Film mafia Hong Kong, Infernal Affairs
(2002) adalah sebuah tonggak sejarah, tak hanya bagi perfilman Hong Kong tapi
juga dunia. Bahkan sutradara Hollywood sekaliber Martin Scorsese tertarik
me-remake-nya, The Departed, dengan deretan A-list cast seperti Leonado DiCaprio, Matt Damon,
Jack Nicholson, dan Mark Wahlberg, juga berjaya di berbagai ajang penghargaan
film internasional, termasuk Academy Awards. Sementara sinema negara-negara
lain tak ketinggalan menggunakannya untuk remake resmi maupun sekedar
‘terinspirasi’, seperti City of Damnation (2009) dari Korea
Selatan, film berbahasa Telugu, Homam (2009), dan film TV dari Jepang, Double Face (2012). The Merciless, film Korea
Selatan yang diproduksi CJ Entertainment dan disutradarai oleh Byun Sung-hyun (Whatcha Wearin’? dan The Beat Goes
On) ini sebenarnya juga termasuk salah satu yang sedikit banyak terinspirasi
oleh Infernal Affairs kendati tak secara terang-terangan mengakuinya dan melakukan
modifikasi di sana-sini sehingga lebih bercita rasa khas Korea Selatan.
Memasang ‘oppa’ Yim Si-wan (A Melody to Remember dan The Attorney) dan Sul
Kyoung-gu (Peppermint Candy, Oasiseu, Cold Eyes, Haeundae, My Dictator) di lini
terdepan, The Merciless yang sempat diputar di sesi Midnight Screening Cannes
Film Festival ke-70 Mei 2017 lalu ini mencoba untuk menyedot perhatian dunia.
Sebuah permainan saling tabok di dalam
penjara membuat bos mafia penyelundup kokain nomor dua di Busan, Jae-ho,
tertarik dengan sosok pemuda bernama Hyun-su yang berani dan punya piawai dalam
berkelahi. Mereka pun bersahabat hingga ketika sekeluarnya dari penjara, Jae-ho
mengangkat Hyun-su menjadi tangan kanan terbarunya. Kehadiran Hyun-su membuat Byung-gab,
tangan kanan Jae-ho yang sudah bersahabat dengannya sejak masa di panti asuhan
sekaligus keponakan bos mafia besar Ko, cemburu dan mulai mengatur siasat untuk
memecah belah keduanya. Namun Hyun-su tak kalah cerdas. Ia juga punya rencana
besar yang bisa semakin memporak-porandakan mafia-mafia Korea Selatan. Adu trik
pun dimulai dan berlangsung silih berganti untuk mengelabui penonton hingga
ending.
Jika Anda familiar dan suka dengan
film-film crime Korea Selatan yang mengedepankan twist mengejutkan di akhir,
seperti misalnya yang paling saya ingat, Montage, maka The Merciless bisa jadi
pilihan tontonan yang menarik untuk disimak. Sejak awal film, struktur plotnya
sudah diacak sedemikian rupa sebagai upaya untuk menghadirkan twist demi twist
di paruh keduanya. Mungkin beberapa twist sudah dengan mudah ditebak, apalagi
jika Anda cukup familiar dengan Infernal Affairs. Namun tunggu dulu, masih ada
twist-twist berikutnya yang membuatnya bak permainan yang kerap menipu. Apapun
bisa terjadi, siapapun bisa berubah, siapa saja bisa berkhianat. Struktur acak
dengan transisi urutan kronologis yang samar mungkin bermanfaat di paruh kedua
ketika penonton sudah menangkap bekal plot yang cukup di paruh pertama.
Penonton akan dibikin semakin penasaran dengan ‘permainan’ yang digulirkan.
Namun di paruh pertama, yaitu ketika ia harus memperkenalkan karakter serta investasi
relasi antar karakter, ia menjadi membingungkan, bahkan di satu titik,
melelahkan. Maka tak heran pula jika hubungan antar karakter, terutama Jae-ho
dan Hyun-su yang sejatinya menjadi fokus utama dan sebenarnya sudah terbangun
dengan baik, punya impact yang kurang maksimal terhadap penonton.
Sementara plot bergulir lewat struktur
yang acak, pecinta kekerasan dan gore akan lebih dimanjakan lewat adegan-adegan
aksi yang agak brutal. Sedikit mengingatkan kita akan film-film crime Quentin
Tarantino ataupun Guy Ritchie, termasuk juga untuk shot-shot khas hasil
sinematografi Cho Hyoung-rae yang banyak terinspirasi film-film aksi Hong Kong
era 80-90’an, termasuk Infernal Affairs
sendiri, ditambah editing Kim Sang-bum yang dinamis, seiring dengan pace sinematografinya.
Setidaknya jika Anda terlalu capek untuk mengikuti strukturnya, menikmati
adegan-adegan aksi yang brutal tapi tergarap stylish bisa menjadi hiburan
tersendiri.
Chemistry Yim Si-wan sebagai Hyun-su, dan Sul
Kyoung-gu sebagai Jae-ho menjadi highlight film. Good thing keduanya
menampilkan performa yang luar biasa dalam menghidupkan peran masing-masing
sekaligus membentuk chemistry bromance yang kuat. Convincing tapi juga kerap
menipu, sesuai dengan konsep film. Hangat tapi tak sampai jatuh menjadi
terkesan kelewat homoerotica. Di lini pendukung Kim Hie-won sebagai Byung-gab
menghadirkan keseimbangan yang cukup baik antara karakter komedik sekaligus
villain berbahaya. Lee Kyoung-young sebagai Boss Ko punya kharisma yang
dibutuhkan sebagai bos mafia besar meski porsinya memang tak terlalu banyak dan
tak sampai menjadi karakter yang memorable. Begitu pula Jeon Hye-jin yang
memerankan kepala polisi Cheon. Kharisma cukup tapi tak punya porsi lebih untuk
menggaet simpati penonton.
Selain sinematografi dan editing yang
stylish, feel film noir diperpekat oleh score music dari Kim Hong-jip dan Lee
Jin-hee yang variatif, terutama nuansa jazzy hingga orkestra ringan yang terdengar
kelam tapi di saat bersamaan juga asyik dalam mengiringi adegan-adegannya.
Bak Infernal Affairs dengan permainan
tipuan berlapis, struktur plot The Merciless mungkin membingungkan atau justru
melelahkan bagi beberapa penonton, tapi bagi penggemar adegan aksi brutal dan stylish, ia masih bisa
menjadi hiburan yang memuaskan. In the end, selain sebagai hiburan stylish, hikayat
persahabatan maupun perang mafia dengan polisi di sini mungkin memang tak
meninggalkan esensi apa-apa. Tak ada pula cukup simpati yang berhasil
ditumbuhkan dalam benak penonton untuk para karakternya. Just enjoy the visual
show.