Film bertemakan eksorsisme atau pengusiran setan sudah sangat (jika tidak mau disebut terlalu) banyak dibuat. Mulai dari yang berskala blockbuster hingga film kelas B dari berbagai negara.
Korea Selatan punya satu judul menarik di tema ini, Metamorphosis [변신/Byeonshin].
Disutradarai Kim Hong-sun yang dikenal lewat The Con Artists dan The Chase, serta memenangkan penghargaan Best New Director Blue Dragon Award 2012 lewat Traffickers,
ia kembali mengajak Sung Dong-il setelah The Chase.
Didukung Bae Sung-Woo (The King, The Swindlers, dan yang akan datang, Beasts That Cling to the Straw), Jang Young-nam (A Werewolf Boy, Ode to My Father, dan The Negotiation), Kim Hye-jun (Ratu Consort Cho di serial Netflix Kingdom), Cho Yi-hyun (K-drama My Country: The New Age dan Hospotal Playlist), dan si cilik, Kim Kang-hon (Raja muda di serial Kingdom).
Keluarga Gang-goo baru saja pindah di sebuah rumah besar hasil lelang bersama sang istri, Myung-joo, kedua putrinya, Sun-woo dan Hyun-joo, serta seorang putra bungsu, Woo-jong.
Awalnya mereka berpikir beruntung bisa mendapatkan rumah sebagus dan sebesar itu dengan harga lelang yang rendah karena tidak ada yang menawar. Satu-satunya yang membuat tidak nyaman adalah sang tetangga yang kerap berisik di tengah malam.
Ketika iseng menyelidiki rumah tetangganya tersebut, Gang-goo mendapati suasana yang mengerikan: penuh dengan salib terbalik dan bangkai hewan dengan kondisi mengenaskan.
Sejak itu pula satu per satu anggota keluarga Gang-goo mulai diganggu oleh sosok misterius yang secara bergantian menyamar menjadi anggota keluarga mereka dan mengadu-domba.
Sang paman yang kebetulan adalah seorang pastor, Joong-soo, dipanggil untuk membantu memecahkan masalah misterius mereka.
Joong-soo yang sempat trauma dan merasa bersalah setelah salah satu umatnya tewas saat ritual eksorsisme yang dilakukannya, terpaksa kembali berurusan dengan Iblis.
Kebanyakan film horor bertemakan eksorsisme lebih berfokus untuk menampilkan sosok korban semengerikan mungkin, atau menampilkan elemen (termasuk di dalamnya; aturan-aturan) baru dalam ritual, atau berlomba-lomba menghadirkan jumpscare yang efektif dan banyak.
Metamorphosis tidak mau bermain-main di ranah demikian. Masih mempertahankan aturan-aturan klasik dalam eksorsisme, ia justru memanfaatkan konsep penyamaran (shape-shifting creature) secara maksimal untuk membuat penonton penasaran sekaligus dibuat berdebar-debar di tiap adegan, apakah sosok yang tampil di layar adalah karakter asli atau iblis yang sedang menyamar.
Dalam konteks 'keluarga' tentu konsep penyamaran ini menjadi lebih impactful dalam mengundang emosi sekaligus simpati penonton.
Dengan durasi 113 menit, Metamorphosis mengalir dengan lancar meski konsisten memanfaatkan konsep penyamaran di beberapa adegan. Porsinya tepat dengan penggarapan yang juga selalu efektif menghadirkan teror mencekam (salah satunya berkat camerawork) dan tak terduga karena ternyata Hong-sun tergolong tega dalam memperlakukan karakter-karakter sentral-nya secara ekstrim. Cukup banyak adegan yang membuat saya terhenyak karena faktor ini.
Penyelesaian yang terkesan kelewat 'klasik' tak menjadi masalah setelah sebuah 'perjalanan' yang mencekam dan mengerikan (make-up effect ditambah akting kesurupan beberapa karakter turut mendukung). Apalagi tema pengorbanan sebagai penebusan memang salah satu khas ajaran Katolik sehingga pilihan penyelesaiannya masih termasuk relevan dengan konteks reliji yang disuguhkan.
Dengan presentasinya yang punya banyak keunggulan di sub-genre eksorsisme, Metamorphosis otomatis masuk dalam daftar favorit saya selain Deliver Us from Evil (2014).
