3/5
Action
adrenaline rush
Adventure
Blockbuster
Bromance
Crime
extreme sport
Hollywood
Remake
Sport
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Point Break (2015)
Tak hanya sukses secara komersial
di seluruh dunia, Point Break (PB) yang
dirilis tahun 1991 menjelma menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah
film action. Menjadi salah satu film legendaris yang melambungkan nama Keanu
Reeves lebih tinggi setelah Bill &
Ted’s Excellent Adventure, sutradara Kathryn Bigelow yang pernah diganjar
Oscar saat mengarahkan The Hurt Locker
dan nominasi di Zero Dark Thirty.
Premise dasarnya pun mempengaruhi cukup banyak film action yang rilis
setelahnya, termasuk franchise The Fast
and the Furious yang bernilai milyaran dolar itu. Tahun 2015 ini, Point Break di-remake dengan judul dan
karakter-karakter penting yang sama. Bangku sutradara dipercayakan kepada
Ericson Core yang lebih dikenal sebagai sinematografer film-film action seperti
Payback, The Fast and the Furious, dan Daredevil.
Sementara naskah adaptasinya dikerjakan oleh Kurt Wimmer yang filmografinya
meliputi The Thomas Crown Affair, Equilibirium, The Recruit, Ultraviolet,
Street Kings, Law Abiding Citizen, Salt,
dan Total Recall (2012). Dari dua
nama ini sebenarnya tak terlalu punya track record yang terlalu impresif, namun
pengalamannya dalam menangani film aksi jelas lebih dari cukup.
Trauma atas kematian sahabat
seperjuangannya membuat Johnny Utah pensiun menjadi atlet berbagai olah raga
ekstrim dan memilih bekerja sebagai agen FBI. Namun jiwa sportif dan naluri
menantang adrenaline-nya memanggil ketika menangani kasus perampokan bank
berantai yang dilakukan sekelompok geng bertopeng presiden dan para mantan
presiden Amerika Serikat. Menilik dari lokasi, timing, dan modusnya, Utah
menduga ini dilakukan oleh sekelompok penggemar olah raga ekstrim yang ingin
meniru 8 tantangan melawan kekuatan alam yang dikenal sebagai “The Ozaki 8”.
Onno Ozaki yang pertama kali menginspirasi 8 tantangan ini sendiri gagal
menyelesaikan kedelapan tantangan ini. Maka Utah melakukan penyamaran ke
kelompok surfer di Perancis dengan didampingi Agen Pappas. Adalah Bodhi dan
timnya yang menarik perhatian Utah. Utah pun menarik perhatian Bodhi dan
membawanya lebih dalam ke dunianya selama ini. Tak hanya itu, Utah jatuh cinta
kepada salah satu tim Utah, Samsara.
Plot dasar demikian jelas tak
jauh berbeda dengan PB versi 1991, atau mungkin bagi penonton generasi
sekarang, jelas bisa membaca arah cerita ini yang memang serupa franchise The Fast and the Furious. Bedanya, PB
versi 2015 tak memiliki kedalaman cerita dan karakter seperti yang begitu kuat
ditunjukkan oleh versi tahun 1991. Relasi antara Utah-Bodhi, Utah-Samsara
(di versi 1991 bernama Tyler), maupun Utah-Pappas di sini terasa hanya sekedar ‘syarat
ada’ saja, tak sekuat dan semeyakinkan versi 1991. Adegan-adegan aksi seperti
penggerebekan, pengejaran, dan adu tembak di versi 1991 juga lebih mendominasi
daripada extreme sport. Sementara di versi 2015 seolah ingin mengganti
elemen-elemen cerita tersebut dengan adegan-adegan extreme sport pemompa
adrenaline yang lebih variatif, mulai surfing, snowboarding, wingsuit flying,
motocross, sampai rock climbing tanpa pengaman. That’s why ia menghadirkan “The
Ozaki 8” yang sudah dikonfirmasi oleh studio sebagai gimmick fiktif. Dengan
durasi yang 113 menit dan pergerakan cerita yang tak terlalu signifikan, PB
versi 2015 terasa cukup panjang dan bertele-tele, yang mungkin hanya bisa
dibayar dengan adegan-adegan extreme sport jika Anda memang into it. Poetic
essence yang terasa sangat kuat di versi 1991 juga terasa tak sekuat atau malah
absen di versi 2015 ini.
Jika versi 1991, PB punya duet
Keanu Reeves-Patrick Swayze yang jelas punya nama yang cukup populer saat itu
dan ternyata mampu tampil memikat dengan kharisma masing-masing, maka PB versi
2015 sebaliknya. Luke Bracey dan Édgar Ramirez tak punya cukup kharisma untuk
menjadikan karakter-karakternya remarkable atau sekedar menarik. Apalagi jika
dibandingkan dengan Reeves-Swayze. Jika dua karakter utamanya saja tidak
berhasil memikat, maka begitu pula dengan karakter-karakter pendukung yang
tidak ditulis dengan porsi yang cukup untuk menarik perhatian, termasuk Ray
Winstone yang berperan sebagai Angelo Pappas. Mungkin hanya Teresa Palmer yang
berperan sebagai Samsara, yang mampu mencuri perhatian karena jadi satu-satunya
wanita di barisan para pria. Cukup kick-ass pula.
Memperbanyak adegan extreme sport
pemompa adrenaline, jelas membuat PB versi 2015 concern dengan
pemilihan-pemilihan lokasi dan tata kamera yang memanjakan mata penonton. For
that purpose, it’s worked very well. Mulai Austria, Italia, Switzerland,
France, Mexico, India, sampai Venezuela, semuanya terekam dengan kepiawaian
Ericson Core sendiri. Sebagai DoP yang berpengalaman di berbagai film aksi,
jelas Core mampu memaksimalkan lokasi-lokasi eksotis ini sebagai latar olah
raga pemicu adrenaline-nya. Malah, I have to say, visually stunning! Musik yang
digubah oleh DJ Junkie XL, lengkap dengan barisan soundtrack pendukung
adrenaline, mulai EDM ala Headhunterz & Steve Aoki (Aoki tampil juga di
film!), alternative ala Genevieve, sampai rap hip-hop ala Sempe. I have to say,
salah satu kumpulan soundtrack paling asyik tahun ini! Tata suara pun sangat
mendukung tiap adegan aksi maupun extreme sport-nya dengan sangat hidup. Tak
ketinggalan efek 7.1 surround yang terasa dimanfaatkan dengan sangat maksimal.
So, it’s your call. Jika Anda
mengharapkan cerita aksi yang cukup kuat, lengkap dengan chemistry dan karakter
yang menarik, PB versi 2015 jelas tidak mampu memenuhi ekspektasi Anda. Tapi
jika Anda sekedar ingin menikmati adrenaline rush sambil ‘mencoba’ berbagai
extreme sport yang dihadirkan, ia jelas mampu memanjakan mata Anda, bahkan
mungkin sekaligus memompa adrenaline Anda. Jika Anda termasuk yang kedua, maka
PB versi 2015 jelas sayang untuk dilewatkan di layar lebar.
Lihat data film ini di IMDb.