The Jose Flash Review
Raabta
[राब्ता]

Film yang berani memasukkan elemen reinkarnasi selama ini masih tergolong sangat jarang. Bisa jadi alasannya adalah reinkarnasi bukan merupakan sesuatu yang bisa dibuktikan secara ilmiah dan tak semua kepercayaan yang menganutnya. Namun bukan berarti tak ada film bertemakan reinkarnasi yang berhasil menjadi sesuatu yang mengesankan, apalagi di genre drama romance yang sejatinya unsur reinkarnasi justru bisa jadi sesuatu yang manis. Sebut saja yang paling populer dan klasik, Bram Stoker’s Dracula, Chances Are, Dead Again, Birth, dan bahkan sinema Hindi pun punya Om Shanti Om. Melengkapi tema unrequited love yang seolah sedang menjadi trend film Hindi beberapa tahun terakhir, Dinesh Vijan (produser Love Aaj Kaal, Cocktail, Finding Fanny, dan Badlapur), mencoba debut penyutradaraannya dengan menggabungkan kembali tema reinkarnasi ke dalam romance lewat Raabta yang artinya ‘connection’. Dari naskah yang disusun oleh Garima-Siddhart (keduanya pernah bekerja sama untuk naskah Goliyon Ki Rasleela Ram-Leela dan Brothers), Raabta menghadirkan Sushant Singh Rajput yang karirnya makin melejit setelah tampil di Kai Po Che!, PK, dan M.S. Dhoni: The Untold Story, dipasangkan dengan Kriti Sanon yang pernah kita lihat di Heropanti, Dohchay, dan Dilwale. Tak ketinggalan penampilan spesial dari Deepika Padukone yang membawakan title song-nya.

Shiv yang dikenal womanizer memutuskan untuk pindah dari India ke Budapest dan bekerja sebagai seorang banker, bersama sahabatnya, Radha. Ketika bertemu dengan Saira, seorang wanita asal India yang hidup sendiri di Budapest sebagai pembuat cokelat, Shiv langsung jatuh hati dan meninggalkan pacarnya yang seorang bule. Memaksa mencoba menjalin hubungan dengan alasan déjà vu, akhirnya mereka menghabiskan malam bersama meski Saira sebenarnya sudah punya pacar. Sama-sama punya perasaan ‘berjodoh’, muncul keraguan apakah mereka memang benar-benar jodoh. Ketika mencobai hubungan mereka, Saira justru bertemu Zakir, seorang pengusaha liquor kaya raya. Siapa sangka Zakir adalah sosok yang membahayakan dan terkuaklah hubungan ketiganya di kehidupan sebelumnya. Saira pun dibuat bingung siapakah antara Shiv dan Zakir yang benar-benar jodoh dari kehidupan sebelumnya.
Seperti kebanyakan romance Hindi, Raabta membuka filmnya dengan begitu manis. Mungkin sedikit agak ‘memaksa’ dan kelewat gampangan, hanya dengan alasan intuisi déjà vu saja. Untung saja chemistry yang dirajut oleh Sushant dan Kriti cukup kuat untuk meyakinkan sekaligus mengundang simpati penonton. Di babak selanjutnya, Raabta bergerak menjadi romance yang lebih dewasa, realistis, dan thoughtful lewat pertanyaan ‘what’s next?’ yang membuat keyakinan penonton akan konsep jodoh menjadi goyah. Jujur, bagi saya pribadi, babak ini adalah babak paling favorit saya karena faktor esensi yang paling dewasa dan realistis.
Namun tunggu dulu, perkembangan plot tak hanya sampai di situ saja. Masih ada babak selanjutnya lagi yang membongkar semua sejarah di balik mimpi-mimpi karakter Saira selama ini. Konsep ‘pilihan’ di atas ‘jodoh’ ditampilkan dengan visualisasi yang imajinatif dan menarik. Sayangnya di babak ini flashback ditampilkan bak satu sub-plot yang bergulir panjang, sehingga terkesan sebagai plot yang berdiri sendiri. ‘Koneksi’-nya dengan plot utama menjadi terkesan kurang solid. Untungnya masih dengan mudah dicerna oleh penonton terawam sekalipun. Konklusi ‘kembali ke masa kini’ pun menjadi penutup yang cukup memuaskan, mencakup esensi babak kedua pun juga babak-babak lainnya.
Sebagai debut penyutradaraan Dinesh Vijan, Raabta sebenarnya tergolong karya yang tergarap cukup baik di atas premise dan tema yang menarik. Setidaknya ia masih mampu memvisualisasikan konsep besarnya dengan cukup komunikatif kendati masih punya kendala dalam kemulusan korelasi antar-plot yang masih sering terasa seperti berdiri sendiri-sendiri.
Untung saja penampilan Sushant Singh Rajput sebagai Shiv/Jilaan dan Kriti Sanon sebagai Saira/Saiba punya kharisma yang kuat untuk memikat penonton. Jim Sarbh sebagai Zakir yang sebelumnya kita lihat sebagai teroris di Neerja pun sekali lagi menghidupkan peran villain audience loved to hate, pun juga punya kharisma cukup sebagai kaum konglomerat. Varun Sharma yang sejatinya dipasang sebagai karakter komedik, Radha, nyatanya tak diberi penulisan karakter yang cukup lucu. Di banyak kesempatan tingkah Sushant malah jauh lebih menggelitik.
Teknis Raabta memang tak ada yang istimewa, tapi tergarap dengan layak. Mulai sinematografi Martin Preiss yang selalu efektif bercerita lewat gambar dengan detail-detail adegan yang jelas dan sesuai tujuan. Bahkan di shot-shot masa lalu banyak yang terlihat megah. Sayang penanganan adegan-adegan aksi, terutama di klimaks, terasa masih bisa jadi lebih ‘tajam’ lagi. Editing A. Sreekar Prasad dan Huzefa Lokhandwala menggerakkan plot dengan cukup baik. Hanya saja seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, koneksi antar-plot masih jauh dari kata mulus. Memang bukan pekerjaan mudah, tapi setidaknya mereka sudah mencoba menghadirkannya sejelas mungkin. Desain produksi untuk adegan present day di Budapest masih terkesan ‘standard’ sesuai kebutuhan setting, tapi untuk setting masa lalu yang tergolong fantasi tergarap dengan cukup unik dan baik. Musik dari Pritam tentu tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Lirik-lirik manis dengan tune (dominan berirama EDM) yang hummable mengisi soundtrack Raabta, seperti title song-nya sendiri, Ik Vaari Aa, dan Main Tera Boyfriend.
Secara keseluruhan Raabta memang punya premise dan tema yang menarik. Pada perjalanannya mungkin tak selalu bergulir dan menyatu secara mulus. Esensi mempertanyakan konsep ‘jodoh’ dan ‘pilihan’ dalam hubungan asmara  juga masih terasa sekedar ada, kurang menyentil apalagi solid. Namun setidaknya kehadiran Sushant Singh Rajput dan Kriti Sanon lebih dari cukup untuk membuat film terasa manis. Pun juga lagu-lagu catchy pengisi film yang membuatnya semakin asyik diikuti.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.