3/5
Asia
Comedy
Drama
Fantasy
Hindi
Pop-Corn Movie
Romance
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Raabta
[राब्ता]
Film yang berani memasukkan elemen reinkarnasi selama ini
masih tergolong sangat jarang. Bisa jadi alasannya adalah reinkarnasi bukan
merupakan sesuatu yang bisa dibuktikan secara ilmiah dan tak semua kepercayaan
yang menganutnya. Namun bukan berarti tak ada film bertemakan reinkarnasi yang
berhasil menjadi sesuatu yang mengesankan, apalagi di genre drama romance yang
sejatinya unsur reinkarnasi justru bisa jadi sesuatu yang manis. Sebut saja
yang paling populer dan klasik, Bram
Stoker’s Dracula, Chances Are, Dead Again, Birth, dan bahkan sinema
Hindi pun punya Om Shanti Om.
Melengkapi tema unrequited love yang seolah sedang menjadi trend film Hindi
beberapa tahun terakhir, Dinesh Vijan (produser Love Aaj Kaal, Cocktail, Finding Fanny, dan Badlapur), mencoba debut penyutradaraannya dengan menggabungkan
kembali tema reinkarnasi ke dalam romance lewat Raabta yang artinya ‘connection’. Dari naskah yang disusun oleh
Garima-Siddhart (keduanya pernah bekerja sama untuk naskah Goliyon Ki Rasleela Ram-Leela dan Brothers), Raabta menghadirkan
Sushant Singh Rajput yang karirnya makin melejit setelah tampil di Kai Po Che!, PK, dan M.S. Dhoni: The
Untold Story, dipasangkan dengan Kriti Sanon yang pernah kita lihat di Heropanti, Dohchay, dan Dilwale. Tak
ketinggalan penampilan spesial dari Deepika Padukone yang membawakan title
song-nya.
Shiv yang dikenal womanizer memutuskan untuk pindah dari India
ke Budapest dan bekerja sebagai seorang banker, bersama sahabatnya, Radha.
Ketika bertemu dengan Saira, seorang wanita asal India yang hidup sendiri di
Budapest sebagai pembuat cokelat, Shiv langsung jatuh hati dan meninggalkan
pacarnya yang seorang bule. Memaksa mencoba menjalin hubungan dengan alasan
déjà vu, akhirnya mereka menghabiskan malam bersama meski Saira sebenarnya
sudah punya pacar. Sama-sama punya perasaan ‘berjodoh’, muncul keraguan apakah
mereka memang benar-benar jodoh. Ketika mencobai hubungan mereka, Saira justru
bertemu Zakir, seorang pengusaha liquor kaya raya. Siapa sangka Zakir adalah
sosok yang membahayakan dan terkuaklah hubungan ketiganya di kehidupan
sebelumnya. Saira pun dibuat bingung siapakah antara Shiv dan Zakir yang
benar-benar jodoh dari kehidupan sebelumnya.
Seperti kebanyakan romance Hindi, Raabta membuka filmnya dengan begitu manis. Mungkin sedikit agak
‘memaksa’ dan kelewat gampangan, hanya dengan alasan intuisi déjà vu saja.
Untung saja chemistry yang dirajut oleh Sushant dan Kriti cukup kuat untuk
meyakinkan sekaligus mengundang simpati penonton. Di babak selanjutnya, Raabta bergerak menjadi romance yang
lebih dewasa, realistis, dan thoughtful lewat pertanyaan ‘what’s next?’ yang
membuat keyakinan penonton akan konsep jodoh menjadi goyah. Jujur, bagi saya
pribadi, babak ini adalah babak paling favorit saya karena faktor esensi yang
paling dewasa dan realistis.
Namun tunggu dulu, perkembangan plot tak hanya sampai di situ
saja. Masih ada babak selanjutnya lagi yang membongkar semua sejarah di balik
mimpi-mimpi karakter Saira selama ini. Konsep ‘pilihan’ di atas ‘jodoh’
ditampilkan dengan visualisasi yang imajinatif dan menarik. Sayangnya di babak
ini flashback ditampilkan bak satu sub-plot yang bergulir panjang, sehingga
terkesan sebagai plot yang berdiri sendiri. ‘Koneksi’-nya dengan plot utama
menjadi terkesan kurang solid. Untungnya masih dengan mudah dicerna oleh
penonton terawam sekalipun. Konklusi ‘kembali ke masa kini’ pun menjadi penutup
yang cukup memuaskan, mencakup esensi babak kedua pun juga babak-babak lainnya.
Sebagai debut penyutradaraan Dinesh Vijan, Raabta sebenarnya tergolong karya yang
tergarap cukup baik di atas premise dan tema yang menarik. Setidaknya ia masih
mampu memvisualisasikan konsep besarnya dengan cukup komunikatif kendati masih
punya kendala dalam kemulusan korelasi antar-plot yang masih sering terasa
seperti berdiri sendiri-sendiri.
Untung saja penampilan Sushant Singh Rajput sebagai
Shiv/Jilaan dan Kriti Sanon sebagai Saira/Saiba punya kharisma yang kuat untuk
memikat penonton. Jim Sarbh sebagai Zakir yang sebelumnya kita lihat sebagai
teroris di Neerja pun sekali lagi
menghidupkan peran villain audience loved to hate, pun juga punya kharisma
cukup sebagai kaum konglomerat. Varun Sharma yang sejatinya dipasang sebagai
karakter komedik, Radha, nyatanya tak diberi penulisan karakter yang cukup
lucu. Di banyak kesempatan tingkah Sushant malah jauh lebih menggelitik.
Teknis Raabta memang
tak ada yang istimewa, tapi tergarap dengan layak. Mulai sinematografi Martin
Preiss yang selalu efektif bercerita lewat gambar dengan detail-detail adegan
yang jelas dan sesuai tujuan. Bahkan di shot-shot masa lalu banyak yang
terlihat megah. Sayang penanganan adegan-adegan aksi, terutama di klimaks,
terasa masih bisa jadi lebih ‘tajam’ lagi. Editing A. Sreekar Prasad dan Huzefa
Lokhandwala menggerakkan plot dengan cukup baik. Hanya saja seperti yang sudah
disampaikan sebelumnya, koneksi antar-plot masih jauh dari kata mulus. Memang
bukan pekerjaan mudah, tapi setidaknya mereka sudah mencoba menghadirkannya
sejelas mungkin. Desain produksi untuk adegan present day di Budapest masih
terkesan ‘standard’ sesuai kebutuhan setting, tapi untuk setting masa lalu yang
tergolong fantasi tergarap dengan cukup unik dan baik. Musik dari Pritam tentu
tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Lirik-lirik manis dengan tune (dominan
berirama EDM) yang hummable mengisi soundtrack Raabta, seperti title song-nya sendiri, Ik Vaari Aa, dan Main Tera
Boyfriend.
Secara keseluruhan
Raabta memang punya premise dan tema yang menarik. Pada perjalanannya
mungkin tak selalu bergulir dan menyatu secara mulus. Esensi mempertanyakan
konsep ‘jodoh’ dan ‘pilihan’ dalam hubungan asmara juga masih terasa sekedar ada, kurang
menyentil apalagi solid. Namun setidaknya kehadiran Sushant Singh Rajput dan
Kriti Sanon lebih dari cukup untuk membuat film terasa manis. Pun juga
lagu-lagu catchy pengisi film yang membuatnya semakin asyik diikuti.
Lihat data film ini di IMDb.