Salma's Big Wish
[Dia de Muertos]

Filosofi Sisi Lain
Day of the Dead
dari Fantasi Negara Aslinya

Dia de Muertos atau Day of the Dead yang dirayakan oleh warga Meksiko tiap 2 November sudah menginspirasi beberapa film Hollywood, baik membahas mitologinya secara khusus seperti animasi The Book of Life (2014) produksi 20th Century Fox Animation dan tentu saja yang paling sukses, Coco (2017) produksi Disney/Pixar, maupun yang hanya dijadikan latar salah satu adegan seperti di film Assassins (1995) dan 007 James Bond Spectre (2015).

Bagaimana dengan produksi Meksiko sendiri?
Ternyata daftarnya belum begitu banyak. Selain Macario (1960) dan beberapa judul film animasi pendek, hanya ada waralaba produksi Anima Estudios, La Leyenda de la Nahuala (2007) yang sudah punya 4 seri.
Sebuah proyek animasi CGI dengan skala agak besar digagas sejak 2004 tapi terus tertunda karena budget. Bahkan Coco pun harus mengganti judul aslinya, Day of the Dead, karena judul tersebut sudah didaftarkan hak ciptanya oleh Metacube Technology & Entertainment bersama Symbiosis Entertainment di Meksiko sejak 2007.

Perilisan Day of the Dead versi Meksiko pun diundur dari jadwal awal 2017 menjadi 1 November 2019 untuk menghindari persaingan dengan Coco yang jelas tak mungkin dimenangkan mengingat skala produksi dan promosi yang jauh di atas Day of the Dead.
Keputusan yang tepat, dengan judul alternatif Salma's Big Wish, film animasi tersebut berhasil merebut perhatian 570.300 penonton di 3 hari pertama dan melonjak hingga 626.405 di hari Selasa. Sebuah prestasi tersendiri untuk industri film nasional Meksiko, apalagi film animasi.
Hak tayang di berbagai negara pun satu per satu berhasil terjual. Penonton Indonesia pun sudah bisa mengaksesnya lewat aplikasi KlikFilm.
Sejak kecil Salma tidak mengenal keluarganya. Hanya ada seorang nenek angkat dan dua anak laki-laki bersaudara yang menjadi sahabatnya, Jorge dan Pedro. Sang nenek bercerita bahwa ia ditemukan di pintu masuk hacienda (kompleks perumahan) bahkan tanpa catatan apa pun.
Tiap kali perayaan Hari Para Orang Mati (Day of the Dead), Salma selalu dihalang-halangi oleh sang nenek untuk ikut merayakan. Rasa penasaran Salma memuncak ketika sudah beranjak dewasa. Berbekal sebuah liontin yang ia dapatkan dari seorang asing tapi terasa begitu familiar bagi dirinya, Salma melakukan ritual memanggil arwah kedua orang tuanya yang ternyata gagal.

Salma yang makin penasaran hanya punya satu tempat tersisa di kota tersebut yang belum ia selidiki: sebuah kastil misterius. Dengan ditemani Jorge dan Pedro, Salma nekad masuk dan mencari identitas diri yang sesungguhnya. Tak disangka-sangka fakta masa lalu keluarga Salma justru membuat Jorge dan Pedro terjebak di dunia bawah tanah.
Bagi yang sudah menyaksikan The Book of Life dan Coco tak akan kesulitan memahami mitologi perayaan Hari Para Orang Mati yang ditampilkan. Namun rupanya Salma's Big Wish punya esensi yang sedikit berbeda dari kedua film animasi tersebut.
Tema pencarian jati diri dari seorang yatim piatu jelas menjadi setup yang menarik untuk memancing rasa penasaran penonton (dewasa sekalipun) akan rahasia apa yang ada di balik masa lalu keluarga Salma.
Saya sempat mencurigai penyebab di balik gagalnya ritual yang dilakukan Salma. Namun rupanya tebakan rasional saya salah.

Dengan fantasi yang memanfaatkan mitologi grim reaper (malaikat pencabut nyawa), Salma's Big Wish mempertanyakan moral tentang keabadian dan kematian manusia sebagai bagian penting dari siklus hidup.
Topik yang agak berat sebenarnya untuk konsumsi anak-anak, tapi cukup penting dalam memahami konsep kehidupan dan kematian, terutama bagi anak-anak yang harus atau pernah mengalami kehilangan orang-orang yang disayangi.
Sedikit mengingatkan saya akan topik utama yang ditawarkan animasi Disney-Pixar terbaru, Onward, tapi tentu dengan pendekatan yang jauh berbeda.

Dari segi pengembangan plot sebenarnya Salma's Big Wish tertata cukup baik dan mengalir lancar. Agak sedikit bertele-tele dan kurang koheren dengan plot utama saat Jorge dan Pedro terdampar di dunia bawah tanah sehingga harus disatukan kembali dengan cara yang terlalu kebetulan di klimaks, tapi overall masih cukup bisa dinikmati dan yang terpenting, esensi utamanya bisa dengan mudah dipahami oleh penonton anak sekalipun.
Secara kualitas animasi, Salma's Big Wish masih di bawah The Book of Life, apalagi Coco, tapi secara keseluruhan tergolong punya detail latar yang cukup mengagumkan.
Untuk ukuran di luar produksi Hollywood, animasi CGI-nya sudah berada di atas rata-rata.
Komplain dari saya mungkin hanya pada ekspresi wajah para karakter yang kurang terlihat jelas sehingga di banyak momen emosional harus lewat begitu saja.
Begitu juga beberapa gerakan yang terasa terlalu halus ketika seharusnya agak 'menghentak' kasar, misalnya adegan terjatuh.
Beberapa camerawork terutama untuk adegan aksi, score music, dan transisi fade to black di tiap pergantian adegan lebih terasa seperti video game, tapi menurut saya tidak begitu mengganggu.

Kualitas performa voice talent juga cukup baik karena menggunakan nama-nama yang sudah punya cukup pengalaman di bidangnya, seperti Cristina Milizia (Jessica Cruz alias Green Lantern di film-film animasi DC, Barbie Dreamtopia, dan Monster High) sebagai  Salma, Joseph Hernandez (Deep, versi Amerika dari game The Legend of Zelda, dan Kingdom Hearts) sebagai Jorge, Luis Dubuc (penyanyi lagu tema Forever Dreaming di Dragon Ball Super versi Amerika) sebagai Pedro, dan bintang TV, Carlo Rota sebagai Morlett.

Sebagai penutup, nikmati sajian lagu tema Back to Life dari Mystery Skulls (proyek musik semacam Gorillaz dari Luis Dubuc yang mengisi suara Pedro) yang cukup catchy sembari menikmati beberapa adegan mid-credit yang menambah keceriaan konklusinya sebagai sebuah film animasi untuk semua umur.

Anggapan saya yang sempat berpikir bahwa Salma's Big Wish sebagai tiruan Coco KW-sekian ternyata salah. Setelah menyaksikan langsung filmnya dan melakukan riset kecil-kecilan tentang proyek ini, saya tak lagi meremehkannya. Memang tak bisa dibandingkan secara langsung dengan Coco, tapi sebagai pendamping yang melengkapi pemahaman tentang konsep perayaan Hari Para Orang Mati, termasuk filosofi dalam memaknai kehidupan dan kematian yang menyertainya, Salma's Big Wish sangat layak untuk dicoba dan dinikmati.

Salma's Big Wish bisa ditonton lewat KlikFilm.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.