5/5
Asia
black comedy
Comedy
cop
Crime
Drama
Hindi
Investigation
Law
Musical
Pop-Corn Movie
Romance
satire
sequel
Socio-cultural
Spin-off
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The State vs Jolly LL.B 2
[जॉली एलएलबी २]
Ada alasan mengapa film bertema court drama masih jarang
diangkat. Pertama, perlu riset dan pemahaman khusus terhadap bidangnya, apalagi
tiap regional punya hukum yang berbeda-beda. Kedua, karena tema yang begitu
spesifik membuat penonton yang tertarik pun menjadi segmented. Penonton umum
cenderung menghindari karena takut akan sulit memahami, kebosanan, dan mungkin
tertidur. Ketiga, menulis dan mengembangkan plot berlatar belakang hukum punya
tingkat kesulitan yang tinggi. Tak hanya harus jeli memanfaatkan 'celah-celah'
untuk dijadikan kasus berdaya tarik, tapi juga kemasan akhir yang tetap bisa
meghibur di balik tema yang serius. Drama kemanusiaan dan thriller lebih sering
dijadikan treatment. Terakhir yang paling berkesan dalam benak saya adalah The Judge (2014) yang menyentuh
sentimentil penonton lewat kisah ayah-anak. Sementara yang dikemas dalam bentuk
komedi cerdas harus menarik waktu lebih jauh lagi. Yaitu Legally Blonde (2001) yang dibawakan secara cemerlang oleh Reese
Witherspoon. Sayang sekuelnya di tahun 2003 tak sesukses installment pertama.
Sinema Hindi baru tahun lalu memukau penonton dunia lewat
court drama yang menyentil aspek kesetaraan gender, hak wanita, dan lemahnya
hukum di negara mereka lewat Pink
yang dibintangi Amitabh Bachchan. Awal tahun ini sinema Hindi mencoba mengulang
kesuksesan komedi satir bertema ruang pengadilan, Jolly LL.B (2013) lewat sekuelnya, The State vs Jolly LL.B 2 atau judul singkatnya, Jolly LL.B 2 (JLLB2). Akshay Kumar yang
jelas jauh lebih populer dipilih untuk menggantikan sosok sentral Jolly LL.B.
Namun karakter yang ia perankan bukan karakter yang sama dari JLLB. Hanya
julukan yang sama dan Saurabh Shukla yang melanjutkan peran Hakim Tripathy. So
JLLB2 sebenarnya lebih tepat disebut sebagai spin-off ketimbang sekuel.
Bertahun-tahun Jagdish Mishra bekerja sebagai sekretaris
seorang pengacara terkenal hanya karena sang ayah sebelumnya sudah tiga puluh
tahun menjadi sekretarisnya. Sebagai pengacara yang bersertifikat Jagdish terus
berharap suatu hari diberi kesempatan menangani kasus. Sayang masa itu tak
kunjung datang, maka ia nekad berinisiatif membuka kantor pengacara sendiri
dengan menggunakan uang dari calon klien majikannya yang ditolak, Heena. Siapa
sangka 'penipuan' yang ia lakukan itu berbuntut Heena bunuh diri karena putus
asa. Untuk menebus kesalahan dan memulihkan reputasi, ia mulai mempelajari
kasus kematian suami Heena yang diduga korban polisi korup, Inspektur Suryaveer
Singh. Investigasi ini membawa dirinya ke dalam jaringan kotor kepolisian
Lucknow yang tak hanya membahayakan reputasinya, tapi juga nyawanya. Apalagi
Inspektur Suryaveer ditangani oleh pengacara terbaik di Lucknow, Pramod Mathur.
Adu argumen dan kecerdasan pun berlangsung alot dan lama di ruang persidangan
Hakim Sunderlal Tripathi.
Secara garis besar, formula JLLB2 memang terkesan kurang lebih sama dengan
installment pertamanya. Namun jika Anda membandingkan hasil akhirnya, JLLB2
terasa seperti versi ‘spiced-up’ dari JLLB. Ada cukup banyak improvement yang
dilakukan di berbagai aspek. Lebih banyak sindiran dan mock yang disebar di
berbagai penjuru film dengan cara yang lebih relevan dengan plot utama. Bahkan
film ditutup dengan sebuah sketsa kecil yang secara sederhana dan literal
menyindir makna ‘keadilan’. Pembangunan karakter utama, Jagdish Mishra alias
Jolly dibuat lebih kompleks dengan menghadirkan sosok yang gelap di awal
sebagai setup turnover cerita yang (ternyata) punya impact lebih mendalam.
