3/5
Action
Adventure
Based on Book
Blockbuster
Box Office
China
Chinese
Fantasy
Franchise
Mythology
Pop-Corn Movie
sequel
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Monkey King 2
[西遊記之孫悟空三打白骨精]
Siapa yang tidak mengenal hikayat
Si Kera Sakti, Sun Wu Kong? Di Indonesia, hampir tiap versinya, baik itu layar
lebar maupun serial, tayang. Versi yang paling dikenal tentu saja versi serial
TV yang tayang di salah satu stasiun TV swasta kita era 90-an. Tahun 2014 lalu
satu lagi versi terbaru dari kisah Journey
to the West yang diangkat ke layar lebar dengan judul The Monkey King (TMK). Digarap oleh sutradara Cheang Pou-Soi (SPL2), dengan bintang-bintang kelas A
macam Donnie Yen, Chow Yun Fat, dan Aaron Kwok. Seperti kebanyakan film
Mandarin akhir-akhir ini, TMK lebih menawarkan cerita fantasi dengan gempuran
adegan-adegan aksi berlatarkan CG yang terlihat masih jauh dari meyakinkan.
Namun jangan salah, perolehan box office di negara asalnya luar biasa, bahkan
memecahkan rekor box office nasional dengan angka akhir melewati 1 miliar Yuan
atau US$ 167 juta lebih, dan US$ 181 juta di pasar internasional. Sebuah
pencapaian box office yang tak main-main. Sempat dirilis versi edit ulang yang
punya durasi 30 menit lebih lama, The
Monkey King: The Legend Begins untuk pasar US, kini sudah hadir sekuelnya
bertajuk The Monkey King 2 (TMK2) bertepatan
dengan Tahun Baru Imlek yang memasuki tahun monyet api. Cast dan crew kurang
lebih sama, minus Donnie Yen yang mundur dari project karena konflik jadwal
sekaligus perbedaan visi. Aaron Kwok yang di seri pertama berperan sebagai The
Bull Demon King alias Siluman Kerbau, kini mengisi peran Sun Wu Kong.
500 tahun setelah dihukum di
bawah Gunung Lima Jari, Sun Wu Kong dibebaskan oleh Dewi Kwan Im untuk menemani
seorang bhiksu yang sedang melalukan perjalanan jauh ke Barat demi mencari
kitab suci. Di perjalanan, Sun Wu Kong dan Bhiksu Tang bertemu Siluman Babi,
Zhu Bajie, dan Sha Wu Jing yang juga turut ditugaskan untuk menemani. Rintangan
pertama yang harus mereka lalui adalah Iblis Tulang Putih, Baigujing, yang
berniat melahap Bhiksu Tang agar bisa hidup sebagai iblis selamanya tanpa harus
bereinkarnasi menjadi manusia. Baigujing tak sendiri karena ada pula Raja
Hercynian yang juga memburu Bhiksu Tang untuk disantap. Darah anak-anak yang
selama ini menjadi santapannya kini kurang bisa menopang hidupnya.
Pou-Soi membagi cerita TMK di
titik yang tepat untuk menjaga fokus. TMK2 punya plot cerita utama yang lebih
familiar ketimbang seri pertamanya. Masih ‘menjual’ adegan-adegan aksi
spektakuler dengan balutan CGI sebagai komoditas utamanya, TMK2 melakukan
banyak perbaikan di sana-sini. Mungkin masih ada beberapa CGI yang tampak
komikal dan palsu, tapi most of them jauh lebih baik ketimbang seri pertamanya.
Tone cerita pun dibuat lebih serius ketimbang yang pertama dengan memasukkan
unsur-unsur filosofis yang menarik ke dalamnya. Mempertanyakan tentang mana
yang lebih substansial sebagai bentuk kepatuhan: menurut sang Bhiksu atau
membangkang demi keselamatanya.
Secara keseluruhan, bagi saya
TMK2 masih belum bisa menawarkan plot maupun storytelling yang lebih menarik
dari cerita aslinya. Semua tampak berjalan begitu saja tanpa kedalaman
(terutama karakter) yang lebih sehingga bisa membuat saya peduli dengan
karakter-karakternya. All I can enjoy was its action scenes yang meski makin
spektakuler, tapi masih belum se-gripping garapan Pou-Soi lainnya, SPL2. Bisa dimaklumi jika ia ingin
membuat seri TMK sebagai sebuah petualangan fantasi dengan range usia target
audience yang lebih luas.
Meski ditinggalkan Donnie Yen dan
Chow Yun Fat pun sudah tak lagi hadir di installment ini, TMK2 masih punya cast
yang lebih dari cukup untuk menarik perhatian. Aaron Kwok yang mengisi peran
Sun Wu Kong dengan sangat layak. Kharisma-nya lebih dari cukup untuk
menghidupkan Sun Wu Kong. Begitu juga Feng Shaofeng yang mengisi peran Bhiksu
Tang. Namun above all yang paling menarik perhatian tentu saja si seductive
beauty, Gong Li sebagai Baigujing. Tak hanya dengan pesona kecantikannya yang
seolah tak luntur oleh usia, Gong Li memberikan performa menggoda yang maksimal
sebagai karakter villain.
Selain CGI yang terasa quite
well-improved (tentu saja setelah didukung oleh tim visual effect 3D New
Zealand yang juga mengerjakan The Lord of
the Rings dan The Hobbit, tata
suara 7.1 terasa sangat maksimal pula. Clear, crisp, deep bass, dan pembagian
kanal surround yang sangat kentara. Scoring tak terlalu istimewa, begitu juga
theme song khas film Mandarin lawas, Jiu
Shi Sun Wukong yang dibawakan oleh Aaron Kwok sendiri. Sayang versi 3D, IMAX 3D, dan 4DX 3D tak sampai masuk Indonesia. Saya bisa membayangkan pengalaman yang lebih terasa.
Sebagai tontonan untuk menyambut
Tahun Baru Imlek kali ini (apalagi memasuki tahun kera api), TMK2 terasa begitu
pas. Asalkan Anda tak berekspektasi muluk-muluk, terutama dari segi plot yang
tidak banyak berkembang dari cerita aslinya, ia masih bisa jadi tontonan yang
menghibur lewat spektakel visualisasinya dan adegan-adegan laga a la Pou-Soi.
Lihat data film ini di IMDb.