4/5
Asia
Based on a True Event
Comedy
Dance
Drama
Friendship
Japan
Pop-Corn Movie
school
Sport
Teen
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Let's Go Jets
[チア☆ダン
女子高生がチアダンスで全米制覇しちゃったホントの話]
Di antara genre sport, tema cheerleader
agaknya masih tergolong jarang diangkat. Bisa jadi hanya Bring It On judul yang bisa diingat dengan mudah. Selain tema yang
jarang, ia juga berhasil menjadi sajian yang memorable dan punya daya
binge-watch yang cukup tinggi. Tahun 2017, sinema Jepang mencoba ‘menantang’
dominasi Bring It On. Film bertajuk Let’s Go Jets! (LGJ) ini diangkat dari
kisah nyata tim cheerleader asal kota kecil di Jepang, Fukui, Jets, yang secara
megejutkan memenangkan kompetisi internasional di Amerika Serikat tahun 2009.
Disutradarai oleh Hayato Kawai (dikenal lewat berbagai mini seri TV seperti Kurosaki-kun no Iinari ni Nante Naranai,
Oniichan, gacha, dan Ani ni aisaresugite komattemasu),
naskahnya disusun oleh Tamio Hayashi (The
Eternal Zero, Prophecy), LGJ
mempertemukan kembali aktris muda, Suzu Hirose (Our Little Sister), dan aktor muda, Mackenyu (upcoming Pacific Rim: Uprising), setelah
franchise Chihayafuru. Didukung pula
oleh Yûki Amami (pengisi suara Granmamare, sang peri
laut di animasi Studio Ghibli, Ponyo)
dan bintang-bintang muda, seperti Ayami Nakajo, Hirona Yamazaki, dan Miu
Tomita.
Masuk SMA, Hikari Tomonaga memilih untuk
bergabung dalam klub cheerdance. Tujuan utamanya sih sebenarnya agar terlihat
keren, terutama di mata cowok yang dianggapnya sebagai pacar ketika SMP, Kosuke
Yamashita. Rumor pelatih galak yang sampai dijuluki dari Neraka, Kaoruko
Saotome, tak menyurutkannya. Di klub ini ia bertemu dengan sahabat-sahabat
baru. Di antaranya sang pemimpin klub, Ayano Tamaki, sang penari hip-hop yang
susah tersenyum, Yui Kito, dan gadis bertubuh bongsor tapi punya niat besar
untuk berlatih, Taeko Azuma. Pelatih Saotome punya ambisi besar dengan klub
yang baru diubah dari klub putar tongkat, yaitu menjadikan tim cheerdance
(konon menurutnya, bukan sekedar cheerleader!) berhasil memenangkan kejuaraan
di Amerika Serikat yang menjadi kiblat cheerdance. Perjuangan mereka tak mudah,
melewati berbagai ups and downs, termasuk dalam urusan persahabatan mereka.
Hingga penentuan itu muncul di tahun ketiga, tahun terakhir mereka duduk di
bangku SMA. Hubungan antar anggota dalam tim dan juga bersama pelatih Saotome
pun sempat berada di ujung tanduk.
Apapun temanya, genre sport agaknya sudah
punya patokan baku akan elemen-elemen apa saja yang wajib ada untuk dibangun
menjadi satu kisah utuh. Di antaranya adalah proses perjuangan yang mampu turut
dirasakan penonton, ups and downs in between, hingga kemenangan yang gemilang.
LGJ pun masih memanfaatkan kesemua formula tersebut dengan penyajian yang
sangat terasa, terutama pada proses perjuangan yang benar-benar from zero to
hero.
