3.5/5
Animation
Blockbuster
Box Office
Comedy
Dolby Atmos
Drama
Family
Father-and-Son
Hollywood
Kid
Musical
Personality
Pop-Corn Movie
Psychological
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Sing
Trend film animasi tahun 2016 ini rupanya jatuh pada fabel
dengan karakter-karakter binatang yang berperilaku menyerupai manusia.
Terhitung ada Kung Fu Panda 3, Zootopia, The Angry Birds Movie, dan The
Secret Life of Pets. Illumination Entertainment yang pertengahan tahun
melepas The Secret Life of Pets, di
penghujung tahun ini mencoba menawarkan film animasi Sing. Konsepnya yang musikal dengan memuat lagu-lagu populer lintas
jaman sedikit mengingatkan saya akan Trolls
yang dirilis belum lama ini. Tak heran jika saya mengira Sing akan menjadi gabungan antara Zootopia dan Trolls pada
derajat tertentu. Ide ini berasal dari Garth Jennings (The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy, Son of Rambow) yang duduk selaku penulis naskah sekaligus sutradara
bersama Christophe Lourdelet yang sudah berpengalaman di balik film-film
animasi seperti Balto, A Monster in Paris, The Lorax, Arthur Christmas,
The Pirates! Band of Misfits, Despicable Me 2, dan Minions. Selebriti-selebriti yang
digandeng untuk menyumbangkan suaranya pun tak tanggung-tanggung. Mulai Matthew
McConaughey, Reese Witherspoon, Seth McFarlane, Scarlett Johansson, John C.
Reilly, Taron Egerton, sampai Jennifer Saunders dan Jennifer Hudson. Dengan
track record film-film animasi Illumination yang lebih untuk menghibur
ketimbang mengedepankan value, saya sudah menyiapkan diri dengan ekspektasi
secukupnya sebelum menonton.
Sejak pertama kali menonton pertunjukan opera, impian terbesar
seekor koala bernama Moon Buster adalah punya gedung pertunjukan opera sendiri
dan mengelolanya. Rupanya tantangan dan rintangan tak hanya berhenti sampai
berhasil mendirikan gedung opera. Kini, gedung opera miliknya terancam disita
pihak bank karena ternyata tak banyak yang meminati pertunjukan opera yang ia
tawarkan. Setelah memutar otak, Moon beride untuk menggelar sebuah audisi
menyanyi berhadiah uang tunai yang ia ambil dari sisa-sisa simpanannya selama
ini. Ia berharap audisi ini menarik perhatian banyak binatang dan menggeliatkan
kembali pertunjukan operanya. Gara-gara kesalahan sang asisten, seekor iguana
betina tua bernama Karen, nilai hadiah uang tunai yang ditawarkan menjadi
seratus kali lipat. Berbagai binatang di penjuru kota pun tertarik untuk
mengadu keberuntungan dengan bakat masing-masing. Mulai seekor babi ibu rumah
tangga dari dua puluh lima ekor babi, Rosita, tikus bersuara ala Frank Sinatra
tapi arogan, Mike, landak betina berjiwa rockstar, Ash, gorilla gunung yang
sering diajak sang ayah merampok tapi punya suara emas, Johnny, sampai gajah
betina bersuara merdu yang tidak pede, Meena. Posisi Moon semakin terjepit
ketika semua kontestan sadar bahwa Moon tak punya uang sebanyak itu. Maka Moon
harus memutar otak untuk membuat kontesnya berjalan lancar dan menarik
perhatian banyak audience sehingga operanya dapat kembali berjaya.
Plot yang ditawarkan Sing mungkin memang tak ada yang
benar-benar baru ataupun istimewa. Mengingatkan saya akan premise The Producers (2005) yang diangkat dari
pertunjukan panggung, dengan kemasan pop dan catchy untuk range usia penonton
yang cukup lebar. Semuanya mengalir lancar dengan formula-formula generik di
genrenya. Sing pun memberikan porsi
yang tergolong serba seimbang untuk sub-plot karakter-karakter yang banyak.
