4.5/5
Biography
Drama
History
Hollywood
Humanity
Law
Oscar 2016
Politic
quotebanner
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Bridge of Spies
Perang Dingin antara Amerika
Serikat dengan Uni Soviet sering diangkat ke cerita layar lebar, baik yang
memang berasal dari kejadian nyata maupun materi fiktif. Beberapa judul populer
beberapa tahun belakangan ini antara lain Tinker
Tailor Soldier Spy (2011) dan bahkan yang terbaru, The Man from U.N.C.L.E. Maraknya kemunculan mata-mata dari kedua
pihak membuatnya jadi menarik sebagai latar belakang cerita. Tahun ini Steven
Spielberg tertarik untuk mengangkat kisah salah satu karakter penting yang
berperan besar dalam Perang Dingin, James B. Donovan, ke layar lebar. Tak
main-main, Spielberg menggandeng Ethan & Joel Coen yang sudah tak perlu
dipertanyakan lagi kualitasnya sebagai penulis naskah (sekaligus sutradara),
mendampingi Matt Charman. Spielberg pun turun tangan langsung di bangku
sutradara. Tom Hanks lagi-lagi didapuk mengisi peran utama, menandai kerjasama
Hanks-Spielberg keempat setelah Saving
Private Ryan, Catch Me If You Can,
dan The Terminal.
Seorang pelukis tua yang tinggal
sendirian di Amerika Serikat bernama Rudolph Abel ditangkap oleh FBI dengan
tuduhan mata-mata Uni Soviet. Berniat menunjukkan kepada dunia bahwa Amerika
Serikat tetap memberikan hak penuh bahkan kepada narapidana asing, ditunjuklah
James Donovan sebagai pengacara. Donovan sendiri sebenarnya pengacara asuransi
yang belum pernah menangani kasus semacam ini. Ia tahu bakal kalah dan
kehadirannya hanya untuk formalitas, namun Donovan menemukan sisi lain dari
kasus ini yang mungkin bisa menguntungkan bagi negaranya di kemudian hari. Benar
saja, ramalannya tepat dan Donovan akhirnya ditunjuk untuk melakukan negosiasi
dengan pihak Rusia. Hanya saja, Donovan maju sebagai warga sipil biasa, bukan
mewakili pemerintahan Amerika Serikat yang enggan mengakui dirinya.
Baik Spielberg maupun Coen Brothers
sama-sama berpengalaman dalam mengemas cerita yang berasal dari kejadian nyata.
Coen Brothers dengan Unbroken,
sementara Spielberg dengan Schindler’s
List, Amistad, Saving Private Ryan, Catch Me if You Can, dan Munich.
Jadi sebenarnya Bridge of Spies (BoS)
adalah proyek jaminan mutu. Benar saja, BoS memang menjelma menjadi sebuah
drama politik yang begitu mengalir. Meski mengangkat tema yang serius dan
terkesan berat, Coen Brothers-Charman-Spielberg mampu menyajikannya menjadi
sangat mudah dipahami sekaligus seru untuk diikuti, bahkan untuk penonton yang
asing dengan Perang Dingin. Memang tak ada adegan aksi yang ditampilkan, namun
hampir semua adegan dialog memiliki kekuatan yang luar biasa, terutama sifatnya
yang witty sehingga menjadikan alurnya selalu asyik untuk diikuti.
Meski berpotensi menjadi sebuah
drama investigasi yang mungkin juga bisa jadi menarik, namun BoS memilih untuk
lebih fokus pada karakter Donovan, mulai bagaimana perasaannya terhadap kasus
Rudolph Abel, ide-ide untuk membawa kasus ini ke depannya, sepak terjangnya
beradu wibawa dengan pihak Rusia lewat perundingan, hingga kesannya terhadap
pihak pemerintah kedua belah pihak pasca kasus selesai yang menjadi highlight
utama BoS. In the end, keputusan ini punya impact yang luar biasa bagi saya,
ketimbang misalnya menjadikannya hanya sekedar drama investigasi. Apalagi kita
tahu bersama kasus Rudolph Abel mustahil dimenangkan karena bukti-bukti yang
sudah jelas. Dengan bentuk seperti ini, saya jadi mempertanyakan kepedulian
negara terhadap warga negaranya di kala kita sebagai warga negara sudah
mati-matian mengabdi kepada negara. Atau bagaimana kita selalu dengan mudah
menilai sebuah kasus politis dari luarnya saja. Padahal mungkin ada sisi-sisi
politis lain yang lebih bermanfaat ketimbang mengikuti emosional semata yang
seringkali justru sifatnya delusional, tidak berimbas secara langsung dengan
kehidupan kita. In other words, because of BoS, I now learn to see things
differently than it looked from the outside.