Begitu pula dengan konflik-konflik yang
menjadi akibat dari proses perjuangan tersebut, terutama sekali hubungan antar
anggota. Konflik-konflik inilah yang agaknya menjadi highlight utama sepanjang
film hingga menjadi value utama yang ingin disampaikan; what it takes to reach
victory. Apakah bersikap enjoy aja dan kompromi ‘yang penting kumpul’ atau
terus berjuang tanpa kompromi, mengabaikan hubungan dengan rekan setim
sekalipun. Tak hanya ditunjukkan oleh karakter-karakter utama remajanya, tapi
juga karakter pelatih Saotome yang justru menjadi highlight tersendiri, yaitu
what it takes to be a good teacher. Berusaha disenangi para murid kini tapi tak
membawa mereka kemana-mana, atau sebaliknya, bersikap keras sehingga
pengaruhnya baru bisa dirasakan para murid kelak. Semua konflik dan dilema ini
menjadikan momen puncaknya terasa begitu glorious, seolah mengajak penonton
turut merasakan kebanggaan setelah mengikuti segala ups and downs selama
sekitar dua jam.
Sebagai sebuah film sport, specifically
dance, LGJ menyuguhkan pula koreografi-koreografi dengan detail formasi yang
begitu memanjakan panca indera. Tak salah jika Anda ikut-ikutan
mengangguk-anggukkan kepala atau menggoyang-goyangkan kaki di banyak
kesempatan. Keren, tak kalah dari koreografi-koreografi di Bring It On.
Kompleksitas drama LGJ tentu tak lepas dari
performa para aktor dan aktrisnya yang begitu menonjol. Tak hanya Suzu Hirose
(Hikari) dan Ayami Nakajo (Ayano Tamaki) yang berada di lini terdepan, tapi
juga anggota-anggota tim lain yang mungkin porsinya berada di bawah keduanya
tapi tak kalah mencuri perhatian. Seperti Hirona Yamazaki sebagai Yui Kito, Miu
Tomita sebagai Taeko Azuma, Haruka Fukuhara sebagai Ayumi Nagai, Yurina Yanagi
sebagai Reika Murakami, dan Saki Minamino sebagai Eri. Yûki Amami pun terasa sekali tampil begitu powerful sebagai Kaoruko
Saotome, dengan keseimbangan antara sosok keras di luar tapi lembut di dalam.
Lihat saja performanya di klimaks yang begitu emosional. Sementara tak boleh
dilupakan pula penampilan dua cowok yang cukup mencuri perhatian di antara para
aktrisnya, yaitu Mackenyu sebagai Kosuke Yamashita dan Kentaro sebagai Hiroshi
Yashiro. Yang saya sebutkan terakhir tak disangka-sangka bisa tampil gokil di
balik tampilan luarnya yang culun.
LGJ didukung oleh teknis yang suportif. Mulai
sinematografi Yasushi Hanamura yang menyuguhkan shot-shot dan camera work yang
sinematis sekaligus efektif dalam bercerita maupun menyampaikan emosi-emosi
yang ingin dicapai. Tentu yang paling penting, berhasil membuat penampilan
finale tim Jets tampak dan terasa begitu keren serta memanjakan mata. Pun juga
didukung editing yang membawa pace cerita secara pas, serba proporsional, dan
punya momentum-momentum tepat di balik durasi yang mencapai 121 menit.
Terakhir, tak boleh melupakan musik dari Yutaka Yamada yang seperti kebanyakan
musik sinema Jepang, menghanyutkan, terutama lewat permainan piano.
So yes, LGJ tak hanya berhasil menjadi sajian
film sport yang memenuhi semua patokan-patokan dasarnya, tapi juga cukup
thought-provoking untuk mencapai tujuan di bidang apapun, menyentuh lewat
elemen persahabatan dan teacher-hood, performance dance yang keren, dan in the
end, membuat penonton turut bangga atas apa yang telah dicapai Jets setelah
perjuangan sepanjang durasi. Tak mudah menggabungkan kesemuanya ke dalam satu
paket, tapi Hayato Kawai beserta kru dan keseluruhan cast berhasil
melakukannya. Tak boleh dilewatkan, baik sebagai film sport, film dance, maupun
film remaja. Pun juga bagi penonton dewasa yang mungkin perlu diingatkan lagi
motivasi untuk mencapai tujuan.
Lihat data film ini di IMDb.