My Punch-Drunk Boxer
[판소리 복서]

Drama-Komedi Arthouse
Tentang Petinju 'Ronggeng'

Tema sport-drama, terutama tinju memang sudah sangat sering diangkat dalam film dari negara mana pun asalnya. Begitu juga dengan tema come-back. Belum lama ini kita disuguhi film Bollywood, Panga, kisah come-back atlet olahraga khas India, kabbadi, bahkan setelah menjadi ibu rumah tangga. Namun apa yang ditawarkan sutradara muda, Jung Hyuk-ki lewat My Punch-Drunk Boxer [판소리 복서/Pansori Bokseo] tergolong unik.
Pansori adalah seni musik yang menyampaikan sebuah cerita lewat nyanyian dan iringan gendang. Maka menggabungkan olahraga tinju dengan seni Pansori bak tinju bergaya 'ronggeng'. Bahkan narasinya disampaikan lewat nyanyian bak 'nyinden'.

Dengan dukungan performa dari bintang muda Um Tae-goo (I Saw the Devil, Veteran, dan A Taxi Driver), salah seorang personel girlband K-pop Girl's Day yang juga pernah tampil di K-drama populer, Reply 1988, Hyeri, Kim Hee-won (The Man from Nowhere, Missing, The Merciless, dan Tazza: One-Eyed Jack), Choi Joon-young (One Way Trip dan The Merciless), dan Lee Seol (The Divine Fury), My Punch-Drunk Boxer didistribusikan di bawah bendera CGV Arthouse dan bisa ditonton lewat KlikFilm.


Sudah berkali-kali Byeong-goo menanyakan kepada manager sebuah klub tinju tempat ia bekerja, Mr. Park, kapan dirinya boleh berlatih tinju, tapi selalu ada saja alasan untuk mengerjakan hal lain yang dianggap lebih penting, seperti menyebarkan brosur karena kondisi klub yang semakin tak diminati orang. Kedatangan seorang gadis yang berniat untuk berlatih tinju, Min-Ji membuatnya menemukan semangat baru. Bertindak sebagai pelatih, perlahan Byeong-goo semakin dekat dengan Min-Ji dan terkuaklah masa lalu Byeong-goo sebagai mantan atlet tinju yang sempat didiskualifikasi karena tidak lolos tes doping. Padahal Byeong-goo berniat untuk memperkenalkan tinju gaya khasnya sendiri, tinju Pansori yang ia kembangkan bersama sahabat lamanya, Ji-yeon. Min-Ji menjadi penyemangat baru bagi Byeong-goo untuk comeback di usianya yang sudah hampir kepala tiga.
Namun yang belum Min-Ji ketahui, Byeong-goo ternyata mengidap sindrom punch-drunk alias chronic traumatic encephalopathy (CTE). Kembali beraksi di ring tinju bisa memicu kematian baginya kapan saja.

Meski mengusung kemasan arthouse, terutama terasa jelas lewat pengembangan plot yang tergolong lambat, shot jarak jauh yang agak panjang, emosi yang kerap 'ditekan', dan juga permainan cahaya dengan tone-tone warna tertentu sehingga menghasilkan gambar yang indah, My Punch-Drunk Boxer mencoba menyeimbangkannya dengan bumbu komedi yang berasal dari situasi maupun tingkah karakter-karakternya di banyak kesempatan. Agak komikal tapi tak sampai menjadi kelewat slapstick sebagaimana kebanyakan gaya komedi sinema Korea Selatan. Mungkin tak sampai membuat tertawa terbahak-bahak, tapi setidaknya masih mampu menyimpulkan senyum kecil di bibir.

Tema yang (seharusnya) agak 'mellow' dan depresif juga tak benar-benar dibuat jatuh ke dalam jurang melodrama mendayu-dayu yang pada akhirnya berpotensi membosankan. Terasa sekali Jung Hyuk-ki berusaha menjaga keseimbangan (atau menahan-nahan emosi sebagai salah satu ciri khas arthouse yang paling kentara?) segala formula yang ia racik.


'Rasa arthouse' yang kerap 'menahan-nahan' emosi tercermin dengan sangat pas oleh penampilan Um Tae-goo yang seolah-olah serba datar tapi di banyak kesempatan masih mampu mengundang simpati (atau iba) penonton. Bukan hanya sekedar gaya-gayaan arthouse tapi memang relevan dengan latar belakang karakternya yang mengidap CTE. Sementara Hyeri mengimbanginya dengan cukup manis lewat sosok Min-Ji.

Pada akhirnya bukan perkara berhasil atau tidak memenangkan sebuah pertandingan sebagaimana puncak kebanyakan film sejenis, tapi bagaimana Byeong-goo berhasil mempertunjukkan sekaligus memperkenalkan tinju bergaya khasnya, Pansori, terlepas bagaimana resepsi orang-orang di sekitarnya.



My Punch-Drunk Boxer bisa ditonton secara eksklusif lewat KlikFilm.
Lihat data film ini di AsianWiki.
Diberdayakan oleh Blogger.