Arthouse
Europe
Festival
German Cinema
Germany
The Jose Flash Review
The Jose State of Mind
The Jose State of Mind
The Jose State of Mind
From German Cinema 2015 (Part 3/3)
Bagian sebelumnya.
Hirngerspinster /
Im Labyrinth des Schweigens /
Who Am I – Kein System ist sicher /
Hirngerspinster /
Flights of Fancy (2014)
Keluarga Simon berubah ketika
penyakit schizophrenia sang ayah, Hans, kembali kambuh dan bahkan mencapai
titik terburuknya. Sebagai akibatnya, Simon harus kehilangan pekerjannya
sebagai sopir antar jemput karena para orang tua enggan mempercayakan anaknya
dijemput oleh anak seorang schizophrenia yang baru saja ditangkap polisi. Apalagi
ada kemungkinan penyakit itu diturunkan pada Simon. Tak hanya itu, masa
depannya menjadi terancam tidak bisa berkembang karena waktunya habis untuk
mengurus keluarganya, terutama adiknya yang masih kecil, Maja, yang menjadi
terbengkalai karena sang ibu sibuk mengurus Hans. Pertemuannya dengan seorang
gadis, Verena, yang cerdas dan punya cita-cita yang tinggi, membuat Simon
semakin bingung menentukan, apakah akan terus-terusan mengurus keluarganya atau
menciptakan masa depannya sendiri.
Hirngerspinster sebenarnya punya premise yang menarik dan
divisualisasikan dengan alur yang pas pula. Namun selain akting yang begitu
kuat terutama dari Tobias Moretti sebagai Hans dan pendatang baru, Jonas Nay
sebagai Simon (tak heran dua-duanya diganjar penghargaan di Bavarian Film
Awards), jujur, tak ada sesuatu yang benar-benar remarkable.
Lihat data film ini di IMDb.
Im Labyrinth des Schweigens /
Labyrinth of Lies (2014)
Johann Radman adalah jaksa muda
pendatang baru yang tertarik untuk melakukan investigasi terhadap sebuah kamp
konsentrasi Nazi di Auschwitz. Ini bukan hal yang mudah, mengingat masyarakat
Jerman, terutama para pejabatnya, lebih memilih untuk sebisa mungkin melupakan
aib di mata dunia yang terjadi belasan tahun yang lalu itu. Namun dengan gigih
dan sabar, Johann mengumpulkan fakta-fakta yang membawanya pada kemuakan
terhadap bangsanya sendiri.
Diangkat dari kisah nyata, Im Labyrinth des Scweigens (ILdS)
membeberkan fakta-fakta yang sangat akurat, baik tentang perkembangan
investigasi dan seputar kamp konsentrasi di Auschwitz. Namun kesetiaan inilah
yang membuat satu jam pertama terasa berjalan begitu lambat, datar, dan
terkesan bertele-tele. Baru pada paruh kedua, ketika investigasi mulai punya
pertalian langsung dengan perkembangan karakter Johann, film menjadi lebih
menarik. Termasuk ketika menampilkan hubungan Johann dengan Marlene Wondrak
yang menyumbangkan rangkaian dialog paling mengesankan sepanjang film. Esensi
terpenting dari pengungkapan kasus Auschwitz pun menjadi kesimpulan yang bergaung
begitu kuat.
Lihat data film ini di IMDb.
Who Am I – Kein System ist sicher /
Who Am I - No System is Safe (2014)
Benjamin yang selama ini selalu
merasa invisible, ingin merasakan menjadi superhero. Beruntung dengan
kemampuannya mengutak-atik bahasa program komputer, ia punya harapan untuk
mewujudkan mimpinya. Apalagi pertemuannya dengan Max yang memotivasinya untuk
menjadi manusia yang berani mengambil tindakan. Bersama timnya; Stephan dan
Paul, mereka berempat memutuskan untuk menjadi Robin Hood di dunia maya (baca:
hacker) dengan nama sandi CLAY (Clowns Laughing At You). Popularitas CLAY
membuat Europol yang dipimpin oleh Hanne Lindberg, memburu mereka. Setelah
muncul tantangan dari grup hacker lain dan satu per satu melibatkan pembunuhan,
keadaan menjadi semakin buruk, hingga semua tuduhan jatuh pada Benjamin.
Sejak awal, Who Am I (WAI) mengingatkan saya akan Fight Club-nya David Fincher. Mulai dari gaya dan energi visual,
sampai penggambaran karakter serta fisik Benjamin yang dibuat mirip karakter
Edward Norton di film cult itu. Benar saja, hingga klimaksnya, WAI memang
memasukkan sebagian besar template Fight
Club pada tema hacker-nya. Bahkan di kamar Benjamin terpasang dengan jelas
poster film yang juga dibintangi oleh Brad Pitt itu. Mungkin yang membuatnya jadi
lebih menarik adalah tambahan visualisasi dunia maya, terutama antara Benjamin
dengan group hacker misterius. Cerita juga menambah satu lapisan twist lagi
setelah klimaks sebagai bumbu tambahan. Menarik dan cukup relevan dengan
setup-setup yang dibangun sejak awal sih, tapi tetap saja bagi saya yang hafal Fight Club luar-dalam, that didn’t
really work that much. Namun bagi penonton yang belum familiar, mungkin masih
bisa menikmati energi dan alur yang memang tertata dengan pas, rapi, cerdas,
dan mudah dicerna oleh penonton umum. Tak heran jika WAI mencetak box office di
Jerman dengan mengumpulkan US$ 11 juta dalam waktu 4 minggu. Kabar terakhir,
Warner Bros. sudah melakukan deal untuk me-remake film ini.
Lihat data film ini di IMDb.