Keseimbangan sosok Jolly sebagai karakter serius dan gokil pun terasa pada
porsi yang lebih pas dan solid ketimbang sosok serupa di JLLB. Terakhir, look
keseluruhan JLLB2 jelas terasa dibuat lebih proper, higher budget, dan lebih
‘Bollywood’ ketimbang JLLB yang masih agak ‘FTV’. Alhasil, JLLB2 menjadi sebuah
komedi satir yang jauh lebih seimbang di berbagai aspek dan digarap dengan
lebih solid dalam menyindir, mengolok-olok, dan menggugat berbagai isu di dalam
dunia peradilan. Tak lupa pula unsur ‘hearty’ yang menjadi komposisi yang tak
boleh diabaikan sebagai sebuah drama kemanusiaan.
Reputasi kualitas akting Akshay Kumar yang tergolong versatile
sekali lagi terbuktikan lewat penampilannya sebagai Jagdish Mishra alias Jolly.
Sosok Jolly yang bak punya dua sisi yang berlawanan mampu diterjemahkan Akshay
dengan keseimbangan yang luar biasa sehingga emosi penonton tak sampai
terbiaskan ketika salah satu sisi ditampilkan di layar. Saurabh Shukla sebagai
Hakim Sunderlal Tripathi masih melanjutkan peran yang kurang lebih sama dari
JJLB, tapi kali ini dengan kadar komikal yang sedikit lebih banyak. Annu Kapoor
punya kharisma yang pas sebagai Pramod Mathur, menjadikannya rival yang sepadan
bahkan di berbagai kesempatan lebih kuat bagi Jolly. Huma Qureshi sebagai
Pushpa memang tak punya cukup porsi dalam plot tapi cukup menarik perhatian.
Terakhir yang paling mencuri perhatian adalah Sayani Gupta sebagai Hina
Siddiqui. Dengan porsi yang termasuk terbatas, she’s stolen it quite strong.
Dibandingkan installment pertama, teknis JLLB2 jelas terasa
lebih proper dan lebih sinematik khas Bollywood. Terutama berkat sinematografi
Kamal Jeet Negi yang menyuguhkan variasi-variasi shot yang tepat guna dan
pergerakan kamera yang menarik untuk diikuti. Editing Chandrashekhar Prajapati
membuat pace cerita mengalir lancar dan dengan porsi yang serba pas dalam
membangkitkan emosi penonton di tiap fasenya. Musik dari Vishal Khurana
memberikan keseimbangan yang pas antara drama, komedi, dan thriller meskipun
tak terlalu signatural. Nomor-nomor musikal yang dihadirkan cukup ear-catchy
dengan porsi dan timing yang pas. Desain produksi Gautam Sen menghadirkan
kondisi interior yang sebenarnya tergolong kumuh menjadi terkesan eksotis
dengan tetap punya vibrasi warna yang pas.
Sebagai sebuah court drama (atau lebih tepat, komedi satir),
JLLB2 merupakan paket hiburan cerdas yang dibangun dengan komposisi serba
seimbang antara drama, komedi, dan thriller. Penuh dengan berbagai sindiran,
olok-olok, dan gugatan, tak hanya berkaitan dengan hukum, tapi juga kondisi
sosial-budaya, yang meski sangat banyak tapi sama sekali tak terasa terlalu
stuffed-up ataupun terlampau cerewet. Kemasan investigatif yang tak kalah seru
dan cerdasnya membuat flow JLLB2 asyik dan bikin penasaran untuk diikuti.
Improvement yang cukup signifikan dari JLLB pertama. Penonton yang tak menonton
installment pertama ataupun tak memahami sistem peradilan di India pun tak akan
dibuat mengerutkan kening untuk mengikutinya. Dengan berbagai kelebihan yang
dimilikinya, JLLB2 merupakan sajian Bollywood yang sangat bagus di awal tahun
2017 ini. Melanjutkan kegemilangan tahun 2016 yang telah menelurkan banyak
film-film yang dengan jelas membuktikan kelebihan-kelebihan luar biasa dari
sinema Bollywood.
Lihat data film ini di IMDb.