3/5
Bad-ass Oldman
Comedy
Drama
generation gap
Hollywood
Pop-Corn Movie
Sex
Socio-cultural
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Dirty Grandpa
Ide cerita tentang ‘kakek nakal’
mungkin masih jarang diangkat, tapi bukan berarti benar-benar baru. Yang paling
mudah kita ingat tentu saja karakter kakek nakal dari gank Jackass, Bad Grandpa yang
sempat diangkat ke layar lebar 2013 lalu. Namun jika Kakek Irving Zisman
sebenarnya diperankan oleh Johnny Knoxville, kali ini aktor kawakan berkelas,
Robert DeNiro, yang mencoba untuk memerankan karakter kakek nakal bin cabul.
Dengan nama sebesar DeNiro dan tentu saja Zac Efron sebagai karakter sang cucu,
Dirty Grandpa (DG) jelas menarik
perhatian siapa saja. Meski tak sedikit pula yang mencibir, mau-maunya aktor
sekelas DeNiro main di film se-‘murahan’ ini. Well, in my opinion, seiring
dengan usia, adalah sebuah perkembangan secara kepribadian jika seseorang hidup
semakin laidback, bersenang-senang, dan bisa ‘mentertawai diri sendiri’.
Ditangani Dan Mazer yang berada di balik kesuksesan komedi-komedi Sacha Baron
Cohen, mulai serial Ali G Indahouse, Borat, hingga Brüno, serta debut penulis naskah John Phillips yang nantinya juga
akan menulis naskah Bad Santa 2, DG
berpeluang menjadi komedi seks tak senonoh yang mampu menggelitik saraf
tertawa.
Pasca kematian sang istri akibat
kanker, Dick Kelly tampak sedih tapi berusaha tegar. Sehari setelah pemakaman,
beliau meminta diantarkan ke Florida oleh salah satu cucunya, Jason Kelly.
Meski sempat menolak karena mepet dengan rencana resepsi pernikahannya dengan
Meredith, Jason menyanggupi. Siapa sangka sejak hari pertama perjalanan mereka,
Dick menunjukkan gelagat aneh. Perangainya mendadak berubah menjadi nakal dan
cabul. Jason yang punya karir bagus sebagai pengacara di firma milik ayahnya
dan jauh dari kesan pemuda urakan, ikut terseret. Hingga suatu hari mereka
bertemu Shadia, Lenore, dan Bradley. Lenore jatuh hati kepada Dick, sementara
Shadia ternyata teman kuliah Jason dan sempat saling jatuh cinta. Kegilaan
semakin memuncak serta mengancam tak hanya karir Jason, tapi juga pernikahannya
dengan Meredith. Siapa sangka, perubahan drastis Dick ini ternyata bagian dari
rencanan besarnya untuk sang cucu.
Di layar, DG memang terasa begitu
nakal menghadirkan guyonan-guyonannya, bahkan tak sedikit yang berada di atas
batas susila. Dalam hemat saya, DG terasa seperti American Pie versi kakek-cucu. Malah mungkin lebih asusila lagi.
Tak hanya guyonan yang bertemakan seks yang sebenarnya masih bisa saya terima
dan nikmati, tapi di sisi lain juga tentang narkoba, homoseksual, paedophile yang jujur,
membuat saya mengernyitkan dahi. Sangat menggelitik, tapi bisa jadi ofensif. Overall, DG masih mampu
membuat saya terbahak terpingkal-pingkal oleh tingkah-tingkah asusila dan
celetukan-celetukan Dick yang ternyata sangat ‘melek’ pop culture. Kelemahan
justru terletak pada pace film, terutama untuk genre komedi. Mungkin karena
saking keasyikan, ada cukup banyak adegan yang terasa terlalu bertele-tele,
apalagi wrap-up-nya yang juga tergolong terlalu santai dalam bertutur.
Above all, DG ternyata menyimpan
esensi yang baik tentang living life to the fullest by passion. Menariknya lagi, konsep generation gap justru seperti diputar balikkan, yang tua menjadi sangat muda, sementara yang muda justru menjadi terlalu tua. So in the end,
DG masih bisa membuat saya tersenyum puas oleh kehangatan dan hati yang cukup
besar, setelah dibuat sakit perut saking seringnya tertawa terbahak-bahak.
Sebagai highlight utama, Robert
DeNiro tampil begitu luwes memerankan Dick Kelly yang nakal, cabul, sekaligus
berhati baik. Di balik kenakalannya, ia masih mampu memenangkan hati penonton.
Meski tak bisa dipungkiri kalau ada penonton yang merasa iba, bisa-bisanya
seorang DeNiro memainkan karakter se-‘rendah’ itu. Personally, I don’t mind
with that. I still can respect him that way. Zac Efron masih memerankan
karakter tipikal, tapi berhasil menjalin chemistry yang meyakinkan serta asyik
dengan Bob. Zoey Deutch sebagai Shadia mencuri perhatian penonton lewat
fisiknya yang memang unggul. Sementara Aubrey Plaza, Jason Mantzoukas, Julianne
Hough, Dermot Mulroney, Jeffrey Bowyer-Chapman, Jake Picking, Michael Hudson,
Adam Pally, Mo Collins, dan Henry Zebrowski tampil cukup menghibur sesuai porsi
dan karakter komikal masing-masing, meski tak ada yang sampai benar-benar jadi
remarkable.
Tidak ada yang istimewa dengan
tata kamera Eric Alan Edwards, begitu pula editing Anne McCabe yang mungkin
agak kebingungan mengedit adegan-adegan overlong yang kadang terasa draggy demi
mengejar punchline. Satu-satunya yang patut diberi kredit adalah pemilihan
soundtrack-soundtrack yang sedikit memberi energi lebih untuk konsep
seru-seruan dan gila-gilaannya. Mulai Classic
Man dari Jidenna, Bring Out the
Bottles dari Redfoo, Samurai (Go
Hard) dari R3HAB, hingga performance Zac Efron menyanyikan Because You Loved Me dari Celine Dion
yang juga jadi ringtone Jason.
Dari trailernya saja seharusnya
Anda sudah tahu bakal menemukan komedi seperti apa di DG. Bukan film komedi
seks yang sangat kuat hingga memorable, tapi sangat menghibur dengan esensi
yang cukup penting untuk generasi muda sekarang (terutama di belahan bumi
Timur). So it’s your choice, either you’re gonna laugh hard over it or hate it
so much due to its inappropriate jokes.
Lihat data film ini di IMDb.