The Jose State of Mind
Kompetisi Film Lebaran 2016:
Analisis dan Prediksi

Jika Hollywood punya Summer dan Christmas sebagai momen puncak peraihan box office sehingga para studio berlomba-lomba merilis film lini terdepannya, maka di Indonesia punya Hari Raya Idul Fitri alias Lebaran sebagai momen peak season. Tentu saja ini terkait mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, sehingga Idul Fitri dirayakan oleh hampir semua lapisan. Bahkan instansi-instansi non-muslim pun ikut menetapkan hari libur ekstra ketimbang hari raya lain. Maka tiap momen Lebaran menjadi saat yang tepat untuk menghadirkan hiburan-hiburan utama di layar lebar.

Tahun lalu Surga yang Tak Dirindukan (SyTD) berhasil menjadi jawara ‘film Lebaran’ dengan mengumpulkan 1.523.617 penonton berbondong-bondong ke gedung bioskop. Diikuti Comic 8: Casino Kings Part 1 (CK1) yang juga berhasil melewati angka 1 juta penonton (tepatnya 1.211.820 penonton). Sementara pesaing lainnya, Lamaran dan Mencari Hilal harus puas dengan angka 105.073 dan 10.358. Awalnya CK1 memimpin, tapi setelah hampir sebulan, SyTD berhasil menyalip. Kasus ini menarik untuk jadi bahan analisis tersendiri. CK1 punya fanbase sendiri yang cukup kuat dan bisa dipastikan langsung menyerbu bioskop sejak hari pertama, sementara SyTD yang target audience-nya lebih ke ibu-ibu muslimah mustahil nonton menjelang atau hari H Lebaran karena masih sibuk mengurus banyak hal. Setelah hiruk-pikuk Lebaran selesai, barulah mereka menyerbu bioskop dan ternyata tak kalah masif dengan penonton muda. Untung MD Entertainment menangkap kemungkinan ini sehingga terus melakukan promo roadshow hingga sebulan setelah perilisan dan berbuah manis. Jumlah film yang ditayangkan sampai 4 film di saat yang bersamaan sebenarnya terlalu banyak dan mengakibatkan perebutan layar yang ketat, belum lagi harus bersaing dengan layar film asing (baca: Hollywood). Jatah layar tentu punya pengaruh yang besar terhadap perolehan penonton. Maka jumlah penonton di hari-hari pertama sangat penting jika ingin bertahan lama di bioskop.

Tahun ini kita pun disuguhi cukup banyak pilihan film yang rilis (sehari sebelum) momen Lebaran, 5 Juli 2016, yaitu {rudy habibie} (MD Pictures), Koala Kumal (Starvision), ILY from 38.000 Ft (Screenplay Films-Legacy Pictures), Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea (Rapi Films), dan Sabtu bersama Bapak (Max Pictures). Hanya saja MD Entertainment akhirnya memajukan jadwal tayang {rudy habibie} menjadi 30 Juni 2016. Menurut saya, ini adalah langkah cerdas untuk mendulang lebih banyak penonton, tapi karena tetap saja akan melewati ‘hari H’, maka masih sah dianggap berkompetisi sebagai film Lebaran.

Kali ini saya mencoba untuk menganalisis dan memprediksi jumlah penonton dari kelima film Lebaran 2016 dengan berbagai faktor pendukung. Sekali lagi, angka yang saya sebutkan hanya prediksi berdasarkan track record film terkait sebelumnya dan hype yang sudah dibangun di tengah masyarakat sampai saat ini. Mengingat penonton Indonesia seringkali sulit diprediksi, saya hanya bisa berharap angka akhirnya nanti lebih besar daripada prediksi saya untuk semua film. Apalagi minat penonton akan film Indonesia di tahun 2016 ini terbukti membaik dan meningkat, dengan sudah ada 4 judul film yang sudah melewati angka 1 juta penonton, bahkan Ada Apa dengan Cinta 2 dan My Stupid Boss berhasil masuk Indonesian all time box office. Jadi dukungan Anda menonton film-film ini di bioskop sebenarnya lah yang mempengaruhi pendapatan akhirnya nanti.

1. {rudy habibie}

Prediksi : 3-5 juta penonton

Melanjutkan sukses Habibie & Ainun, MD Pictures kembali mengangkat satu periode hidup dari mantan Presiden RI, BJ Habibie, yaitu ketika berkuliah di RWTH Aachen, Jerman Barat. Manoj Punjabi selaku produser pun semakin ambisius dalam menggarap film ini, konon sound mixingnya sampai dilakukan di Amerika Serikat.

