3/5
Adventure
Animation
Fable
Friendship
Indonesia
Kids
Pop-Corn Movie
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Petualangan Singa Pemberani: Atlantos
Jika product placement lewat
sebuah film adalah hal yang lumrah terjadi, di Hollywood sekalipun, maka produk
yang menjadikan film layar lebar sebagai salah satu promotional tools-nya
sangat jarang terjadi. Adalah Wall’s lewat line up es krim bertarget market
anak-anak, Paddle Pop, yang berani membawa karakter ikoniknya, seekor singa
jantan, ke layar lebar. Sejauh ini sudah ada empat film panjang yang dirilis
lewat medium DVD gratisan tiap pembelian produknya, dan juga diputar di layar
lebar dengan dukungan teknis yang tentu saja jauh lebih baik, seperti tata
suara surround dan gimmick 3D. Dimulai dengan Petualangan Singa Pemberani (2012), Petualangan Singa Pemberani 2 (2013), Petualangan Singa Pemberani: Dinoterra (2014), dan Petualangan Singa
Pemberani Magilika (2015). Awal 2016, Paddle Pop kembali bekerja sama
dengan studio animasi asal Thailand, The Monk Studios, Batavia Pictures, Pop Up
3D, dan Lowe Indonesia, melahirkan film kelimanya, Petualangan Singa Pemberani Atlantos (PSPA). Istimewanya, mereka
tak hanya menawarkan format 2D dan 3D seperti sebelumnya, tapi juga format 4DX
yang lisensinya di Indonesia dipegang oleh group CGV Blitz. Bangku sutradara
kembali dipegang oleh Lee Croudy (PSP 1 & 2), dan voice talent utama juga
masih diisi oleh Giring ‘Nidji’, didukung Yuki Kato, dan Oka Antara.
Raja Paddle Pop kedatangan Tuan
Jambul, seorang pengusaha pengeboran minyak PT. Jambul Jaya yang meminta
restunya untuk melakukan kegiatan di lepas pantai. Dengan alasan minyak sangat
dibutuhkan semua orang, Raja Paddle Pop memberikan restunya. Pada saat
peresmian, seorang anjing laut betina, Bella, memperingatkan Paddle Pop bahwa
kegiatan pengeboran minyak itu telah membawa dampak polusi dan penyakin bagi
warga. Belum sempat mengambil tindakan, daratan diserang oleh Jendral Khan beserta
gurita raksasa, Ikaros, yang murka atas perusakan ekosistem laut di
kerajaannya. Singkat cerita, ayah Bella diculik oleh Khan. Maka Raja Paddle
Pop, Bella, Liona, Spike si landak, dan Twitch si bunglon, kembali bertualang
ke negeri bawah laut untuk bernegosiasi demi kedamaian antara negeri daratan
dan lautan, serta tentu saja membebaskan ayah Bella. Ternyata petualangan
membawa mereka lebih jauh lagi, mengharuskan mereka menemukan Mutiara Pencipta
sebagai penawar dari Mutiara Penghancur yang digunakan oleh Jendral Khan.
Untung saja mereka juga mendapatkan bantuan dari Janggo, bajak laut insaf
beraksen Madura dan seekor penguin bernama Eska.
Saya belum pernah menyaksikan
film animasi Paddle Pop sebelumnya karena jujur saja, tidak begitu tertarik.
Apalagi film yang ditayangkan di bioskop sudah rilis duluan dalam format DVD
gratisan dengan pembelian es krim. Dalam benak saya, kisah petualangan Paddle
Pop pasti ditulis dengan fantasi yang ngaco kesana-kemari, asal petualngan
bergerak terus, dan kental pesan moralnya ketimbang peduli akan pengalaman
sinematik maupun jalan cerita yang logis. Di installment kelimanya ini, saya
mencoba memberanikan diri menyaksikannya di layar bioskop dengan format 3D.
Di luar dugaan, ternyata cerita
PSPA ditulis dengan sangat layak untuk sebuah kisah petualangan fantasi untuk
anak-anak. Alurnya berjalan dengan sangat lancar, step-step yang runtut dan
kontinuiti terjaga, serta fantasi yang masih dalam koridor logis (kecuali,
tentu saja part fabel-nya). Petualangan yang disajikan pun ternyata cukup
menghibur, seru, dan enjoyable untuk diikuti. Jauh dari kesan depresif yang
ditunjukkan oleh trailer-nya. Beberapa humor, terutama yang sifatnya innocent
(mengingat target audience utamanya adalah anak-anak), ditebar di saat-saat
yang tepat tanpa terkesan terlalu berlebihan. Serta yang paling penting, pesan
moral yang disampaikan pun disampaikan dengan cara yang begitu halus, lebih
menyatu dengan jalan cerita ketimbang sekedar blak-blakan disampaikan lewat
dialog seperti yang saya khawatirkan selama ini. Alhasil, ‘pesan moral’ ini
terasa lebih kuat dan menggugah ketika disampaikan.
Voice talent di sini rata-rata
memberikan performa yang cukup baik dalam menghidupkan karakter-karakternya.
Mulai Giring ‘Nidji’ sebagai Raja Paddle Pop, Yuki Kato sebagai Liona
(menggantikan Putri Titian, Chelsea Olivia, dan Rachel Amanda), Oka Antara
sebagai Jendral Khan, dan Naura sebagai Bella. Tapi above all, favorit saya
adalah karakter Janggo, bajak laut insaf beraksen Madura. Mungkin aksennya ini
memang dimaksudkan sebagai elemen komedi semata dan terkesan dibuat-buat, tapi
terbukti berhasil membuat saya sekedar tersenyum melihat tingkahnya. Tak
ketinggalan, karakter Pak Jambul yang suaranya tak kalah catchy.
Secara teknis animasi, saya
dibuat cukup terpana oleh detail karakter yang luar biasa, lengkap dengan
pergerakan yang tergolong cukup kompleks namun tampak begitu smooth. Lihat saja
detail kostum Eska, rambut Paddle Pop dan Liona, atau janggut Janggo. Pergerakan
ketika Paddle Pop melompat di perpustakaan juga menunjukkan kualitas animasi
yang tak main-main. Meski bukan berarti tak ada celahnya, seperti sinkronisasi
gerak bibir dengan suara dan detail animasi air yang kurang realistis. But
well, animasi air memang punya tingkat kesulitan yang paling tinggi. Saya cukup
paham jika ‘sekedar’ latar dijadikan alasan untuk kekurangan ini. Tata suara
memang tak sampai memanfaatkan tiap kanal 7.1 dengan detail sound effect serta pembagian
suara yang kentara, namun overall berhasil menyajikan suara yang terdengar
mantap, lengkap dengan bass yang cukup dalam, untuk menghidupkan adegan-adegan
petualangannya. Sementara gimmick 3D ternyata tampil cukup baik dengan depth
yang lumayan terasa serta sesekali efek pop-out. Quite fun.
I have to say, I was quite
surprised with sajian PSPA secara keseluruhan. Way better than I thought it
will be. Memang belum sampai menjadi kisah petualangan epic yang bakal
menyandang status klasik atau remarkable. Pun juga kualitas animasi secara
keseluruhan yang masih belum merata kualitasnya. Tapi overall, saya benar-benar
mengapresiasi effort yang dilakukan, mulai dari desain karakter, penulisan cerita,
hingga penggarapan animasi. It’s really a good one. Semoga saja Wall’s dan
timnya tak pernah lelah ataupun jenuh untuk terus konsisten memproduksi dan mengembangkan
kualitas produksinya dari film ke film.
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.