Kehadiran film biopic kriminal
atau mafia agaknya sudah ada setua usia sejarah perfilman sendiri. Selain
faktor chance untuk menghadirkan adegan laga yang terkesan lebih seru dengan
klaim ‘berdasarkan kisah nyata’, kharisma tiap tokoh kriminal besar yang bisa
jadi sama besar atau malah lebih besar dari tokoh protagonis, membuatnya jadi
kesempatan emas untuk aktor pemerannya menunjukkan kemampuan terbaiknya. Tak
heran jika aktor watak sekelas Johnny Depp langganan ditawari peran semacam
ini, terakhir sebagai James ‘Whitey’ Bulger di Black Mass. Kali ini giliran aktor Tom Hardy yang berkesempatan
menarik perhatian publik lewat peran gandanya sebagai si kembar Ronald dan
Reggie Kray, mafia asal Inggris yang berjaya di era 1960-an. Ini bukan kali
pertama Hardy memerankan karakter kriminal legendaris. Sebelumnya, ia pernah
menuai pujian ketika memerankan Charles Bronson tahun 2008 lalu lewat Bronson. Uniknya, Bronson dan Reggie
Kray saling mengenal karena berada pada sel yang sama. Di belakangnya, ada
penulis naskah/sutradara yang tidak main-main, Brian Helgeland, yang pernah
dinominasikan Oscar untuk Best Adapted Screenplay lewat Mystic River dan menang 1 Oscar untuk naskah adaptasi L.A. Confidential.
Lingkungan East End London tahun
1960-an dipegang oleh sepasang saudara kembar, Reggie dan Ronnie Kray. Meski
kembar, keduanya punya perbedaan yang cukup kontras. Karena diagnosis
schizophrenia, Ronnie jadi lebih temperamental dan brutal dalam menghadapi
berbagai konflik. Sementara Reggie lebih memilih jalan yang lebih intelektual,
meski pada limit tertentu juga tak kalah brutalnya. Ronnie seorang gay,
sementara Reggie jatuh cinta kepada wanita muda setempat, Frances Shea. Meski
ditentang oleh sang ibu, Frances percaya Reggie sebenarnya adalah orang yang
baik. Jalan cerita pun berjalan dari sudut pandang Frances sebagai narator.
Blood is thicker than water. Sebesar apapun rasa cinta Reggie kepada Frances,
Ronnie yang perlahan menghancurkan bisnis mereka dengan tabiatnya, membuat
Reggie harus memilih hidup bersih dan bersama dengan Frances, yang artinya juga
meninggalkan Ronnie sendirian dalam lembah hitam mafia, atau mendampingi sekaligus melindungi Ronnie,
bersama-sama menjalankan bisnis haramnya.
Kalau Anda tergolong rajin atau
menggemari film-film biopic kriminal atau gangster, tentu plot di atas bukan
barang baru lagi, atau mungkin akan merasa bosan. Helgeland memang tidak
menggunakan formula yang unik untuk menyampaikan cerita The Kray Brothers.
Sudut pandang Frances pun tak memberikan keunikan penceritaan yang berarti,
selain sekedar memperkuat pengaruh Frances terhadap dilematis yang dihadapi
oleh Reggie. Cukup menarik sebenarnya, namun tak juga menjadi sesuatu yang unik
di sub-genrenya. Yang menjadi poin lebih dan menjadikan narasi Legend jadi fresh adalah penggunaan
musik-musik populer era 60-an yang dominan soul sebagai penggerak mood
sepanjang film.
Kekuatan utama Legend jelas akting yang begitu
mengagumkan dari Tom Hardy. Apalagi memerankan dua karakter dengan perwatakan
berbeda. Perkembangan karakter Reggie yang cukup banyak sekaligus representasi
tiap dilema yang ia pikul mampu dilakoni secara maksimal oleh Hardy. Tak
semengesankan perannya sebagai Charles Bronson, namun tetap layak diapresiasi
lebih. Emily Browning yang memerankan karakter Frances mungkin tak diberi porsi
ataupun penulisan karakter yang cukup untuk membuat penonton bersimpati, tapi
kharismanya dan aura keseksiannya tak bisa dipungkiri begitu saja. Sementara
sisanya di deretan karakter pendukung mengisi peran masing-masing dengan porsi
yang serba pas.
Tak ada sinematografi yang
terlalu istimewa dari Dick Pope (The
Illusionist, Topsy-Turvy) selain
mampu menyampaikan narasi ceritanya dengan jelas. Begitu juga editing Peter
McNulty yang mampu menjaga pace Legend
menjadi pas untuk genre drama. Desain produksi Tom Conroy mampu menghidupkan
nuansa era 60-an dengan sangat nyata, didukung pula oleh tata musik Carter
Burwell dan berbagai pengisi soundtrack yang mampu membangun mood sepanjang
film.
Legend mungkin bukan karya film drama-action-crime yang terlalu
memikat dengan storytelling yang cenderung generik di genre-nya. Namun performa
yang sangat prima dari Tom Hardy dan pendukung cast lainnya, serta musik
pengiring yang membangun mood sepanjang film, jadi aspek yang membuatnya lebih
dari cukup untuk disimak.
Lihat data film ini di IMDb.