Ada banyak faktor yang membuat saya yakin {rudi habibie} tak sulit menarik perhatian 3-5 juta penonton untuk datang ke bioskop, di antaranya:
  • Film sebelumnya, Habibie & Ainun (2012) berhasil mencetak angka 4.529.633 penonton.
  • B.J. Habibie adalah salah satu tokoh inspirasional yang punya banyak sekali pengagum di Indonesia. Kesuksesan Habibie & Ainun sudah menjadi salah satu buktinya. Jika film tersebut lebih memfokuskan pada kisah kesetiaan asmara antara Bapak Habibie dan Ibu Ainun, maka {rudy habibie} menawarkan lebih banyak warna, mulai perjuangan hidup di negara asing, persahabatan, hingga asmara sendiri. Tentu ini menjadi daya tarik tersendiri. Bagi penonton awam sekalipun, angle ini bisa dianggap ‘lebih inspiratif’ daripada film sebelumnya.
  • {rudy habibie} punya tema yang lebih universal, tidak hanya penonton muslim, sehingga punya potensi range penonton yang jauh lebih luas.
  • Reza Rahadian, Chelsea Islan, Pandji Pragiwaksono, Ernest Prakasa, dan tentu saja sutradara/penata skrip Hanung Bramantyo.
  • MD dikenal all-out melakukan promosi, termasuk roadshow keliling seluruh penjuru Nusantara dengan memboyong para cast (bahkan cast yang jadwalnya termasuk sibuk dan jarang bisa ikut promo di filmnya yang lain).

2. Koala Kumal

Prediksi : 1.5-2 juta penonton

Raditya Dika sejak beberapa tahun belakangan adalah sebuah brand kuat tersendiri. Dengan penggemar yang luar biasa banyak (let’s say dari follower twitter saja yang mencapai 13.6 juta follower), tak sulit untuk Dika sekedar mencetak angka 1 juta penonton untuk film-filmnya. Oke, mari kita analisis pendapatan film-film Dika sebelumnya:
  • Kambing Jantan (2009) – Lupakan! Kala itu namanya masih baru dikenal, belum se-booming sekarang.
  • Manusia Setengah Salmon (2013) – 442.631
  • Cinta dalam Kardus (2013) – Penyebab: hype tergolong kecil, promo kurang.
  • Cinta Brontosaurus (2013) – 892.915 – NAIK!
  • Malam Minggu Miko Movie (2014) -  - Analisis penyebab: promo juga kurang, adaptasi dari webseries yang diangkat ke serial TV di Kompas TV yang jaringannya tergolong terbatas.
  • Marmut Merah Jambu (2014) – 640.682 – TURUN! - Analisis penyebab: film kedua Dika dalam setahun, mungkin penonton mulai jenuh, apalagi MMMM tergolong flop. Tapi angka tersebut sebenarnya masih tergolong impresif di masanya.
  • Single (2015) – 1.341.506 – WOW! FILM TERLARIS DIKA! Meski tayang berbarengan dengan Star Wars: The Force Awakens dan tiga film nasional lain yang juga punya potensi besar, Negeri Van Oranje, Bulan Terbelah di Langit Amerika, dan Sunshine Becomes You, Single berhasil memimpin dan membukukan penonton sebanyak itu, tentu sebuah prestasi tak main-main.
Dengan grafik jumlah penonton tersebut, ditambah promo yang proper, momen yang pas, dan minat masyarakat untuk nonton film Indonesia di bioskop yang meningkat, setidaknya Koala Kumal bisa mengundang minimal 1.5 juta penonton atau malah 2 juta penonton.

3. ILY from 38.000 Ft

Prediksi : sekitar 1.5 juta penonton

Screenplay Films yang sebelumnya dikenal sebagai produsen FTV produktif, berhasil membuat kejutan dengan penghasilan Magic Hour (2015) sebanyak 859.705 penonton.  Ini membuktikan aktor-aktris (begitu juga dengan materi cerita) yang diboyongnya dari FTV ke layar lebar punya penggemar yang jumlahnya tak bisa diremehkan. Apalagi kemudian film kedua mereka, London Love Story awal 2016 lalu berhasil melebihi perolehan film sebelumnya, tepatnya 1.124.876. Formula yang tak jauh berbeda, teenage romance (lengkap dengan dialog-dialog cheesy), dengan bintang Dimas Anggara-Michelle Ziudith, dengan latar London. ILY from 38.000 Ft menawarkan formula yang tak jauh berbeda dan lagi-lagi menghadirkan Michelle Ziudith yang kali ini dipasangkan dengan Rizky Nazar.

Kejutan dilakukan Screenplay ketika merilis teaser trailer ILY awal Mei 2016 lalu. Screenplay menggandeng Legacy Pictures yang pernah memproduksi Kapan Kawin dan mendukung Ada Apa dengan Cinta 2. Entah sampai sejauh mana andil Legacy Pictures yang tergolong ‘mendadak’ ini. Yang pasti ini secara tidak langsung ini bisa ‘membantu’ perolehan penonton.

4. Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea

Prediksi : 1.2-1.5 juta penonton

Pengamat film Indonesia beberapa tahun terakhir tentu familiar dengan nama Asma Nadia. Berangkat dari penulis novel-novel best seller yang rata-rata bertemakan Islami dengan kemasan pop, Asma memulai kiprahnya di perfilman Indonesia lewat Emak Ingin Naik Haji (2009) dan Rumah Tanpa Jendela (2011) yang tergolong low hype. Kesuksesannya dimulai ketika Assalamualaikum Beijing (2014) diproduksi dan berhasil menggaet 560.465 penonton. Dengan promo yang lebih gencar di tangan MD, film berikutnya, Surga yang Tak Dirindukan (Lebaran 2015) berhasil membukukan lebih banyak penonton, yaitu 1.523.617 penonton. Tema wanita dalam frame Islam membuat karya-karya Asma digandrungi khususnya remaja putri dan ibu-ibu muslimah yang ternyata jumlahnya tak bisa diremehkan.

Lebaran tahun ini giliran Rapi Films yang mengangkat salah satu novel best seller-nya, Jilbab Traveler (JT). Seperti halnya Assalamualaikum Beijing, JT disutradarai oleh Guntur Soeharjanto, naskahnya ditulis oleh Alim Sudio, dan didukung oleh Morgan Oey. Formula ini tampaknya dianggap mampu menjadi faktor pendukung kesuksesan box office JT. Berikut faktor-faktor lain yang juga bisa jadi daya tarik JT di mata calon penonton:
  • Meski belum ada yang berhasil memastikan apakah menjadi salah satu faktor penting kesuksesan berbagai film (Cinta Pertama, Habibie & Ainun, dan terakhir, My Stupid Boss), nama besar Bunga Citra Lestari (BCL) tentu punya daya tarik tersendiri. Pertama kalinya tampil berjilbab pula.
  • Tema traveling dan setting luar negeri, yaitu Gangwon, Korea Selatan tentu menawarkan keindahan panoramic yang menarik minat cukup banyak calon penonton.

5. Sabtu bersama Bapak

Prediksi : 300-500 ribu penonton

Sabtu bersama Bapak (SbB) diangkat dari novel best seller yang ditulis oleh Adhitya Mulya (penulis novel sekaligus naskah adaptasi Jomblo (2006) dan Test Pack: You are My Baby (2012)) dan disutradarai Monty Tiwa yang dikenal piawai membesut drama menjadi terkesan lebih cerdas. Bercerita tentang seorang bapak yang membuat rekaman pesan untuk diputarkan kepada kedua putranya tiap pekan setelah mengetahui usianya tak lebih dari setahun lagi. Peran sang bapak mempengaruhi hubungan kedua putranya setelah dewasa.

Meski diangkat dari novel best seller, rupanya status ‘best seller’-nya ‘hanya’ di kalangan tertentu, yaitu yang benar-benar gemar membaca novel populer, belum sampai merambah masyarakat biasa yang jarang membeli dan membaca buku. Bagi kalangan pecinta film, SbB sebenarnya punya materi paling menarik dan dengan dukungan nama-nama di belakang layar, seharusnya menjadi karya yang bagus pula (malah mungkin yang terbaik dari kelimanya). Sayang, promosinya bisa dikatakan sangat (di antara kelimanya malah yang paling) minim. Bundling trailer yang ditayangkan sebelum film laris My Stupid Boss rupanya masih belum mampu menaikkan hype di kalangan yang lebih luas dan umum. Semoga saja faktor cast yang terdiri dari Abimana Aryasetya, Ira Wibowo, Acha Septriasa, serta terutama Arifin Putra dan Deva Mahenra bisa menarik lebih banyak penonton.

Dengan persaingan yang teramat sangat ketat dan promo pembangun hype yang demikian rendah, angka 300-500 ribu penonton mungkin bisa dicapai dengan perjuangan yang sedikit berat. Apalagi kemudian melihat track record penghasilan film-film Maxima Pictures (kali ini dengan bendera Max Pictures) beberapa tahun terakhir yang tergolong melemah, kecuali film-film yang diangkat dari materi yang sudah populer duluan serta punya target audience spesifik, seperti 99 Cahaya di Langit Eropa, Assalamualaikum Beijing, dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Semoga saja hype-nya terus meningkat seiring dengan semakin dekat tanggal rilis dan bisa melebihi angka prediksi saya.


Bagaimana menurut Anda? Anda tertarik untuk menyaksikan yang mana saja? Apakah Anda punya prediksi lain? Boleh lho di-share di sini. 

*) semua data jumlah penonton diambil dari filmindonesia.or.id.
Diberdayakan oleh Blogger.