Diam-diam sinema Rusia ternyata terus berupaya untuk unjuk
gigi di pasar internasional, tak terkecuali Indonesia. Setelah berturut-turut
menyuguhkan Flight Crew, Earthquake, dan The Guardians, Moxienotion kembali mengimpor film Rusia yang kali
ini bertemakan sci-fi. Attraction (Prityazhenie) dibesut sutradara
sekaligus aktor yang pernah mendapatkan penghargaan Generation Award di MTV
Movie Award Rusia 2008, Fedor Bondarchuk, sementara naskahnya disusun oleh duo
Oleg Malovichko dan Andrey Zolotarev yang pernah bekerja sama sebelumnya di
film drama fantasi keluarga, Prizrak
(2015). Aktris muda Irina Starshenbaum digandeng untuk mengisi peran utama,
kembali berpasangan dengan aktor Alexander Petrov setelah di film pendek Podarok Very (2016). Dengan trailer yang
menjanjikan tampilan visual dan special effect mencengangkan, Attraction terlihat begitu menarik untuk
disaksikan di layar lebar.
Yulia, putri Kolonel Valentin Lebedev, sedang kasmaran dengan
seorang pemuda bernama Artyom. Tak diduga ketika sedang bermesraan, terjadi hujan
meteor yang berakhir dengan petaka sebuah benda angkasa raksasa yang jatuh di
distrik Chertanovo, Rusia dan menyebabkan kematian sahabatnya, Svetlana. Yulia,
Artyom dan geng-nya merencanakan aksi balas dendam terhadap siapapun di balik
benda asing ini. Dalam sebuah peristiwa, salah satu alien justru menyelamatkan
Yulia. Sebagai balas budi, Yulia juga menolong alien tersebut ketika sedang
terluka parah. Ternyata alien ini punya fisik yang sama persis dengan manusia.
Dengan kemampuan untuk menerjemahkan bahasa manusia, alien yang mengaku bernama
Hekon ini mulai berkomunikasi dan menyampaikan tujuan kedatangan kaumnya ke
bumi kepada Yulia. Sementara itu pihak pemerintah dan juga geng Artyom masih
terus melancarkan niatnya untuk membabat habis alien-alien ini.
Saya setuju jika Anda berpikir premise tersebut sangatlah
standard untuk genre sci-fi. Let’s say Independence
Day digabung District 9. Mulai bagaimana manusia berusaha menghabisi
para alien tanpa berniat untuk ‘mengenal’ atau mencari tahu terlebih dahulu
hingga filosofi kedatangan alien yang konon merupakan alegori dari kejadian
kerusuhan Biryulyovo tahun 2013 lalu. Dengan bumbu teenage romance (bahkan
cinta segitiga!) di babak kedua, Attraction
sempat mengalami turnover yang agak mendistraksi (baca: mengganggu) gelaran
high-concept sci-fi yang sudah dibeber sejak awal film. Namun untungnya ketika mencapai
klimaks dan menyampaikan konklusinya, ia kembali ke jalur sci-fi filosofis yang
ternyata cukup related dengan gelaran teenage-romance-nya, pun juga alegori
kerusuhan Biryulyovo (serta tentu saja penyebab kerusuhan-kerusuhan serupa di
belahan bumi manapun selama ini) terbaca dengan sangat jelas. Tak terlalu
rumit, tapi sangat jelas.
Daya tarik utama Attraction
tentu saja gelaran visual effect yang begitu mencengangkan. Sama sekali tak
kalah dengan produksi big-budget Hollywood (budget Attraction ‘hanya’ US$ 6.3 juta!). Tak hanya kerealistisan visual
effect saja, tapi juga terlihat sekali desain universe yang tak main-main.
Lihat saja bagaimana desain pesawat luar angkasa dan doid-droid yang bak
exoskeleton berisi organisme serupa manusia. Tata adegan aksinya pun termasuk
sangat efektif dalam bernarasi. Tentu ini tak lepas dari sinematografi Mikhail
Khasaya yang piawai menghasilkan money-shot. Sound design dan sound mixing pun
mempresentasikan audio yang mumpuni di genrenya, termasuk fasilitas 7.1
surround yang dimanfaatkan dengan begitu maksimal. Sayang taka da versi IMAX 3D
atau sekedar 3D yang diputar di layar Indonesia.
Penampilan aktor-aktrisnya pun tergolong baik, sesuai
kebutuhan peran dan porsi masing-masing. Bintang muda, Irina Starshenbaum,
punya pesona serta kharisma yang lebih dari cukup dalam mengisi peran utama,
Yulia. Alexander Petrov sebagai Artyom pun menampilkan sisi protagonis
sekaligus antagonis dengan transisi yang mulus. Sementara Rinal Mukhametov lah
yang paling mencuri perhatian lewat peran Hekon.
Secara keseluruhan
Attraction mungkin memang tak menawarkan sesuatu yang baru di genre sci-fi
dan tema alien invasion. Pun juga transisi sub-plot cinta segitiga-nya sempat
mendistraksi. Namun ia menjadi bukti di mata internasional bahwa sinema Rusia
sangat layak untuk diperhitungkan dalam menghasilkan film-film a la
blockbuster. In my opinion, sesungguhnya sangat sayang jika sampai melewatkan Attraction di layar lebar dengan
fasilitas audio-visual yang mumpuni. Apalagi jika Anda termasuk penggemar
sci-fi.
PS: Attraction yang
ditayangkan di bioskop Indonesia menggunakan audio bahasa asli, Bahasa Rusia,
dengan subtitle Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Lihat data film ini di IMDb.