Politik dan court drama bukanlah genre yang populer. Selain
temanya yang cenderung berat dan/atau butuh pengetahuan spesifik untuk
memahaminya, image membosankan membuat kedua tema ini cenderung dijauhi
penonton. Padahal banyak court drama dan film politik yang sebenarnya telah
diramu sedemikian rupa sehingga dengan mudah dipahami oleh penonton terawam
sekalipun. Miss Sloane (MS) yang
naskahnya masuk top five Hollywood’s 2015 Black List dan ditulis oleh satu
orang saja, yaitu Jonathan Perera. Menariknya, Perera belum pernah menulis
naskah film apapun sebelumnya. Naskah MS mulai ditulisnya saat masih berusia 30
tahun dan tinggal di Asia. Siapa sangka naskah debutan ini menarik minat banyak
produser. Bahkan seorang Steven Spielberg mengaku fan berat naskah tersebut dan
sempat berniat menyutradarainya. Karena faktor jadwal yang sudah terlampau
padat, John Madden (Shakespeare in Love,
The Debt, The Best Exotic Marigold Hotel) akhirnya terpilih untuk duduk di
bangku sutradara. Nama Jessica Chastain menjadi satu-satunya kandidat aktris
pengisi karakter utama menurut visi Madden. Apalagi ini merupakan kerjasama
kedua antara Madden dan Chastain setelah The
Debt. Didukung Mark Strong, Gugu Mbatha-Raw, dan John Lithgow, MS lantas
menjadi media dan critics darling. Sempat ada isu propaganda terkait topik
kepemilikan senjata api yang diangkat menjadi subjek. Bagaimanapun, kontroversi
bisa menjadi media promosi yang ampuh. Setidaknya menjadi bahan pembicaraan
dan/atau menumbuhkan rasa penasaran. Untuk film yang tergolong segmented, ini
jelas punya keuntungan tersendiri.
Elizabeth Sloane dikenal sebagai seorang pelobi politik dengan
reputasi yang tak terkalahkan untuk firma Cole Kravitz & Waterman. Ia
memegang teguh kunci yang ia percayai untuk memenangkan sesuatu. Tantangan
muncul ketika firmanya di-hire oleh pengusaha pabrik senjata api, Bob Sanford
untuk menentang pengesahan undang-undang kepemilikan senjata api. Sloane yang
merasa tidak setuju dengan ide ini lantas menerima pinangan firma pesaing yang
dipimpin oleh Rodolfo Schmidt, Peterson Wyatt, yang justru mendukung pengesahan
undang-undang tersebut. Strategi pun dilancarkan untuk mengalahkan Cole Kravitz
& Waterman dan beberapa anggota tim di firma yang tidak lagi ‘mengikuti’
sloane. Bahkan Sloane tak segan-segan memanfaatkan salah satu anggota timnya
yang punya masa lalu terkait senjata api, Esme, sebagai pion. Sementara Cole
Kravitz & Waterman tak kalah licik. Rahasia Sloane ketika menangani kasus
untuk mereka dulu dimanfaatkan untuk mengalahkan Peterson Wyatt sekaligus
menjatuhkan reputasi Sloane.
Ada alasan mengapa nama Miss Sloane dijadikan judul. Alih-alih
berfokus pada pertarungan dua firma di kasus pengesahan undang-undang
kepemilikan senjata api, MS memilih untuk menitik-beratkan pada karakter
Elizabeth Sloane sebagai daya tarik utamanya. For that purpose, naskah
memberikan detail yang luar biasa untuk membuat penonton tak sekedar love
or/and hate terhadap karakternya, tapi juga memahaminya lebih dalam. Sebuah
character investment yang berhasil mengundang simpati penonton, terlepas dari
neraca baik-buruknya karakter Elizabeth Sloane lebih berat ke arah mana. Tiap
detail kasus yang dijalankan sebagai laju plot dimanfaatkan untuk lebih jauh
mengenal karakter Sloane sekaligus memahami konteks keseluruhan kasus. Bagi
penonton yang familiar dengan tema court-drama dan politik, mungkin
‘kejutan-kejutan’ atas licik dan kotornya dunia politik sudah menjadi sesuatu
yang biasa, tak ada yang istimewa. Bahkan mungkin kebanyakan bisa dengan mudah
ditebak. Sebaliknya bisa juga menjadi ‘kejutan-kejutan’ menarik bagi penonton
yang belum punya banyak referensi tema sejenis. Naskah Perera dan pengarahan
dari Madden membuat laju dan pace plot-nya mengalir dengan porsi yang serba pas
dan jika Anda tertarik, sebenarnya sangat mudah dipahami dan sama sekali tak
membosankan.
Lantas ketika mencapai titik konklusi, penonton diberi
kebebasan untuk menganalisis kesimpulan atas karakter Elizabeth Sloane
sekaligus pilihan untuk bersimpati terhadap karakternya ataupun sebaliknya.
Detail yang lebih dari cukup untuk membantu Anda memutuskan. Tak ada
kecenderungan film untuk membela atau memojokkan sosok Sloane, terutama ada
justifikasi yang sesuai dan layak untuk diapresiasi di balik segala sepak
terjangnya yang tak jarang negatif.
Dipercaya mengisi peran utama yang begitu penting dan kuat,
Jessica Chastain menjalankan amanat tersebut dengan penampilan yang luar biasa.
Bisa jadi malah salah satu performa akting terbaik yang pernah dilakoninya,
baik faktor porsi peran maupun kualitas akting. Segala detail dan kompleksitas
karakternya ditunjukkan dengan begitu jelas. Tak hanya secara verbal, tapi juga
gesture dan ekspresi wajah. Di lini pendukung, sebagian besar aktor-aktris
tampil tak kalah menonjol. Misalnya Gugu Mbatha-Raw yang membuat karakter Esme
punya daya tarik yang kuat, Mark Strong yang kharisma aktingnya makin menguat
sebagai Rodolfo Schmidt, Sam Waterston sebagai George Dupont, dan John Lithgow
sebagai Ron M. Sperling dengan villainous charisma-nya.
Dalam menyampaikan ‘misi-misi’-nya, MS tak banyak memanfaatkan
teknis yang unik. Mulai sinematografi Sebastian Blenkov yang sekedar mampu
menyampaikan storytelling-nya dengan efektif sampai editing Alexander Berner
yang membuat alur campurannya tak membingungkan, justru terus membangun rasa
penasaran penonton. Score dari Max Richter pun tak mau mendramatisir
adegan-adegan secara berlebihan. Sekedar mengiringi tensi yang sudah terbangun
lewat kekuatan akting para aktor, keefektifan sinematografi, dan ketepatan
timing editing menjadi sedikit punya ‘rasa’ lebih.
MS adalah salah satu contoh bagaimana cerita yang dibangun
lewat character investment lewat laju plot (yang notabene kelewat serius dan
membosankan) bisa menjadi begitu efektif, dijelaskan dengan simple, dan tetap
punya daya tarik yang mengikat penonton. Memang treatment penyampaiannya
tergolong sangat biasa, tak ada kejutan-kejutan berarti (di genre dan
tema-nya), dan minim dramatisasi, tapi overall masih cukup thoughtful. Mau tak
mau meninggalkan perasaan ingin menganalisis karakter Elizabeth Sloane dari
berbagai aspeknya. Tentu saja penggemar Jessica Chastain pantang untuk
melewatkan salah satu performa terbaiknya so far, dan malah mungkin, ever.
Lihat data film ini di IMDb.