3.5/5
Action
Biography
Cantonese
Drama
History
Hong Kong
Martial Art
Pop-Corn Movie
Romance
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Ip Man 3 (葉問3)
Penggemar martial arts
mana yang tak kenal sosok Yip-Man? Lebih dikenal sebagai guru dari legenda
martial art Hong Kong, Bruce Lee, namanya semakin populer menjadi ikon martial art Hong Kong era
2000-an setelah dibuatkan film yang disutradarai oleh Wilson Yip, Ip Man, tahun 2008 lalu, sekaligus
menobatkan Donnie Yen sebagai aktor ikoniknya, setara Wong Fei Hung versi
Jackie Chan maupun Jet Li di era masing-masing. Sukses secara kritik dan
komersial membuatnya dilanjutkan lewat Ip
Man 2 tahun 2010 yang meski dipuji lebih baik daripada predesesornya oleh
Donnie Yen, namun angka box office-nya tak sebesar seri pertama. Selain itu,
muncul pula versi lain dari sosok Yip Man yang tak boleh diremehkan, seperti The Legend is Born: Ip Man (2010), Ip Man: The Final Fight (2013), dan dari
Wong Kar-wai dengan pendekatan arthouse, The Grandmaster
(2013). Donnie Yen sendiri sempat menyatakan tidak tertarik untuk terlibat
dalam proyek film apapun yang berkaitan dengan Ip Man, tapi kenyataan
sebaliknya, entah faktor apa. Donnie kembali memerankan Yip Man lewat Ip Man 3 yang dirilis tahun 2015 dan
lagi-lagi diklaim sebagai seri terakhir Ip Man yang dibintangi Donnie.
Jika Ip Man menceritakan awal mula Yip Man mengembangkan aliran Wing
Chun di Foshan dan bersetting penjajahan Jepang, serta Ip Man 2 menceritakan hijrah Yip Man ke Hong Kong bersetting
pendudukan Inggris, maka Ip Man 3
melanjutkan kehidupan low profie Yip Man dan keluarganya, sang istri, Cheung
Wing-Sing dan putra sulungnya, Ip Ching, di Hong Kong. Tiba-tiba saja kedamaian
daerahnya terusik ketika ada gembong yang menyerang sekolah Ip Ching. Tujuannya
memaksa sekolah itu untuk dijual. Yip Man dan murid-muridnya pun berinisiatif
untuk bergiliran menjaga sekolah siang dan malam. Toh gembong yang diketahui
dipimpin oleh Ma King Sheung ini masih saja tak henti menyerang sekolah. Usut
punya usut Ma adalah kaki tangan pemilik bisnis properti asal Amerika bernama
Frank dan punya klub pertarungan bawah tanah.
Siapa sangka salah satu teman Ip
Ching, Cheung Fung, adalah putra dari salah satu penganut aliran Wing Chun yang
punya ilmu cukup tinggi. Demi mengumpulkan uang dan membuka perguruan sendiri, Cheung
Tin Ching bersedia menjadi kaki tangan Ma King Sheung. Perseteruan antara Yip
Man dan Cheung Fung tak sampai di sana saja, karena Cheung juga terobsesi untuk
merebut gelar pendekar Wing Chun terbaik di Hong Kong dari Yip Man. Sementara
itu perhatian Yip Man terpecah karena keadaan Wing Sing.
Menggabungkan fakta-fakta
historis dan kisah fiktif, Ip Man 3 sebenarnya
tak banyak berbeda, semacam perpaduan plot dari dua film pendahulunya. Melawan
tirani penguasa, mempertahankan gelar pendekar Wing Chun terbaik dengan
pertarungan lintas aliran martial arts, kesemuanya adalah formula klasik film
martial arts, tak hanya Ip Man.
