4/5
Comedy
Dialog-driven
Drama
generation gap
Hollywood
Inspirational
mature relationship
Motivational
Personality
Professionalism
Psychological
Socio-cultural
The Jose Flash Review
Urban
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Intern
Di antara sineas-sineas Hollywood
spesialis di genre drama komedi romantis, nama Nancy Meyers dan almarhumah Nora
Ephron berada di garda depan. Karya-karyanya punya ciri khas menyuguhkan alur
cerita yang natural, sederhana, tanpa ‘letupan-letupan’ adegan yang berarti,
namun tetap terasa manis, esensial, dan membuat penontonnya feel-good sepanjang
film. Khusus untuk Nancy Meyers, The
Holiday jadi salah satu all-time favorite. Tahun 2015 ini Nancy menambahkan
daftar all-time favorite saya dengan The
Intern, dengan memasangkan aktor senior Robert DeNiro dengan aktris (lebih)
muda yang karirnya terus menanjak, Anne Hathaway.
Ben Whittaker adalah duda berusia
70 tahun mantan CEO perusahaan buku telepon yang sudah tutup. Meski seharusnya
sudah bisa hidup tenang dengan uang pensiunan rutin, semangat Ben untuk terus
meng-improve hidup tak pernah habis. Dengan antusias dia mendaftarkan diri
sebagai salah satu pemagang di perusahaan e-commerce yang sedang berkembang
pesat, Above the Fit. Karena video interview yang menarik dan meyakinkan, Ben
diterima dan bekerja secara langsung dengan sang founder, wanita muda bernama
Jules Ostin. Jules awalnya tidak mempercayai kemampuan Ben dalam menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang diberikan kepadanya hingga peristiwa demi peristiwa
justru membuat Ben sahabat terbaik Jules. Tidak hanya dalam menyelesaikan
masalah-masalah di kantor, tapi juga urusan rumah tangga.
Masih mengandalkan segala ciri
khasnya, Nancy membawa The Intern ke
atmosfer feel good yang begitu kental. Cerita kebanyaan di-drive lewat
dialog-dialog cerdas dan kadang menggelitik, termasuk yang bereferensi dengan
dunia nyata. Seperti misalnya joke yang merujuk pada kasus perseteruan Robert
DeNiro dan Jay-Z di dunia nyata. Tak melulu mengandalkan dialog, Nancy juga
menyelipkan beberapa adegan yang lebih bersifat konyol untuk menambah exciting
spark, namun masih sangat relevan dengan alur cerita utama. Namun yang terkuat
adalah perkembangan hubungan karakter antara Ben dan Jules yang dibangun dengan
smooth, natural, dan convincing. Pun juga perkembangan hubungan keduanya dan karakter-karakter
pendukung dengan porsi yang pas, sehingga tak mengganggu fokus utama;
perkembangan hubungan karakter Ben dan Jules.
Chemsitry yang dibangun oleh
Robert DeNiro dan Anne Hathaway jelas menjadi kunci utama keberhasilan The Intern. Keduanya pula yang berhasil
membangun atmosfer The Intern menjadi
begitu feel good. Penampilan prima dari keduanya dengan mudah mencuri hati (dan
juga simpati) penonton. Kehadiran para pemeran pendukung masing-masing juga
mencuri perhatian penonton meski porsinya tak terlalu banyak, terutama Rene
Russo, Andrew Rannells, Adam DeVine (masih ingat Bumper dari duologi Pitch Perfect?), Zack Pearlman,
Christina Scherer, dan tentu saja si cilik JoJo Kushner. Bahkan Anders Holm
sebagai suami Jules yang sempat do the wrong thing, in the end tetap bisa
dipahami alasannya secara manusiawi.
Tidak ada yang terlalu istimewa
dengan teknis The Intern. Kendati
demikian, sinematografi Stephen Goldblatt lebih dari cukup untuk memvisualisasikan
cerita sekaligus membingkai set-set urban yang cantik. Terutama sekali dalam
mengeksplorasi set kantor Above the Fit yang harus diakui membuat banyak
penonton menginginkan bekerja di kantor seperti demikian. Desain kostum pun
menampilkan outfit-outfit yang cantik dan berkelas, sesuai dengan masing-masing
karakter (apalagi karena background cerita adalah fashion online shopping).
Score dari Theodore Shapiro yang memang spesialis di genre drama komedi
sejenis, lagi-lagi berhasil mendukung atmosfer fun dan feel-good sepanjang
film. Pemilihan soundtrack seperti All
About That Bass dan The Girl from
Ipanema termasuk tepat, dengan volume yang tedengar sayup-sayup sehingga
tidak terkesan hingar-bingar maupun mengganggu atmosfer film.
Nancy Meyers memang menyuguhkan The Intern sebagaimana ia menyuguhkan
karya-karya sebelumnya. Mature, smart, witty, natural, sweet, dan feel-good. Romantis, meski bukan sebagai pasangan asmara di porsi utama. Tema generation gap, profesionalisme, feminisme di dunia kerja, dan bagaimana pekerjaan mempengaruhi
kehidupan pribadi, terangkai menjadi kesatuan yang solid dan menyenangkan di
balik durasi 121 menit yang tergolong cukup panjang untuk genre sejenis. Bahkan
mungkin banyak penonton yang merasa terinspirasi atau setidaknya, uplifting,
setelah menonton film ini. Whatever you take it as, The Intern is one of a simple but precious gem this year. Sayang
dilewatkan begitu saja, terutama bagi penonton dewasa yang mana lebih relevan
dengan ceritanya.
Lihat data film ini di IMDb.