2.5/5
Action
Adventure
Crime
Drama
Heist
Indonesia
Pop-Corn Movie
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Professionals
Tahun 2016 ini MNC Pictures semakin terlihat gencar
memproduksi film layar lebar. Setelah Surat
Cinta untuk Kartini, 1 Cinta di Bira,
dan Me vs Mami, kini giliran The Professionals (TP) yang ditangani
langsung oleh eksekutif produser Affandi Abdul Rachman. Ini menandai come back
Affandi di bangku sutradara setelah terakhir Negeri 5 Menara 2012 silam. Menariknya, TP ini berani mengusung
tema yang termasuk sangat jarang (atau malah belum pernah sama sekali?)
diangkat di ranah film Indonesia, yaitu heist atau ‘perampokan’. Gambaran
umumnya seperti Ocean’s Eleven.
Ketika mulai merilis materi-materi promo pun, ia punya ‘look’ yang menjanjikan.
Naskahnya dikerjakan oleh Baskoro Adi Wuryanto (Bulan Terbelah di Langit Amerika 1-2, Hi5teria, Dejavu: Ajian Puter
Giling, Kampung Zombie, Ghost Diary, dan Sawadikap) bersama Stella Gunawan (Ghost Diary). Sementara jajaran cast populer, mulai Fachri Albar,
Arifin Putra, Cornelio Sunny, Imelda Therine, Lukman Sardi, sampai pendatang
baru, Richard Kyle, dan Melly Nicole, tentu menambah daya tarik TP.
Film dibuka dengan Abi yang harus mendekam di penjara karena
dijebak oleh partner bisnisnya di PT. Trimitra, Reza. Setelah bebas, Abi
berniat membalas dendam kepada Reza, tapi tidak dengan cara terang-terangan. Ia
mulai mengumpulkan orang-orang yang pernah dikhianati oleh Reza. Ada Cokro,
ahli mekanika analog, Jo yang gemar melakukan tantangan-tantangan berbahaya,
Ferry yang pakar teknologi digital, dan Sophie yang punya pesona fisik
sekaligus cerdas. Rencana menggulingkan Reza dari dalam pun dimulai. Tentu ini
bukan perkara mudah karena Reza sendiri sudah menyiapkan pengamanan yang super
ketat untuk menjaga asetnya.
Familiar dengan premise demikian? Memang, ini merupakan
premise paling dasar dan generik di genre heist. Jika ingin jadi sajian film
heist yang menarik, ada banyak elemen yang bisa ditonjolkan. Misalnya kerumitan
dan kecerdasan dalam menyusun langkah demi langkah proses perampokan atau aspek
thriller yang ditata baik sehingga mampu memompa adrenaline penonton ketika mengikutinya.
Atau bisa juga detail layer cerita yang unik sehingga penonton dibuat penasaran
dengan apa yang akan terjadi berikutnya atau saat revealing. Sayangnya TP masih
belum mampu memenuhi kesemua kriteria tersebut, apalagi bagi penonton yang
punya referensi banyak di genre sejenis.
Mari abaikan sejenak detail cerita yang mostly tidak jelas,
seperti bidang bisnis PT Trimitra yang dijadikan latar. TP menyusun
langkah-langkah proses heist yang terlalu basic. We all have seen it all
before. Tak ada pula kerumitan ataupun kecerdasan lebih yang mengajak penonton
ikut terlibat berpikir atau sekedar dibikin penasaran. Bahkan ada cukup banyak
hole yang meski dijelaskan saat twisted revealing, tetap saja mendistraksi feel
sepanjang mengikuti plotnya. Belum lagi setelah saya pikir-pikir pasca film
berakhir, why would you need to make such a sneaky effort if you’re going to
use such raid in the end?
Namun kekurangan terbesar TP sebagai (sekedar) tayangan pure
entertainment adalah spirit yang terasa sangat kurang untuk menggerakkan plot
action-thriller yang coba diusungnya. Bukan soal pace laju cerita yang
sebenarnya sudah lebih dari cukp, tapi upaya membuat (baca: menghidupkan) tiap
adegan jadi punya tensi yang mengikat. Padahal seandainya ia gagal menghadirkan
semua daya tariknya sebagai sebuah action-thriller heist, setidaknya masih bisa
punya energi action-thriller yang terasa untuk menghibur. As in TP, masih jauh.
Ketika naskah tak memberikan karakteristik yang menarik dan
berdimensi lebih, tak banyak yang bisa digali oleh para aktornya. Fachri Albar
sebagai Abi dan Arifin Putra sebagai Reza masih menjadi diri sendiri atau
karakter tipikal yang pernah dilakoni sebelumnya. Fachri masih harus belajar
mengucapkan dialog dengan artikulasi yang lebih jelas, meski kali ini tak
terlihat se-blank ketika di Pesantren
Impian. Arifin Putra kembali memerankan karakter antagonis dengan derajat
kharismatik yang kurang-lebih setara dengan perannya di The Raid: Berandal. Imelda Therinne memanfaatkan pesona keseksian
dan keanggunannya dengan cukup maksimal dalam memerankan sosok Nicole. Begitu
pula pendatang baru Melly Nicole yang tak kalah mencuri perhatian. Cornelio
Sunny sebagai Ferry terasa sedikit ‘naik kelas’ dari peran-peran sebelumnya. Richard
Kyle sebagai Jo mungkin juga menaikkan sedikit ‘kelas’-nya pasca Ini Kisah Tiga Dara, tapi
‘perjalanan’-nya masih cukup jauh. Terakhir tapi tak kalah pentingnya, Lukman
Sardi sebagai Cokro, mungkin satu-satunya karakter dengan layer lebih dan
berhasil dihidupkan Lukman dengan kualitas aktingnya yang tak perlu diragukan
lagi.
Tata kamera Suadi Utama atau editing Yoga Krispratama mungkin
bukanlah penyebab energi action-thriller TP menjadi tidak sebagaimana
dibutuhkan. Mungkin saja stock gambar yang memang kurang atau arahan yang masih
belum cukup untuk genre action-thriller. Coloring look TP di beberapa part
memang terlihat classy, sementara di banyak kesempatan lainnya justru terlihat
sangat ‘FTV’. Visual effect dari Andhy Pulung overall tergolong rapi dan
memuaskan. Tata suara Khikmawan Santosa tak ada kendala berarti, tapi juga tak
ada yang istimewa. Tata musik dari Aghi Narottama sebenarnya cukup sesuai
dengan tema heist yang mendebarkan. Sedikit mengingatkan akan tune-tune film
bertema heist di era 80-90’an (atau opening credit Pintu Terlarang?). Sayangnya belum cukup mampu mengangkat feel film
ketika diselaraskan dengan susunan gambar.
TP memang masih cukup jauh untuk mampu menggarap tema heist
dengan kualitas yang (setidaknya) menghibur. Apalagi jika Anda termasuk punya
referensi film bertema heist cukup banyak. Nevertheless, keberaniannya untuk
menghadirkan tema yang jarang (atau malah belum pernah) diangkat di layar film
Indonesia tetap patut mendapatkan kredit tersendiri. Dengan upaya yang cukup
serius, mulai penulisan naskah yang tidak asal jadi hingga desain look, TP
tetap layak mendapatkan apresiasi. Siapa tahu ini bisa jadi jalan untuk
film-film Indonesia bertema heist lainnya yang ditata dengan jauh lebih baik
lagi di berbagai aspek ke depannya.
Lihat situs resmi film ini dan di filmindonesia.or.id.