3.5/5
England
Europe
Horror
Indie
Pop-Corn Movie
shark attack
sisterhood
Survival
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
47 Meters Down
Kehadiran The Shallows
tahun 2016 lalu membuktikan bahwa sub-genre creature, terutama hiu, masih punya
‘taring’. Belum lagi ditambah film TV Sharknando
yang bahkan sudah sampai installment kelima. Maka keputusan Byron Allen’s
Entertainment Studios membeli hak tayang wide-release film bertajuk In the Deep di bioskop seluruh dunia
dari Dimension Films (milik Weinstein Co.) yang awalnya hanya akan merilis
untuk Home Video dan Video on Demand lewat Anchor Bay Entertainment saja,
tergolong berani tapi tepat. Film indie produksi Inggris yang ‘hanya’
ber-budget US$ 5 juta ini justru sengaja diposisikan sebagai summer movie
dengan judul 47 Meters Down (47MD),
bersaing langsung dengan Wonder Woman,
The Mummy, dan Cars 3. Siapa sangka film yang awalnya bahkan tak dilirik ini
berhasil mengumpulkan US$ 11.2 juta untuk pasar domestik Amerika Serikat di
minggu pertama penayangannya. Apa sebenarnya yang menarik dari 47MD sehingga
membuat distributor berani membeli dan merilisnya di musim persaingan film-film
Hollywood paling ketat? Disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Johannes
Roberts, dibantu Ernest Riera (keduanya berkolaborasi untuk The Other Side of the Door), 47MD juga
menandai kembalinya aktris-penyanyi, Mandy Moore di layar lebar setelah
tahun-tahun sebelumnya ‘hanya’ menyambangi layar TV, bersama aktris serial Pretty Little Liars dan The Vampire Diaries, Claire Holt.
Kate dan Lisa, saudari yang sedang menikmati liburan di
Meksiko. Kate yang lebih ‘happy go lucky’ ingin menghibur Lisa yang baru saja
ditinggalkan oleh kekasihnya karena alasan bosan. Lisa merasa bahkan untuk
satu-satunya hal yang ia lebih unggul dari Kate, juga mengalami kegagalan.
Padahal Kate tidak pernah merasa sedang berkompetisi dengan saudarinya. Dua
pria asing yang flirting dengan mereka bercerita tentang pengalaman diletakkan
di dalam sebuah kotak perangkap besi yang diturunkan di dalam laut sehingga
bisa berinteraksi dengan hiu dari jarak dekat tapi tetap aman. Kate merasa
tertantang, sementara Lisa seperti biasa, ragu-ragu untuk melakukan hal
se-nekad itu. Dengan bujukan agar tak lagi menjadi manusia yang membosankan,
Lisa akhirnya setuju untuk bergabung.
Awalnya keduanya begitu menikmati tantangan tersebut. Namun
petaka dimulai ketika katup pengaman kotak perangkap besi mereka terlepas dan tenggelam
hingga kedalaman 47 meter. Segala upaya mereka lakukan tak hanya untuk bertahan
hidup, tapi juga mendapatkan pertolongan. Selain serangan hiu, nyawa mereka
juga terancam oleh oksigen yang semakin menipis seiring dengan berjalannya
waktu.
Sebagai sebuah film bergenre survival, 47MD melakukan semua
kebutuhannya dengan cukup baik. Mulai character investment yang cukup layak
untuk membuat penonton bersimpati dengan kedua karakter utama, sampai
penanganan adegan-adegan yang mendebarkan hingga mampu membuat penonton
(setidaknya saya) kerapkali panik, berseringai, bahkan sempat berteriak secara
spontan. Pemilihan kakak-beradik sebagai character investment terasa tepat
untuk membentuk bond tanpa perlu proses yang berlama-lama. Begitu juga setup
karakteristik keduanya yang sederhana tapi cukup rasional. Sedikit ‘tipuan’ di
menjelang akhir mungkin akan membuat kesal beberapa penonton, tapi sebenarnya
jika mau meruntut detail plot, datangnya tidak come out of nowhere. Sudah ada
‘warning’ yang bagi penonton jeli seharusnya menjadi bekal untuk perkembangan
plot selanjutnya.
47MD mungkin juga akan membuat penonton yang mengharapkannya
sebagai film ber-sub-genre shark attack sedikit kecewa. ‘Penampakan’ hiu-nya
memang tak banyak. Ini bukan sesuatu yang salah. Ia memang bukan pure film
shark-attack. Basically, ini adalah sebuah survival dimana ancamannya bukan
hanya hiu, tapi juga variabel-variabel lain yang tak kalah mengancam nyawa,
seperti kehabisan oksigen. Namun tentu saja ‘serangan hiu’ yang menjadi salah
satu elemen terpenting, dihadirkan pada momen klimaks yang menurut saya,
merupakan keputusan yang tepat dalam membangun ketegangan.
Above all, yang terpenting adalah kepiawaian Johannes Roberts
dalam membangun suasana yang begitu mendebarkan dari adegan-adegan yang
dihadirkan. Score music dari tomandandy menjadi salah satu elemen pendukung
terkuat dalam menggiring suasana intens dan most of the time, justru menjadi
pemicu kepanikan. Sinematografi Mark Silk menghadirkan tiap adegan upaya
survival-nya cukup jelas sehingga tak sulit untuk membuat penonton seolah
berada di tengah-tengah situasi. Editing Martin Brinkler berhasil menyusun
ketegangan serta berkali-kali mengundang kepanikan dengan timing yang tepat.
Durasi 89 menit pun terasa sangat efektif dan maksimal dalam menyampaikan semua
kebutuhan pembangunan plot-nya.
Mandy Moore dan Claire Holt sebagai kakak-beradik, Lisa dan
Kate, mungkin terasa seperti just another helpless chick victim di genre
serupa, tapi setidaknya keduanya masih berhasil menjalin chemistry yang cukup
untuk mengundang simpati penonton. Tak sampai menyentuh atau ‘menggerakkan’,
tapi cukup bersimpati dan peduli terhadap nasib mereka. Sementara Chris Johnson
sebagai Javier, Yani Gellman sebagai Louis, Santiago Segura sebagai Benjamin,
dan Matthew Modine sebagai Captain Taylor tak lebih dari sekedar pemeran
pendukung yang replaceable by anybody.
Di banyak aspek, 47MD mungkin tak sekuat The Shallows. Namun jelas ia juga bukan sajian survival dan
creature yang buruk dan asal jadi. Bahkan menurut saya masih jauh lebih baik
dari statusnya yang nyaris menjadi film kelas B. Setidaknya intensitas adegan-adegan
survival dan shark-attack-nya masih tergarap baik, dengan character investment
cukup efektif, dan detail survival yang tak asal-asalan tapi cukup jelas bagi
penonton terawam sekalipun. Bagi penggemar film pemicu adrenalin, sangat sayang
untuk dilewatkan.
Lihat data film ini di IMDb.