3/5
Asia
Comedy
Drama
Hindi
mature relationship
Pop-Corn Movie
Remake
Romance
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Ok Jaanu
Cinta atau karir? Belum lama ini sebuah film musikal fenomenal
yang berjaya di banyak ajang penghargaan bergengsi dunia, La La Land, mengangkat tema klasik yang ternyata sampai sekarang
masih sangat relevan. Awal tahun 2017 ini Bollywood juga menawarkan tema serupa
tapi dengan fokus dan tentu saja, treatment yang berbeda. Film bertajuk Ok Januu (Bahasa Inggris: Ok, Darling!)
yang diproduksi oleh Madras Talkies milik Mani Ratnam dan Dharma Prouctions
milik Karan Johar ini merupakan remake dari film Tamil berjudul O Kadhal Kanmani yang juga diproduksi
Ratnam tahun 2015 lalu. Dengan sentuhan khas Bollywood, tentu tema universal
ini diharapkan bisa menjangkau penonton yang lebih luas di seluruh dunia.
Naskahnya masih dikerjakan Ratnam sendiri, tapi bangku penyutradaraan
diserahkan kepada Shaad Ali yang pernah mengarahkan Saathiya, Bunty Aur Babli,
Jhoom Barabar Jhoom, dan Kill Dil. Aditya Roy Kapoor dan Shraddha
Kapoor kembali dipasangkan setelah Aashiqui
2. Seolah nama-nama tersebut belum cukup untuk menjadi daya tarik, masih
ada komposer legendaris, A. R. Rahman yang menggarap musiknya, dan Gulzar yang
piawai menuliskan dialog-dialog indah.
Secara garis besar mungkin dengan mudah Anda berkesimpulan ‘La La Land banget’. Tak salah karena
tema yang memang serupa. Namun keduanya dikembangkan dengan treatment dan arah
yang sangat berbeda. Jika La La Land memang
berfokus pada pilihan antara asmara atau meraih mimpi, maka Ok Jaanu menitik beratkan pada dilematis
mengontrol perasaan diri terhadap pasangan agar tidak berakhir menyakitkan.
Karakter Tara sengaja dibangun dengan trauma atas rumah tangga kedua orang
tuanya yang bubar jalan, sehingga ketakutannya menjadi masuk akal. Dilema yang
dihadirkan pun cukup terasa berkat chemistry antara Aditya dan Shraddha yang
memang terjalin kuat. Sementara karakter Adi tidak diberikan latar belakang
yang cukup untuk menjadikan ketakutannya rasional. Anggap saja ia seperti
kebanyakan pria muda yang lebih tertarik untuk mengejar karir setinggi mungkin
dan menganut paham carpe diem. Dilematis sejenis yang dialami Tara juga
ditunjukkan dengan jelas oleh karakter Adi, menjadikannya dilema komunal yang seimbang.
Sayang, sama seperti arah hubungan Adi dan Tara, laju plot
yang dihadirkan Shaad Ali di sini seolah terasa kebingungan mau dibawa ke arah
mana. Alhasil nyaris lebih dari separuh film dihabiskan untuk memupuk chemistry
antara keduanya tanpa laju yang cukup berarti dan bahkan beberapa tergolong
pengulangan. Hubungan yang carefree, gila-gilaan, tapi juga dilematis.
Bandingkan dengan penyampaian gaya hubungan serupa di Befikre yang somehow lebih terasa berjalan mulus di balik rangkaian
hal-hal gila dan dilematis-nya.
Konklusinya pun tergolong sangat biasa tanpa statement yang cukup kuat
dengan konflik yang semenarik dan serelevan (dengan kondisi sosial masa kini)
itu.
Sub-plot hubungan antara Paman Gopi dan Bibi Charu menurut
saya sangat potensial untuk menjadi refleksi yang kuat bagi ketakutan hubungan
Adi dan Tara. Sejak awal niatan tersebut terlihat jelas dan sempat pula menuju
ke arah tersebut. Sayangnya Shaad Ali
tak menemukan cara untuk mengkoneksikan sub-plot tersebut ke plot utama
sehingga menjadi konklusi yang bold. Sub-plot ini pun akhirnya berjalan sendiri
tanpa punya dampak yang terasa signifikan terhadap hubungan Adi dan Tara.
Bekal menjadi pasangan di Aashiqui
2, Aditya Roy Kapoor dan Shraddha Kapoor masih memberikan performa
sekaligus chemistry yang convincing dan cukup kuat. Setidaknya dilema keduanya
terasa dengan jelas lewat gesture dan ekspresi wajah. Penampilan aktor veteran,
Naseeruddin Shah pun menjadi pendukung yang tak kalah mencuri perhatian, baik
karena kharisma aktingnya yang terpancar kuat maupun chemistry dengan Leela
Samson sebagai Charu yang tak kalah hangatnya. Sementara Jasmeet Singh Bhatia
sebagai Bantee, Sharma Vibhoutee sebagai Jennifer, dan Kitu Gidwani sebagai ibu
Tara tampil pas sesuai porsi masing-masing.
Tampilan visual menjadi salah satu daya tarik utama Ok Jaanu. Tak hanya sinematografi Ravi
K. Chandran yang mengeksplorasi setting serta emosi-emosi cerita dengan variasi
shot, tapi juga tampilan animasi game yang digarap oleh karakter Adi yang
begitu memanjakan mata. Motion graphic di credit title-pun menunjukkan
kelanjutan kisah asmara Adi dan Tara dengan fun. Editing A. Sreekar Prasad
masih tergolong aman untuk sekedar menggerakkan plotnya, di luar storytelling
Shaad Ali yang seringkali masih kurang jelas. Desain produksi Sharmishta Roy
begitu memukau di banyak kesempatan, terutama kamar hotel dan rumah Paman Gopi.
Desain kostum Eka Lakhani pun layak mendapatkan kredit lebih. Score music dari
A.R. Rahman seperti biasa, mampu menyuntikkan energi sekaligus nuansa romantisme
tersendiri. Tak ketinggalan sedikit eksperimen dengan memasukkan elemen-elemen
suara a la 16 bit sesuai dengan visual style bak video game. Track-track
pengiringnya beberapa cukup catchy, terutama theme song Ok Jaanu dan The Humma Song.
Kendati Aditya Roy Kapoor dan Shraddha Kapoor menghadirkan
chemistry manis yang convincing dan kuat, agaknya masih belum cukup untuk
menjadikan Ok Jaanus sebuah drama
romantis bertema menarik dengan konklusi yang bernas. Salah satu faktornya
adalah storytelling Shaad Ali yang masih kurang jelas dan seringkali terasa
kebingungan membawa arah cerita. Akhirnya Ok
Jaanu menjadi sebuah drama romantis yang just ok. Dengan tema yang serupa,
saya masih lebih memilih Befikre untuk
direkomendasikan. Namun setidaknya Ok Jaanu punya visual yang sayang dilewatkan di layar lebar.
Lihat data film ini di IMDb.