Secara garis besar ada 3 sub-plot utama yang ditawarkan di seri ini; Yip Man vs Ma King Sheung dan Frank,
Yip Man vs Cheung Tin Ching, dan romansa antara Yip Man dan istrinya, Wing
Sing. Meski ketiganya sebenarnya berjalan secara paralel dan bersinggungan,
namun ada beberapa part yang membuat ketiganya menjadi berjalan sendiri-sendiri
secara bergantian. Rasa ini semakin terasa dengan terselesaikannya
masing-masing subplot yang secara bergantian pula. Tentu rasa terbagi-bagi
dalam fragmen-fragmen yang terpisah ini membuat alur cerita Ip Man 3 terasa agak tersendat-sendat dan kurang seimbang.
Untung saja masing-masing sub-plot ini menyuguhkan adegan-adegan yang cukup
mengesankan. Lihat saja adegan-adegan pertarungan kroyokan antara kubu Yip Man
dan Ma King Sheung yang kesemuanya breathtaking dan jaw dropping, pertarungan
yang ditunggu-tunggu antara Yip Man dan Frank (Mike Tyson), serta pertarungan
puncak antara Yip Man dan Cheung Tin Ching, dan kepedihan yang tak terasa
melodrama berlebihan antara Yip Man dan Wing Sing. Lihat saja bagaimana Ip Man 3 menghadirkan adegan Yip Man
sedang meluangkan waktu untuk belajar berdansa saat sedang ada tantangan
penting dari Cheung. Romansa ini jelas menjadi penutup yang manis dan berkesan
dari kisah Ip Man versi Wilson Yip
(jika benar-benar menjadi film terakhir), yang tidak ditampilkan secara khusus
di seri-seri sebelumnya.
Sejak kemunculan pertama kali,
Donnie Yen sudah sangat melekat dengan sosok Yip Man. Meski saya tidak begitu
menyukai performanya yang terkesan sangat kalem sebagai seorang pendekar
martial art, harus diakui Donnie Yen punya kharismanya sendiri dalam
menghidupkan karakter Yip Man. Begitu juga chemistry antara Donnie dan Lynn
Hung (Cheung Wing Sing) yang menurut saya masih dingin-dingin saja. Untung saja
kali ini mereka dibekali adegan-adegan manis dan menyentuh untuk menutup dengan
kesan manis. Zhang Jin sebagai Cheung Tin-Chi berhasil mengimbangi kharisma
Donnie selain performa martial art yang tak kalah mengesankannya. Dilematis
sebagai karakter yang mengundang simpati ataupun villain yang dibenci penonton,
berhasil dihadirkan. Terakhir, tentu saja kehadiran Mike Tyson sebagai Frank
yang tak terlalu banyak namun jelas memberikan kesan tersendiri.
Sadar punya
pertarungan-pertarungan bela diri memukau sebagai komoditas utama, Ip Man 3 tidak tanggung-tanggung untuk
menaikkan level dan kadarnya. Dengan menyewa koreografi kawakan yang sudah
banyak berkiprah di Hollywood, Yuen Woo-Ping, semua adegan pertarungan, baik
yang one-on-one maupun keroyokan, terasa begitu fantastis. Menegangkan sekaligus
tampak indah dan dengan ritme yang begitu enak diikuti. Tentu ini didukung pula
oleh sinematografi yang pas merekam tiap detail pertarungan dari Kenny Tse dan
editing Cheung Ka-Fai yang juga membuat ritme setiap adegan, terutama
adegan-adegan pertarungannya, terasa bertenaga sekaligus mengalir lancar.
Detail sound effect ditambah penggunaan fasilitas surround yang dimanfaatkan
maksimal, membuat tata suara Ip Man 3
patut mendapat kredit tersendiri dalam keberhasilan menghidupkan tiap adegan.
Terakhir, score dari Kenji Kawai yang turut membuat flow film begitu hidup dan beremosi.
In the end, Ip Man sudah menjadi franchise yang tetap bakal membuat banyak
fans-nya berbondong-bondong memadati bioskop. Tak muluk-muluk, bisa menyaksikan
adegan-adegan pertarungan fantastis yang breathtaking dan jaw dropping, sudah
lebih dari cukup. So meski tak sampai jadi penutup yang spektakuler, jika Anda
termasuk golongan ini dan tak keberatan dengan familiar plot di sub-genre-nya, Ip Man 3 tetap jadi sajian yang tak boleh
dilewatkan.
Lihat data film ini di IMDb.