3/5
Adventure
Based on a Legend
Based on an Urban Legend
Found footage
Franchise
Hollywood
Horror
Indie
Investigation
Mockumentary
Mystery
Pop-Corn Movie
sequel
The Jose Flash Review
Thriller
witch
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Blair Witch
Meski mungkin bukan yang pertama
kali ada, tak bisa dipungkiri bahwa The
Blair Witch Project (BWP-1999) adalah salah satu fenomena terpenting dalam
sejarah perfilman dunia. Setidaknya, ia telah mendobrak metode mockumentary
menjadi sajian yang layak diputar di layar lebar, yang pada akhirnya banyak
film dengan metode pembuatan film sejenis hingga saat ini. Tak hanya untuk
genre horror, tapi bahkan sci-fi. Pilihan membuatkan sekuel berformat film narasi
‘biasa’, Book of Shadows: Blair Witch 2
(2000) mungkin sebuah kesalahan, apalagi ternyata tidak menawarkan sesuatu hal
baru yang menarik pada franchise. Beruntung kemudian seorang sineas horror,
Adam Wingard , yang dikenal lewat segmen-segmennya di antologi macamV/H/S (segmen Tape 56 – 2012), The ABC’s of
Death (segmen Q is for Quack –
2012), dan V/H/S 2 (segmen Phase I Clinical Trials – 2013), serta home
invasion thriller You’re Next (2011),
menanyakan kepada pembuat film aslinya. Gayung bersambut, Lionsgate selaku
studio tertarik untuk membuatkan sekuel. Penulis naskah Simon Barrett yang
menjadi partner tetap Wingard kemudian mem-pitch konsep cerita dan melakukan
berbagai riset untuk menjadikan sekuel BWP seseram mungkin.
Namun semua rencana ini berhasil mereka rahasiakan dari publik. Bahkan selama produksi sampai promo awal, mereka menggunakan judul palsu The Woods. Mendekati tanggal perilisan barulah mereka membuka rahasia bahwa The Woods sebenarnya berjudul resmi Blair Witch (BW), yang merupakan sekuel langsung dari BWP yang fenomenal it. Ada alasan mengapa memilih untuk merahasiakannya. Bisa dimaklumi jika mereka menghindari komentar negatif yang diprediksi bakal muncul bahkan sebelum mereka merilis materi promo apa-apa. Terbukti strategi promo seperti ini justru membuat banyak penonton penasaran dan antusias dengan kemunculan BW. Apalagi dengan trailer yang ternyata sangat menjanjikan.
Sebuah potongan rekaman video
yang diunggah di YouTube membuat James Donahue penasaran. Pasalnya di rekaman
itu muncul sekilas wajah yang ia yakini sebagai kakaknya, Heather, yang hilang
di hutan dekat Burkittsville 20 tahun lalu (kejadian di BWP). Yakin sang kakak
masih hidup, James mengumpulkan sahabat-sahabatnya; Peter Jones, Ashley
Bennett, dan Lisa Arlington, seorang mahasiswi film yang sedang mencari subjek
untuk tugas film dokumenter. Dengan peralatan yang tergolong proper, termasuk
kamera mini di setiap personel dan sebuah drone, serta petunjuk dari si
pengunggah video, warga lokal bernama Lane dan Talia, mereka nekad masuk ke
hutan yang paling ditakuti itu. Satu per satu teror mulai bermunculan. Mulai
boneka ranting berbentuk manusia yang tiba-tiba muncul mengelilingi camp ground
mereka sampai satu per satu mengalami hal aneh dan menghilang. Fakta-fakta baru
seputar misteri penyihir Blair memang terkuak, tapi yang tidak kalah pentingnya
tentu saja bagaimana bisa keluar dari hutan Burkittsville hidup-hidup.
Sayang, fenomena BWP tak pernah
bisa dirasakan di Indonesia karena filmnya sendiri bahkan tak pernah mampir di
bioskop kita. Namun tentu saja beberapa pecinta film pada akhirnya menemukan
jalan untuk bisa menjadi bagian dari fenomena tersebut. Saya salah satunya.
Ketika itu ia menjadi menarik karena kesan real dari teknik found-footage masih
tergolong baru. Soal seram, relatif. Saya tak menemukan satu pun yang
benar-benar mengerikan. Apalagi memang tak ada penampakan yang blak-blakan
muncul sepanjang film. Penonton diajak untuk berimajinasi sendiri seperti apa
wujudnya si penyihir Blair ini melalui reaksi para aktor-aktris-nya. Tahun
berganti tahun, semakin banyak film horror yang memanfaatkan konsep
mockumentary/found-footage hingga sebenarnya sempat berada pada titik jenuh. Di
sisi lain, saya akhirnya memperhatikan elemen-elemen apa saja yang bisa membuat
film found-footage menjadi menarik, seram, tanpa meninggalkan kaedah-kaedah
storytelling yang layak. Wingard dan Barrett rupanya melakukan PR-nya dengan
baik. BW memang masih punya gaya visual a la mockumentary/found-footage yang
kental, tapi terasa sekali dilakukan dengan penataan yang jauh lebih rapi.