Metamorphosis bisa ditonton lewat KlikFilm.
Data film ini bisa dilihat di IMDb.
Korea Selatan punya satu judul menarik di tema ini, Metamorphosis [변신/Byeonshin].
Disutradarai Kim Hong-sun yang dikenal lewat The Con Artists dan The Chase, serta memenangkan penghargaan Best New Director Blue Dragon Award 2012 lewat Traffickers,
ia kembali mengajak Sung Dong-il setelah The Chase.
Didukung Bae Sung-Woo (The King, The Swindlers, dan yang akan datang, Beasts That Cling to the Straw), Jang Young-nam (A Werewolf Boy, Ode to My Father, dan The Negotiation), Kim Hye-jun (Ratu Consort Cho di serial Netflix Kingdom), Cho Yi-hyun (K-drama My Country: The New Age dan Hospotal Playlist), dan si cilik, Kim Kang-hon (Raja muda di serial Kingdom).
Keluarga Gang-goo baru saja pindah di sebuah rumah besar hasil lelang bersama sang istri, Myung-joo, kedua putrinya, Sun-woo dan Hyun-joo, serta seorang putra bungsu, Woo-jong.
Awalnya mereka berpikir beruntung bisa mendapatkan rumah sebagus dan sebesar itu dengan harga lelang yang rendah karena tidak ada yang menawar. Satu-satunya yang membuat tidak nyaman adalah sang tetangga yang kerap berisik di tengah malam.
Ketika iseng menyelidiki rumah tetangganya tersebut, Gang-goo mendapati suasana yang mengerikan: penuh dengan salib terbalik dan bangkai hewan dengan kondisi mengenaskan.
Sejak itu pula satu per satu anggota keluarga Gang-goo mulai diganggu oleh sosok misterius yang secara bergantian menyamar menjadi anggota keluarga mereka dan mengadu-domba.
Sang paman yang kebetulan adalah seorang pastor, Joong-soo, dipanggil untuk membantu memecahkan masalah misterius mereka.
Joong-soo yang sempat trauma dan merasa bersalah setelah salah satu umatnya tewas saat ritual eksorsisme yang dilakukannya, terpaksa kembali berurusan dengan Iblis.
Kebanyakan film horor bertemakan eksorsisme lebih berfokus untuk menampilkan sosok korban semengerikan mungkin, atau menampilkan elemen (termasuk di dalamnya; aturan-aturan) baru dalam ritual, atau berlomba-lomba menghadirkan jumpscare yang efektif dan banyak.
Metamorphosis tidak mau bermain-main di ranah demikian. Masih mempertahankan aturan-aturan klasik dalam eksorsisme, ia justru memanfaatkan konsep penyamaran (shape-shifting creature) secara maksimal untuk membuat penonton penasaran sekaligus dibuat berdebar-debar di tiap adegan, apakah sosok yang tampil di layar adalah karakter asli atau iblis yang sedang menyamar.
Dalam konteks 'keluarga' tentu konsep penyamaran ini menjadi lebih impactful dalam mengundang emosi sekaligus simpati penonton.
Dengan durasi 113 menit, Metamorphosis mengalir dengan lancar meski konsisten memanfaatkan konsep penyamaran di beberapa adegan. Porsinya tepat dengan penggarapan yang juga selalu efektif menghadirkan teror mencekam (salah satunya berkat camerawork) dan tak terduga karena ternyata Hong-sun tergolong tega dalam memperlakukan karakter-karakter sentral-nya secara ekstrim. Cukup banyak adegan yang membuat saya terhenyak karena faktor ini.
Penyelesaian yang terkesan kelewat 'klasik' tak menjadi masalah setelah sebuah 'perjalanan' yang mencekam dan mengerikan (make-up effect ditambah akting kesurupan beberapa karakter turut mendukung). Apalagi tema pengorbanan sebagai penebusan memang salah satu khas ajaran Katolik sehingga pilihan penyelesaiannya masih termasuk relevan dengan konteks reliji yang disuguhkan.
Dengan presentasinya yang punya banyak keunggulan di sub-genre eksorsisme, Metamorphosis otomatis masuk dalam daftar favorit saya selain Deliver Us from Evil (2014).
Metamorphosis bisa ditonton lewat KlikFilm.
Data film ini bisa dilihat di IMDb.