbangan dua sisi yang sama-sama
cukup convincing. Pun juga di beberapa momen paling emosionalnya, akting Foxx
terasa begitu ‘hidup’. Michelle Monaghan sebagai Jennifer Bryant pun memberikan
performa yang berhasil mengimbangi Foxx. Setelah peran-peran side-kick jagoan
utama, kali ini Monaghan ‘naik kelas’ dan terbukti mampu membawakan beban
perannya dengan baik. Octavius J. Johnson sebagai Thomas tampil cukup pas
sesuai dengan porsi perannya. Sebagai sosok putra Downs, sayang karakternya tak
diberi porsi yang lebih mengundang simpati penonton. Kehadiran Gabrielle Union
sebagai Dena adalah daya tarik tersendiri. Sementara Scoot McNairy sebagai
Novak, David Harbour sebagai Dennison, Dermot Mulroney sebagai Stanley Rubino,
dan rapper, T.I. sebagai Sean Cass tampil fair enough.
Teknis Sleepless
sebenarnya cukup layak di genrenya meski sebenarnya masih bisa lebih
dimaksimalkan lagi. Misalnya sinematografi Mihai Malaimare Jr. yang cukup layak
dalam mengeksplorasi setting-setting lokasi, tapi masih kurang ‘berenergi’
untuk mencengkram emosi penonton lewat suguhan thriller-nya. Begitu juga
editing Robert Rzesacz yang terasa sedikit terbata-bata dalam menyusun
puzzle-puzzle adegan di pusaran fucked-up situation yang coba dihadirkan. Pada
akhirnya thriler timing pun jadi agak terpengaruh. Music scoring dari Michael
Kamm sekedar cukup layak dalam membangun nuansa thrilling. Tak terlalu berkesan
tapi cukup mencapai fungsinya dengan baik. Didukung pemilihan soundtrack
beraliran trance, hip-hop, dan rap yang sangat bersinergi dengan
adegan-adegannya. Sound design pun tak ada kendala berarti. Memang tak
terdengar bombastis, tapi keseimbangan antara dialog, sound effect, dan scoring
terjaga dengan baik. Begitu pula keseimbangan antara crisp dan clarity secara
keseluruhan. Tak ketinggalan pembagian kanal surround yang juga cukup terasa.
Menghadirkan action thriller dengan plot fucked-up situation
yang ‘multi-level’, Sleepless
sebenarnya berpotensi jadi sajian yang menarik untuk diikuti. Hasil akhirnya
memang masih menarik, tapi jelas masih bisa jauh lebih dimaksimalkan, terutama
dari segi nuansa thriller yang dihadirkan. Ending yang terkesan cliffhanger
mungkin memang dimaksudkan sebagai bridging ke pengembangan franchise jika
installment kali ini berhasil secara komersial. Kendati pun yang terjadi justru
sebaliknya, ending tersebut bisa dianggap sebagai sebuah statement bahwa dirty
cops akan selalu ada seiring dengan kelompok mafia yang juga akan selalu ada
yang lebih tinggi dan lebih berbahaya lagi. Nevertheless, Sleepless masih layak menjadi sajian action thriller untuk mengisi
waktu luang. Apalagi jika Anda memang menggemari sajian action thriller dengan
tema good cops-bad cops.
Lihat data film ini di IMDb.