Mulai susunan pengadeganan, angle (berbagai jenis) kamera yang dipilih untuk
mewakili tiap adegan, hingga momentum-momentum yang menjadi salah satu faktor
terpenting dalam film horror. Semuanya begitu terasa tertata rapi dan nyaman
untuk diikuti ketimbang kebanyakan found footage yang sering dikeluhkan karena
shaky-cam yang biking pusing. Yes BW has shaky cam, tapi masih aman untuk
dinikmati.
Tak ketinggalan pula
Wingard-Barrett memasukkan fakta-fakta baru seputar mitos penyihir Blair yang
menurut saya mampu menjelaskan mengapa dugaan Heather masih hidup masuk akal
dan layak untuk dicari tahu sebagai materi utama film. Faktor ‘hope’ pun muncul
dan membuat penonton lebih betah mengikuti karena penasaran. Sayangnya,
elemen-elemen cerita baru yang sebenarnya menarik ini hanya digunakan untuk ‘menjelaskan’,
tak sampai benar-benar dieksplor atau dikembangkan untuk memperkaya cerita.
Nevertheless, bagi saya ‘penjelasan’ ini sebenarnya sudah lebih dari cukup
untuk berkesimpulan bahwa BW masih punya materi yang menarik untuk disampaikan.
Tidak hanya sekedar pengulangan (ataupun komersialisasi) dari apa yang sudah
dicapai oleh BWP.
Untuk urusan jumpscare dan
thrilling moment yang menjadi elemen paling favorit kebanyakan penonton dari
film horror, BW tergolong cukup berhasil. Tak sampai menjadi film horror yang
luar biasa mengerikan atau menyeramkan, tapi lumayan untuk ‘olahraga jantung’
ringan, terutama karena penonton dibuat takut secara psikologis meski
sebenarnya tak ada penampakan yang berarti. Bagi yang pernah atau malah sering
masuk hutan, BW knows exactly what’s really scary from its main material.
Sementara untuk jumpscare, sayangnya harus banyak bergantung pada suara noise
alami khas found-footage yang sengaja diedit (baca: dipotong kasar).
Dalam pemilihan cast, BW tampak
tak terlalu tertarik untuk menggandeng aktor-aktris terkenal. In this kind of
case, I guess it’s not really necessary anyway. Kesemuanya (which is total hanya
ada 6 pelakon) punya porsi yang cukup untuk memikat, atau setidaknya
mendapatkan simpati penonton. Sayangnya, kesemuanya tampil biasa saja. Very
standard, hingga sulit untuk bisa mengingat sosok tiap pemerannya. Kendati
demikian, James Allen McCune sebagai James, Corbin Reid sebagai Ashley, Wes
Robinson sebagai Lane, dan Valorie Curry sebagai Talia terasa lebih mudah
diingat penonton ketimbang Callie Hernandez sebagai Lisa Arlington dan Brandon Scott
sebagai Peter.
Sinematografi Robby Baumgartner
tentu menjadi teknis yang paling berpengaruh pada hasil akhir BW. Nyatanya,
pemilihan penggunaan kamera dan angle tergolong efektif untuk menyampaikan
cerita maupun kengerian secara psikologis. Didukung pula editing Louis Cioffi
yang menyusun adegan-adegan secara runtut sesuai kebutuhan cerita dengan
momentum yang serba tepat pula, meski seperti biasa, tak ada penampakan secara
langsung dan jelas. Scoring minimalis dari Adam Wingard sendiri di beberapa
momen semakin mewarnai nuansa ngeri, didukung sound design yang juga menjadi
salah satu faktor keberhasilan BW sebagai sebuah horror. Kesemuanya terdengar
powerful, clear and crisp, serta serba seimbang dengan pembagian kanal yang
sangat efektif membangun nuansa seolah penonton melihat langsung di tempat
kejadian, bukan melalui rekaman kamera amatir mereka semata.
Dibandingkan BWP, BW terasa
seperti sebuah update yang sangat layak. Mulai dari segi penceritaan maupun
teknis a la found footage. Efeknya bisa lebih mengerikan dan jelas ketimbang
BW, tapi masih belum mampu meninggalkan sesuatu yang signatural untuk diingat
dalam jangka waktu yang lebih panjang. Malah kalau boleh jujur, tanpa
menghiraukan nama besar BWP, BW mungkin akan menjadi just another found-footage
horror. Yang digarap dengan baik, tentu saja. Tidak asal-asalan. Bagi saya
pribadi, lumayan lah untuk sekedar ‘olahraga jantung’ tipis-tipis. Asal nontonnya
di teater dengan tata suara yang layak agar mendapatkan experience yang maksimal
Lihat data film ini di IMDb.