Namun yang menjadi kekuatan terbesar adalah keberhasilannya dalam merangkai momen-momen
secara tepat sehingga bisa cukup memancing emosi penonton (favorit saya;
Johnny’s son-and-dad moment dengan iringan I
Dit It My Way yang dibawakan karakter Mike). Mungkin in the end kesan value
yang tersisa selepas film berakhir tak sekuat seperti yang dibuat Trolls atau film-film animasi lini atas
lainnya, tapi ia masih mampu membuat Anda mengingat momen-momen memorable
tersebut sebagaimana performa-performa musikalnya yang akan instantly membuat
Anda ikut bersenandung dan bertepuk tangan. Value-value penting yang diusung
pun tersampaikan dengan cukup mulus tanpa terkesan saling tumpang-tindih, mulai
“Satu-satunya jalan ketika berada pada dasar terendah adalah naik”,
self-acceptance, sampai berani menaklukkan ketakutan diri.
Kendati didukung selebriti-selebriti populer, kebanyakan performa
suara di Sing mampu menyamarkan image
asli mereka. Siapa yang sangka koala imut seperti Moon ternyata disuarakan oleh
Matthew McConaughey, atau ibu-ibu galau yang ternyata menakjubkan, Rosita,
disuarakan oleh seorang Reese Witherspoon. Ini sama sekali tak buruk. Justru
menjadi bukti bahwa voice-voice talent ini mampu menghidupkan karakter-karakter
yang mereka isi suaranya tanpa pengaruh suara artis aslinya, bertolak belakang
dengan trend (seperti yang pernah diusung oleh DreamWorks Animation) yang
justru membuat tampilan karakter animasi semirip mungkin (atau identik) dengan
fisik voice talent populernya. Pun saya tak menyangka Taron Egerton (Johnny)
dan bahkan Seth MacFarlane (Mike) punya suara yang luar biasa dalam bernyanyi.
Desain karakter adalah salah satu faktor terpenting dalam
sebuah film animasi. Apalagi jika memang dikembangkan menjadi sebuah franchise
dengan penjualan merchandise. Sing termasuk
yang cukup berhasil dalam mencapai tujuan tersebut. Kendati masih termasuk generik
(untuk desain masing-masing spesies), tapi masih sangat mudah dikenali. Desain
produksi secara keseluruhan pun sejalan dengan desain karakternya. Ceria, penuh
warna-warna cerah, tapi tak sampai jadi terlalu mencolok. Editing Gregory
Perler membuat laju plot lebih dari cukup, sangat enjoyable untuk diikuti,
dengan takaran serta peletakan ‘percikan-percikan’ humor yang pas, dan
musical-musical moment yang tertata megah. Pemilihan puluhan lagu populer
lintas era menyatu dengan scoring Joby Talbot yang mungkin tak terlalu
remarkable, tapi cukup untuk memberi warna serta emosi ke dalam jalinan
ceritanya. Tak ketinggalan sound design yang ‘meriah’ tapi tak berisik,
keseimbangan elemen-elemen suara yang terjaga baik, serta pemanfaatan fasilitas
Dolby Atmos yang cukup maksimal.
Ekspektasi ‘secukupnya’ yang saya pasang ketika menyaksikan Sing ternyata membuahkan keuntungan
tersendiri. Ia berhasil meruntuhkan image film-film animasi Illumination yang
lebih mengedepankan sisi hiburan (dengan treatment chaotic comedy) ketimbang
value. Bahkan sejauh ini mungkin pencapaian storytelling terbaik Illumination
setelah Despicable Me. Toh
nomor-nomor musikalnya sangat memanjakan indera penglihatan dan pendengaran.
You will sing and cheer along.
Lihat data film ini di IMDb.