‘Keajaiban’ lainnya yang
ditampilkan BoS adalah relasi antara Donovan dan Abel yang dari luar terkesan
biasa saja. Tak banyak adegan yang menunjukkan keduanya jadi saling mengenal
lebih dalam. Namun berkat sedikit bercerita, kita bisa dengan mudah merasakan
kedekatan antara keduanya, hingga pada ending kita bisa merasakan emosional
yang begitu mendalam dari keduanya, hanya lewat beberapa baris dialog yang
begitu kuat. Seketika kita seolah sudah begitu mengenal Donovan, dan lebih
lagi, Abel. Sungguh sebuah metode storytelling yang luar biasa efektif namun
punya impact emosional yang begitu kuat.
Mungkin Donovan bukan performa
terbaik Tom Hanks dari daftar filmografinya yang begitu impresif selama ini,
namun ia jelas memberikan performa terbaik dalam memerankan karakter James B.
Donovan. Di tengah pergulatan batin dan keragu-raguannya, kharismanya tetap
terasa begitu kuat sebagai karakter utama. Pada porsi berikutnya, jelas
penonton dengan mudah bersimpati terhadap karakter Rudolf Abel yang dimainkan
dengan sangat heartful oleh Mark Rylance. Amy Ryan sebagai Mary, istri James
Donovan pun mampu mengimbangi kharisma Tom Hanks sesuai dengan porsinya.
Di jajaran pemain pendukung muda,
Austin Stowell sebagai Francis Gary Powers, Will Rogers sebagai Frederic Pryor,
dan Billy Magnussen (yang tahun lalu kita lihat sebagai Pangeran Rapunzel di Into the Woods) mampu mencuri perhatian
berkat kharisma yang cukup kuat sesuai porsinya, selain faktor fisik yang
memang menjanjikan aura bintang. Eve Hewson yang merupakan putri dari Bono ‘U2’
dan Noah Schnapp sebagai putra-putri James Donovan juga memberikan performa
yang tak kalah mencuri perhatian.
Seperti layaknya proyek Spielberg
lainnya, BoS juga tak mau kompromi di teknis. Janusz Kaminski masih didapuk
menjadi DoP yang menambah daftar panjang kerjasama keduanya sejak Schindler’s List. Hasilnya, tak hanya
adegan-adegan yang begitu efektif dalam bercerita, namun juga mencetak begitu
banyak perfect shot, termasuk yang tak hanya berupa still shot, namun juga yang
melibatkan pergerakan kamera. Luar biasa indah. Favorit saya dan saya yakin
menjadi favorit kebanyakan penonton, tentu saja adegan pertukaran di Glienicke
Bridge yang bersejarah dan menjadi klimaks di sini.
Scoring dari Thomas Newman juga
menjadi aspek terkuat BoS yang mampu menghantarkan emosi terdalamnya kepada
penonton. Ini menandai babak baru kerjasama Spielberg-Newman setelah biasanya
berlangganan dengan komposer John Williams yang seolah sudah blending menjadi
satu jiwa lewat karya, konon karena faktor kesehatan. Namun tak perlu khawatir,
karena Thomas Newman pun sudah terbiasa memberikan nyawa yang luar biasa hidup,
emosional, dan tentu saja, megah, ke berbagai judul-judul film high profile.
Seperti karya-karya Coen Brothers
dan Spielberg lainnya, BoS menawarkan sebuah biografi yang mungkin belum banyak
dilirik dan bahkan hanya menjadi footnote dalam sejarah, dengan storytelling
yang mudah dipahami dan melalui sudut pandang yang begitu kuat serta relevan
hingga saat ini. Tak ketinggalan faktor heart yang begitu besar hingga membuat
penonton begitu hormat dan salut terhadap karakter Donovan dan juga bersimpati
kepada Rudolf Abel. Truly, another beautiful piece from Spielberg, and of
course, Coen Brothers.
Lihat data film ini di IMDb.
The 88th Annual Academy Awards Nominees for:
- Best Motion Picture of the Year
- Best Performance by an Actor in a Supporting Role - Mark Rylance
- Best Writing, Screenplay Written Directly for the Screen - Matt Charman, Ethan Coen, and Joel Coen
- Best Achievement in Production Design - Adam Stockhausen, Rena DeAngelo, Bernhard Henrich
- Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score - Thomas Newman
- Best Achievement in Sound Mixing - Andy Nelson, Gary Rydstrom, Drew Kunin