3/5
Christmas
Comedy
Drama
Family
Hollywood
mature relationship
motherhood
Omnibus
Pop-Corn Movie
Psychological
Romance
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Love the Coopers
‘Kering’-nya film bertemakan
Natal beberapa tahun belakangan ini membuat tiap film Natal menarik untuk
disimak. Termasuk Love the Coopers
(LTC), sebuah drama komedi keluarga (yang ternyata nggak keluarga-keluarga
banget) anti-Christmas dengan gaya penceritaan bak omnibus seperti yang pernah
ditawarkan Love Actually tahun 2003
lalu. Daya tarik utamanya tentu saja ensemble cast papan atas yang menghiasi
layar. Mulai Diane Keaton, John Goodman, Alan Arkin, Marisa Tomei, Ed Helms,
hingga generasi Olivia Wilde, Amanda Seyfried, dan Anthony Mackie. Padahal yang
duduk di bangku sutradara dan penulis naskahnya tergolong ‘berkelas’, Steven
Rogers dan Jessie Nelson yang pernah bekerja sama untuk naskah Stepmom (1998), selain filmografi
masing-masing yang cukup mengesankan.
Sama seperti keluarga kebanyakan,
pasangan Sam dan Charlotte Cooper mengharapkan momen Natal sebagai momen
berkumpulnya semua anggota keluarga. Terutama Charlotte yang baru menyadari
bahwa kecintaannya dengan keluarganya membuat cinta terhadap suaminya, Sam,
memudar. Tahun ini, Charlotte memutuskan untuk mengumumkan hal terbesar dalam
keluarganya setelah 40 tahun pernikahan saat perayaan Natal.
Di sisi lain, ternyata tiap
anggota keluarganya merasa kurang antusias untuk berkumpul saat Natal. Si putra
sulung, Hank yang sudah bercerai dengan istrinya, Angie, baru saja kehilangan pekerjaan
sehingga merasa minder dan tertekan ketika berkumpul. Sementara Eleanor,
adiknya, mengalami trauma dengan yang namanya cinta sehingga memutuskan untuk
menjalin affair dengan pria beristri. Ketika di bandara, tak disangka ia
bertemu Joe, seorang opsir militer yang ternyata ‘nyambung’ dengannya. Ayah
Charlotte, Hank, menjalin hubungan yang menarik dengan seorang waitress muda
tempat ia biasa makan, Ruby. Mereka sering diskusi tentang banyak hal, salah
satunya tentang film lawas. Ketika Ruby memutuskan untuk pindah kerja, Hank
mengajaknya makan malam Natal bersama keluarga Cooper. Terakhir, Emma, adik
Charlotte, memutuskan untuk mencuri anting-anting sebagai kado Natal untuk
kakaknya dengan alasan tak ingin memberikan sesuatu yang berharga ketika
didapatkan untuk orang yang ia tidak sukai. Malangnya, aksi Emma terendus
sekuriti dan ia pun dibawa oleh Opsir Williams. Selama perjalanan Emma justru
terlibat aksi saling curhat dengan Opsir Williams. Makan malam Natal menjadi
puncak yang menentukan, apakah keluarga Cooper akan retak untuk selamanya.
Serupa dengan Love Actually, LTC berusaha menyajikan
karakter-karakter menarik dengan konflik yang juga menarik. Bedanya, jika Love Actually menampilkan konflik yang
sederhana dengan pengembangan yang sederhana namun manis, karakter-karakter LTC
punya konflik yang terkesan lebih kompleks. Konflik-konflik batin yang
sebenarnya tak terjelaskan dengan kata-kata namun bisa dirasakan. Naskah Rogers
dan pengarahan Nelson bisa menunjukkannya, tapi belum mampu memberikan
penjelasan yang cukup logis dan rasional. Tak hanya soal penyebabnya, tapi juga
keputusan maupun resolusi yang diambil oleh para karakternya. Ini terasa sekali
pada karakter Charlotte yang memutuskan untuk bercerai atau Eleanor yang bisa
jatuh cinta kepada Joe meski sebelumnya sempat terjadi tarik ulur love-hate. We
might be able to feel it, but we’re so confused how come or why. Belum lagi
jika kita ingin menjelaskan hubungan antara Hank dan Ruby. Beberapa sequence
flashback dan imajiner mencoba untuk membuat kesan ‘gokil’ dalam penceritaan.
Meski pada akhirnya tak banyak membantu penceritaan, selain sekedar cukup
membuat penonton tersenyum.
Jajaran cast papan atas jelas
membuat LTC masih menyenangkan untuk diikuti. Terutama sekali Diane Keaton
sebagai Charlotte yang penampilannya selalu mengagumkan, tak peduli sesederhana
apapun karakter yang ia mainkan. Chemistry love-hate dengan John Goodman pun
terjalin dengan menarik dan meyakinkan. Daya tarik berikutnya jatuh kepada
Olivia Wilde sebagai Eleanor yang somehow terasa sangat kuat dibandingkan yang
lain sejak menit pertama. Above all, I love the way she talked and laughed. So
adorable!
Marisa Tomei sebagai Emma yang
manipulatif namun seorang joker yang kata-katanya selalu bikin tersenyum tampil
cukup mengesankan. Jake Lacy sebagai Joe juga menarik dan sedikit mengingatkan
saya akan sosok Hugh Grant. Alan Arkin dan Amanda Seyfried berhasil menjalin
chemistry yang kuat sebagai ‘pasangan yang aneh’ sehingga tak sampai terkesan terlalu ‘menyimpang’. Terakhir, Anthony
Mackie berhasil menampilkan sosok Opsir Williams yang pendiam namun terasa
memendam kepedihan dan ketakutan yang besar.
Di atas sinematografi dan editing
yang tak terlalu istimewa, scoring dari Nick Urata dan pilihan versi lagu-lagu
Natal-nya menjadi daya tarik tersendiri. Tak hanya berhasil mengiringi, tapi
juga sekaligus memperkuat emosi tiap adegan.
Untungnya di balik cerita yang
terkesan absurd dan resolusi yang terkesan ‘semudah itu berubah’, LTC masih
menyisakan beberapa momen khas Christmas-movie yang masih berhasil membuat hati
terasa sejuk. Most of them were sweet moments and full of joy. Maka jika syarat
utama Christmas movie dikatakan berhasil hanya sejauh itu, LTC masih layaklah
menjadi sajian ringan di hari Natal. Setidaknya lebih dari cukup untuk uplifting
suasana Natal yang identik dengan joy and warm.
Lihat data film ini di IMDb.