4/5
Crime
Drama
Hindi
Investigation
Mystery
Remake
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Te3n
Sebagai industri film yang paling
produktif di dunia (yes, even compared to Hollywood!), sudah bukan rahasia lagi
bahwa sinema Hindi atau yang lebih kita kenal sebagai Bollywood sering
me-remake film-film dari negara lain, baik secara resmi maupun (terlebih lagi)
yang tak resmi. Korea Selatan yang industri filmnya sedang menanjak tak jarang
menjadi sumbernya. Sebelumnya Bollywood sudah me-remake seperti My Sassy Girl menjadi Ugly Aur Pagli, Oldboy menjadi Zinda, The Chaser menjadi Murder 2, A Bittersweet Life menjadi
Awarapan, Seven Days menjadi Jazbaa,
I Saw the Devil menjadi Ek Villain, dan yang baru saja rilis
bulan lalu, Rocky Handsome yang
merupakan remake dari The Man from
Nowhere. Te3n yang dibintangi
aktor watak, Amitabh Bachchan dan Nawazuddin Siddiqui ini menambah panjang
daftar tersebut karena merupakan remake resmi dari Montage (2013). Disutradarai Ribhu Dasgupta (sebelumnya dikenal
sebagai sutradara mini seri Yudh yang
juga dibintangi Amitabh Bachchan), naskah Te3n
dikerjakan oleh Bijesh Jayarajan (juga dari miniseri Yudh), dibantu Suresh Nair dan Ritesh Shah yang pernah bekerja sama
mengerjakan naskah film-film high profile seperti Aladin, Kahaani, D-Day, dan Airlift. Judul Te3n
sendiri sebenarnya bukan berarti teen dalam bahasa Inggris (=remaja), melainkan
bahasa Hindi yang berarti “tiga”.
Delapan tahun sudah John Biswas,
seorang kakek berusia 70 tahunan, mengunjungi kantor polisi tiap harinya untuk
mengetahui apakah ada perkembangan dari kasus penculikan cucunya yang berakhir
dengan kematian sang cucu, Angela. Tak hanya ke kantor polisi, John juga rajin
berkunjung ke gereja tempat Pastor Martin Das memberikan pelayanan. Pastor
Martin adalah mantan polisi yang dulu menangani kasus Angela. Ia memutuskan
untuk menjadi pastor karena dirundung rasa bersalah di masa lalu. John yang tak
henti-hentinya mencari keadilan untuk sang cucu sampai suatu ketika tak diduga
ia menemukan petunjuk baru yang memungkinkan untuk akhirnya membawanya ke sang
pelaku penculikan.
Sementara itu kepolisian yang
kini dipimpin oleh Inspektur Sarita Sarkar baru saja mendapatkan laporan kasus
penculikan yang mirip dengan kasus penculikan Angela delapan tahun lalu. Untuk
itu Sarita meminta bantuan Pastor Martin untuk memecahkan kasus ini. Meski
awalnya menolak, lama kelamaan ia penasaran juga dan memutuskan untuk membantu.
Misteri siapa pelaku penculikan keduanya pun menjadi semakin pekat sebelum
akhirnya menemukan titik terang.
Mungkin tak banyak yang pernah
menonton Montage (2013). Saya pun
memutuskan untuk menontonnya setelah Te3n.
Saya harus mengakui kekuatan terbesar yang menjadikan Montage sebuah thriller yang remarkable adalah keunikan struktur
cerita yang mampu menipu penontonnya. Ditambah dengan sinematografi dan editing
yang rapi, serta konsep ‘mengejar waktu’, ia berhasil menjadi film thriller
investigatif yang seru dan bikin penasaran. Jika Anda sudah pernah menyaksikan Montage sebelum Te3n, mungkin Anda akan dengan mudah membaca struktur cerita yang
tak jauh berbeda. Namun saya merasa jauh lebih nyaman mengikuti plot Te3n karena menurut saya memang punya
banyak kelebihan dibandingkan Montage.
It’s arguable, tergantung aspek apa yang lebih bisa berhasil bagi Anda atau
sisi apa yang lebih Anda sukai.
