3.5/5
Based on a True Event
Based on Book
Biography
Crime
Dialog-driven
Drama
Hollywood
Mafia
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Black Mass
Sejak sejarah perfilman dimulai,
genre crime yang mengangkat karakter-karakter mafia, baik yang berdasarkan
tokoh nyata maupun fiktif sudah sangat sering sekali diangkat. Bahkan seorang
Johnny Depp yang dikenal sebagai aktor dengan pemilihan peran paling variatif
dan unik, sudah dua kali memerankan sosok kriminal legendaris; penguasa kokain
di Amerika Serikat, George Jung, di Blow
(2001), dan perampok bank paling populer di era ‘30-an, John Dillinger di Public Enemies (2009). Tahun 2015 ini
Depp menambah daftar bergengsi itu dengan memerankan sosok James ‘Whitey’
Bulger, mafia penguasa Boston Selatan di era ’70 sampai ‘80-an, di Black Mass (BM). Konon sosok Whitey inilah yang menjadi inspirasi dari karakter di remake Infernal Affairs, The
Departed.
Tinggal di Boston Selatan sejak
kecil membuat James ‘Whitey’ Bulger jadi sosok yang dicintai di lingkungannya.
Padahal Whitey dikenal sebagai kepala mafia Irlandia yang disegani, sementara
sang adik, Billy, justru menjadi senator negara bagian Massachusetts. Sejak kecil
Whitey menjalin persahabatan yang kental dengan John Connolly, yang kemudian
menjadi agen FBI. Berusaha melindungi sahabatnya dari investigasi FBI, John
memanfaatkan Whitey sebagai informan tentang sepak terjang gembong mafia Italia
di Boston Selatan. Merasa juga diuntungkan dengan diberangusnya mafia Italia
sebagai pesaing sekaligus mendapatkan ‘kekebalan’ hukum dari FBI, Whitey menerima
tawaran itu. Namun keadaan berubah sejak seorang jaksa, Fred Wyshak, masuk ke
kantor John. Fred mempertanyakan Whitey yang selalu lolos dari hukum padahal
punya catatan kejahatan yang cukup panjang, termasuk peredaran narkoba dan
pembunuhan. Apalagi satu per satu saksi mata yang memberatkan Whitey, ditemukan
tewas.
Jika Anda termasuk rajin
menyaksikan film-film bertemakan mafia, apalagi yang diangkat dari kisah nyata,
maka plot yang ditawarkan BM tak ada yang benar-benar baru. Segala
elemen-elemen ceritanya pun sangat familiar. Apalagi ‘keterbatasan’ kisah nyata
yang memang tidak bisa seenaknya dikembangkan ke mana-mana. Namun Jez
Butterworth (Edge of Tomorrow dan
upcoming Spectre) yang dibantu Mark
Mallouk berhasil menuliskan naskah yang serba efektif dalam merangkum rentang
waktu yang cukup luas, dan tentu saja dengan dialog-dialog yang kuat, cerdas,
dan memorable. Apalagi mengingat BM termasuk dialog-driven crime drama yang
bisa saja jatuh jadi datar dan membosankan tanpa dialog-dialog yang ‘renyah’
dan menarik. Fokus cerita pada karakter Whitey, dan terutama hubungan antara
Whitey dan John Connolly, terjaga secara konstan. Meski ada beberapa side story
yang sebenarnya tak kalah menarik, seperti hubungan antara John Connolly dan sang
istri, Marianne, namun tak sampai mengganggu jalan cerita utama. Meski
didukung ensemble cast berkelas yang membuatnya tak perlu effort terlalu keras
untuk mengarahkan mereka, sutradara Scott Cooper (Crazy Heart dan Out of the
Furnace) tetap memberikan nafas yang pas dan sesuai untuk BM: dingin dan
gloomy, namun tetap memasukkan sisi-sisi manusiawi yang seimbang.
Tak perlu lagi mempertanyakan
penampilan Johnny Depp di sini. Tak hanya fasih beraksen Boston Selatan yang
khas, namun juga menirukan banyak aspek dari sosok Whitey yang asli; mulai
mimik wajah, gesture tubuh, hingga kharisma dingin dan bengis yang begitu
hidup. Tak heran jika peran sebagai Whitey di sini diakui Depp sendiri sebagai
peran paling favorit sepanjang karirnya. Joel Edgerton sebagai John Connolly
pun menjadi pairing yang tak kalah kuatnya. Di deretan pemeran pendukung yang
screentime-nya tak begitu banyak, juga tampil memikat, seperti Kevin Bacon
sebagai Charles McGuire, Peter Sarsgaard sebagai Brian Halloran, Rory Cochrane
sebagai Steve Flemmi, Corey Stoll sebagai Fred Wyshak, dan bahkan Dakota
Johnson (iya, Dakota Johnson yang tampil berani di Fifty Shades of Grey itu!) tampil memikat dengan emosi yang pas
sebagai Lindsey Cyr, istri Whitey.
Sinematografi Masanobu Takayanagi
(Warrior, The Grey, Silver Linings
Playbook, dan pernah bekerja sama dengan Scott Cooper di Out of the Furnace) menjadi kekuatan
terbesar teknis BM. Ada terlalu banyak perfect shot yang ditampilkan dengan
begitu indah, meski tergolong minim camera movement. Tak ada yang terlalu
istimewa untuk production design, termasuk costume design, selain lebih dari
cukup dalam menghidupkan lagi era-nya.
Sebagai sebuah mob biopic, BM
memang tergolong tipikal. Tidak terlalu direkomendasikan pula untuk penonton yang
kurang bisa menikmati film dialog-driven dan minim adegan aksi (meski ada beberapa
adegan pembunuhan yang cukup brutal). Namun jika Anda menggemari dialog-dialog
yang memikat, ditambah performance yang serba luar biasa dari ensemble cast-nya,
serta jumlah perfect shot yang banyak, BM jelas tidak boleh dilewatkan.
Lihat data film ini di IMDb.