4/5
Crime
Drama
Family
Friendship
Hindi
Investigation
Mystery
Politic
Revenge
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Wazir [वाज़िर]
Di lini utamanya, Bollywood
memang didominasi oleh ke-khas-annya, yaitu romance atau masala (genre
campur-campur, mulai romance, keluarga, dan action), tapi beberapa tahun
terakhir ada satu-dua genre thriller investigatif yang menawarkan tema-tema
segar dan mengeksplor banyak aspek yang tergolong jarang dilirik film-film
negara lain. Awal tahun 2016 ini, Bollywood punya Wazir, sebuah thriller investigatif yang mencoba memainkan
mind-game manipulatif. Proyek yang digagas oleh Vidhu Vinod Chopra ini awalnya
akan dijadikan produksi Chopra pertama di Hollywood dengan bintang Dustin
Hoffman. Sayang produser Robert Newmyer meninggal dunia sebelum siap
direalisasikan. Akhirnya Chopra menggandeng Bejoy Nambiar dan tim penulis
naskah yang pernah bekerja sama dengannya di Shaitan dan David,
ditambah Abhijat Joshi yang sudah melahirkan karya-karya Hindi notable macam Mission Kashmir, 3 Idiots, dan PK.
Memperkuat interest factor, Nambiar menggandeng aktor legendaris Amitabh
Bachchan dan Farhan Akhtar yang kita kenal lewat Zindagi Na Milegi Dobar serta sutradara film blockbuster, duologi Don.
Pasca kematian sang putri ketika
memburu teroris bernama Farooq Rameez, seorang opsir Anti-Terrorism Squad,
Daanish Ali, dihantui rasa bersalah, bahkan sampai nekad memburu sang teroris
secara pribadi yang mengakibatkan skorsing dari satuannya. Bahkan istrinya,
Ruhana, juga menyalahkannya karena nekad memburu Rameez saat sedang bersama
keluarganya. Upaya bunuh dirinya digagalkan oleh kehadiran Pandit Omkar Nath
Dhar yang ternyata adalah guru catur putrinya semasa hidup. Pandit perlahan
menghibur dan memulihkan jiwa Daanish lewat permainan catur. Tak hanya sebagai
permainan, Pandit juga mengambil metafora catur dalam kehidupan. Ketika
persahabatan mereka jauh lebih dekat, terkuak masa lalu Pandit yang kehilangan
putrinya, Nina karena kecelakaan jatuh dari tangga di rumah Menteri
Kesejahteraan, Qureshi. Kebetulan saat itu Nina mengajar catur putri Qureshi,
Ruhi. Namun Pandit yakin kematian Nina disebabkan oleh Qureshi sendiri. Sayang
kasus ini akhirnya ditutup oleh pihak kepolisian.
Merasa berhutang budi, Daanish
mulai melakukan penyelidikan terhadap Qureshi, termasuk mendekati Ruhi sendiri.
Satu per satu petunjuk semakin mendekatkan Daanish dengan Qureshi dan
fakta-fakta tentang identitasnya di masa lalu. Keadaan semakin mencekam setelah
Pandit mulai diteror oleh sosok yang mengaku bernama Wazir, yang dalam
permainan catur merepresentasi The Queen alias Sang Ratu.
Sejak awal, Wazir menunjukkan formula yang tak jauh berbeda dengan beberapa film
Hindi lain: balas dendam, keluarga, dan persahabatan. Metafora permainan catur
pun awalnya seperti sekedar pemanis yang membuat cerita menjadi terkesan lebih
cerdas. Nilai lebihnya terletak pada dialog-dialog cerdas dan indah, terutama
dari karakter Pandit. Bahkan saya sempat mengernyitkan dahi ketika Daanish
lebih memburu Wazir ketimbang target utamanya, Qureshi, yang notabene bos dari
Wazir. Namun rupanya Wazir menunjukkan
lebih dari itu ketika cerita bergulir lebih jauh dan aroma twist menarik mulai
tercium. Metafora catur pun tak hanya menjadi pemanis cerita supaya terkesan
smart, namun menjadi basis utama cerita. Mungkin twist-nya tak benar-benar
baru, namun bisa nge-blend dengan begitu rapi, cerdas, serta relevan.
Pengulangan adegan yang memperjelas revealing moment, yang mungkin memang
bertujuan mempermudah penonton awam memahaminya, jadi tak begitu mengganggu
bagi saya. Elemen drama persahabatan dan keluarga yang menjadi ‘kulit luar’
mampu mendukung cerita dengan keseimbangan yang pas, tanpa terkesan saling
tumpang tindih.
Daya tarik utama di Wazir tentu saja penampilan Amitabh
Bachchan yang kekuatan kharisma-nya tak sedikit pun pudar. Berkat karakter
Pandit yang memang menarik, ditambah dialog-dialog cerdas, Amitabh seolah
menjadi nyawa utama film. Porsi (dan pesona) Farhan Akhtar mungkin masih kalah
dengan Amitabh, namun setidaknya ia berhasil membentuk chemistry persahabatan
yang begitu kental dengan karakter Pandit, serta cukup berhasil menarik simpati
penonton. Kecantikan Aditi Rao Hydari sebagai Ruhana tak punya porsi cukup
dalam cerita untuk mampu menarik perhatian. Justru di jajaran cast pendukung,
Neil Nitin Mukesh sebagai sosok Wazir, John Abraham sebagai S.P., dan terutama
si cilik Mazel Vyas sebagai Ruhi, yang di klimaks mampu menyedot emosi penonton
secara maksimal.
Sinematografi Sanu Varghese
mungkin tak terlalu istimewa, namun setidaknya cukup mampu bercerita dengan
efektif. Editing dari Chopra sendiri dibantu Abhiajat Joshi berperan cukup
penting dalam menjaga energi sekaligus emosi cerita secara seimbang. Terakhir,
tentu saja musik-musik Rohit Kulkarni yang meski tidak dihadirkan sebagai
musical performance, namun beberapa berhasil jadi memorable, terutama sekali Tere Bin.
Tanpa musical performance
(lagu-lagu hanya diletakkan sebagai latar adegan), durasi yang ‘hanya’ 1 jam 42
menit, plot yang berjalan lugas dan runtut, Wazir
menjadi sajian tontonan yang padat dan
sangat mengasyikkan. Sayang untuk dilewatkan, apalagi jika Anda termasuk
fan Amitabh Bachchan atau penggemar film thriller investigatif yang cerdas dan
punya twist menarik.
Lihat data film ini di IMDb.