2.5/5
exorcism
Hollywood
Horror
Indie
Mystery
Pop-Corn Movie
possession
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Vatican Tapes
Mendenger judul The Vatican Tapes (TVT), dengan mudah
kita akan membayangkan sebuah horor bertemakan exorcism dengan style
mockumentary. Tentu saja bayangan ini tak muncul begitu saja karena film horor
bertema exorcism dan bergaya mockumentary sudah menjadi semacam trend di scene
film horor. Malah mungkin beberapa dari kita sudah bosan nonton film dengan
pendekatan demikian. Tak salah, karena memang tak banyak inovasi yang
dihadirkan oleh film horor sejenis. Untungnya, TVT bukanlah sebuah
mockumentary. Well okay, memang ada beberapa footage ala mockumentary di
dalamnya, tapi secara keseluruhan TVT adalah film horor konvensional dengan
tema exorcism. Dengan penulis naskah Christopher Borrelli (film direct-to-video
The Marine 2) dan Michael C. Martin (Brooklyn’s Finest), serta sutradara Mark
Neveldine (duologi Crank, Gamer, dan Ghost Rider: Spirit of Vengeance), sebenarnya cukup jelas terlihat
di mana kelas dan potensinya.
Tepat saat ulang tahunnya ke-27,
Angela Holmes mulai mengalami hal-hal ganjil. Mulai tenggorokannya yang selalu
terasa kering hingga seekor burung gagak yang terus-menerus muncul dan
menyerang di saat-saat tak wajar. Hingga puncaknya terjadi sebuah kecelakaan
yang juga melibatkan sang ayah, Roger, dan kekasihnya, Pete. Kejadian demi
kejadian semakin aneh terjadi ketika Angela dirawat di rumah sakit. Father
Lorenzo yang juga sahabat Roger mencurigai ada yang aneh dengan diri Angela dan
mengkonsultasikannya ke Vatikan. Kardinal Bruun dan Vicar Imani sepakat bahwa
Angela sudah dipengaruhi oleh Iblis. Terbanglah Kardinal Bruun ke Amerika
Serikat demi menyelamatkan Angela. Namun ternyata kasus Angela bukanlah just
another possession case. It’s bigger and more dangerous.
Dibandingkan kebanyakan film
horor bertemakan exorcism, TVT sebenarnya lebih mirip The Omen. Tanpa menampilkan dengan jelas kapan Angela mulai
dipengaruhi Iblis, satu demi satu kejadian-kejadian ganjil bak The Omen berhasil menyuguhkan misteri
yang menegangkan. Sayangnya, ini tidak diikuti dengan perkembangan cerita yang
solid dan membuat saya tetap tertarik mengikuti ceritanya. Misalnya bagaimana
para karakter menganalisa berbagai kejadian hingga menghasilkan kesimpulan
bahwa Angela dipengaruhi Iblis, bagaimana Angela bisa dipengaruhi Iblis,
ataupun juga solusi yang bisa mengundang rasa ketertarikan penonton lewat
ketegangan. Semuanya dibiarkan blur begitu saja. Sampai pada adegan klimaksnya,
yaitu ritual pengusiran Setan atau exorcism, yang sebenarnya punya beberapa
aspek yang cukup menarik dan mengerikan, namun overall divisualisasikan menjadi
biasa saja dan tanpa power yang cukup kuat untuk menjadikannya lebih menarik.
Konklusi pasca klimaks sebenarnya menarik karena sedikit berbeda dan sedikit
‘lebih besar’ daripada tipikal film exorcism lainnya, namun lagi-lagi,
gara-gara visualisasi yang ‘tanpa daya’, maka hasilnya turut menutup TVT dengan
biasa saja: just another cheap indie horror.
Sebagai karakter utama, Angela,
yang jelas punya banyak adegan paling menantang sepanjang durasi, Olivia Taylor
Dudley cukup berhasil menarik perhatian. Perubahan emosinya sebagai manusia
biasa ke possessed-state cukup meyakinkan dan mengerikan, maski tak juga lebih
istimewa dibandingkan film sejenis lainnya. Di posisi berikutnya, Alex Corrado
sebagai Bishop Saldano cukup kharismatik membawakan perannya dalam porsi yang
seimbang. Sementara Michael Peña, Kathleen Robertson, Dougray Scott, Djimon
Hounsou, dan John Patrick Amedori, tak memberikan kontribusi yang cukup berarti
di balik karakter-karakter yang memang ditulis tanpa punya sisi-sisi yang
menarik.
Tidak ada yang istimewa dengan
teknis TVT. Sinematografi dan editingnya biasa saja. Khusus untuk editing,
insert close-up wajah dengan make up amburadul, bukannya menghadirkan
keseraman, justru menggelikan. Tata suara pun tak menawarkan sesuatu yang istimewa,
selain fasilitas surround yang dimanfaatkan untuk menghadirkan suara-suara
bisikan yang lebih atmosferik.
Dengan beberapa aspek cerita yang menarik
untuk sub-genre exorcism, TVT sebenarnya berpotensi menjadi horor yang
mengerikan dan bukan tak mungkin serupa The
Omen. Sayangnya pengembangan cerita dan visualisasi yang masih jauh dari
kata kuat, menjadikan TVT jatuh menjadi film horor bertemakan exorcism yang
biasa-biasa saja. Lumayan sebagai tontonan, jika memang tak ada pilihan film
lainnya. Tak akan menjadi memorable dalam ingatan Anda, namun mungkin setelah
menonton TVT, Anda akan berpikir beribu-ribu kali untuk menghadiri acara semacam KKR
(Kebaktian Kebangunan Rohani). Nooooo… I’m just kidding. It’s just a movie
anyway. LOL.
Lihat data film ini di IMDb.