Menurut saya, ada banyak kekuatan Te3n dibandingkan Montage. Pertama, karakter sang ibu korban di versi Montage yang diubah menjadi sosok kakek
(diperankan oleh aktor berkharismatik tinggi, Amitabh Bachchan pula!). Jika
karakter ibu, Ha-Kyung terkesan emosional, terutama di momen klimaks, karakter
John justru tampil penuh wibawa, tahu persis apa yang sedang dilakukannya, dan
dengan mudah lebih menarik simpati penonton ketimbang momen yang sama oleh
Ha-Kyung. Kedua, di Te3n, porsi
antara penyelidikan yang dilakukan oleh John dan Martin-Sarita seimbang.
Bandingkan dengan Montage dimana
penyelidikan ynag dilakukan oleh Detektif Cheong-Ho porsinya jauh lebih banyak
dibandingkan porsi penyelidikan Ha-kyung. Ini membuat plot Te3n berjalan lebih
menarik dan bikin penasaran. Memang awalnya dua plot ini terkesan berjalan
sendiri-sendiri dan (mungkin) membuat kecurigaan penonton akan ‘rahasia’-nya
semakin besar. Untung saja bagi saya yang belum menonton Montage sebelumnya, tetap terkecoh oleh ‘permainan’ struktur yang
tetap saja berhasil menipu. Ketiga, karakter Martin yang memutuskan menjadi
seorang pastor pun punya kedalaman lebih, terutama tentang konsep penebusan
(redemption) yang relevan dengan keseluruhan plot, even brought it all much
deeper.
Tak perlu meragukan lagi performa
Amitabh Bachchan. Tak pernah kehilangan kharismanya yang begitu kuat, Amitabh
juga kembali menggerakkan emosi penonton dengan peran yang begitu pas untuknya.
Kepedihan hati seorang kakek yang kehilangan cucu, ditambah rasa bersalah,
namun tetap punya daya yang lebih dari cukup untuk mengungkap kebenaran.
Nawazuddin pun mampu mengimbangi performa Amitabh dengan sangat baik.
Penyesalan, keresahan tentang penebusan, serta kecerdasannya ketika terlibat
mengungkap kasus dimainkan dengan begitu meyakinkan dan natural olehnya.
Sementara Vidya Balan meski harus diakui tujuan utamanya menjadi pemanis di
tengah aktor-aktor watak, tetap saja memberikan performa yang tak kalah kuat
dan serius dibandingkan keduanya. Terakhir, Sabyasachi Chakraborty sebagai
Manohar Sinha dan Padmavati Rao sebagai Nancy (istri John) juga patut
mendapatkan kredit yang tak kalah penting di balik porsi yang lebih sedikit.
Untuk urusan sinematografi dan
editing, secara keseluruhan mungkin Te3n
masih tak serapi Montage, terutama
dalam menyembunyikan twist-nya. Namun dengan aspek-aspek lain yang memperkaya,
bisa dipahami ada kepentingan yang lebih banyak ketimbang sekedar menyajikan
tipuan struktur cerita semata. Untuk itu sinematografi Tushar Kanti Ray dan
editing Gairik Sarkar tetap layak mendapatkan kredit, meski tak bisa dibilang
terlalu istimewa juga. Desain produksi Tanmoy Chakraborty cukup mengesankan,
terutama dalam menghadirkan detail-detail tiap lokasi, termasuk
properti-properti yang mendukung penyelidikan kasus. Terakhir, musik dari
Clinton Cerejo tetap berhasil memperkuat emosi dari tiap adegannya meski bagi
saya tak ada komposisi yang sampai menjadi begitu remarkable.
Pada akhirnya, Te3n (sama seperti kebanyakan film
Hindi) lebih menyentuh emosi penonton lewat berbagai revelation karakternya.
Berbeda dengan Montage yang lebih
fokus untuk membawa penontonnya pada ‘petualangan’ investigasi pengungkapan
misteri. In short, Te3n berhasil
memberikan kedalaman lebih di berbagai aspek, termasuk emosi dengan porsi yang pas, tak sedikit pun
terasa jatuh menjadi melodrama tearjerker, tanpa meninggalkan signatural
‘permainan struktur cerita’ yang menipu khas film aslinya, Montage. It’s totally yours to chose which one to see. To be fair,
jika Anda sama-sama menyukai film thriller investigatif maupun drama keluarga
yang mendalam, saya menyarankan untuk menonton keduanya untuk membandingkan. Bagi
saya sih, dengan alasan paling konyol sekalipun, mending menyaksikan seorang
Vidya Balan beraksi sebagai inspektur polisi daripada om-om Korea paruh baya.
Bukan begitu?