Based on a True Event
black comedy
Comedy
coming of age
Crime
Drama
mature relationship
Personality
Psychological
Romance
Socio-cultural
Teen
The Jose Flash Review
The Jose Retrospective
The Jose Retrospective
The Jose Retrospective
Remembering Anton Yelchin
Tahun 2016 tampaknya bukan tahun
yang begitu bagus untuk dunia entertainment. Baru sampai paruh tahun, sudah
banyak pesohor legenda yang harus menutup usia. Tercatat, kita sudah kehilangan
David Bowie, Alan Rickman, Prince, Muhammad Ali. Terakhir, kita harus
kehilangan aktor muda berdarah Rusia, Anton Viktorovich Yelchin atau yang lebih
kita kenal sebagai Anton Yelchin. Anton ditemukan dalam keadaan tewas 19 Juni
2016 karena terjepit mobil Jeep Grand Cherokee keluran 2015 miliknya sendiri
yang meluncur secara tak sengaja dan akhirnya menghantam pilar kotak surat batu
serta pagar pengaman. Kabar ini mengejutkan banyak pihak mengingat usianya yang
masih sangat muda, yaitu 27 tahun.
Anton semakin menambah panjang
daftar selebriti yang harus menutup usia di usia 27 tahun (atau populer disebut
sebagai The 27 Club) setelah Brian Jones, Jimi Hendrix, Janis Joplin, Jim
Morrison, Kurt Cobain, dan Amy Winehouse. Meski sebenarnya lebih didominasi
oleh musisi, usia 27 tahun tetap menjadi misteri yang menakutkan bagi siapa
saja, terutama para selebriti.
Kasus kematian Anton sendiri
menimbulkan isu yang lebih luas, yaitu kesalahan teknis pada kendaraan Jeep
Grand Cherokee yang konon sudah ditemukan oleh pihak Fiat Chrysler Automobiles (FCA)
sejak Agustus tahun lalu tapi sampai kasus Anton terjadi (yang berarti hampir
setahun kemudian), belum melakukan penarikan produk. Sempat diberitakan ada
tuntutan hukum kepada pihak FCA, pemakaman Anton Yelchin sendiri berlangsung
private pada 24 Juni lalu.
Untuk mengenang Anton Yelchin,
saya mencoba untuk mengumpulkan judul-judul film yang menjadi highlight
sepanjang karirnya. Seperti kita ketahui, Anton Yelchin begitu familiar berkat
reboot Star Trek yang dimulai tahun
2009. Ia juga dikenal memerankan karakter Kyle Reese di Terminator Salvation (2009) dan dua installment live-action The Smurfs sebagai Clumsy. Sebenarnya
karir Anton dimulai dari berbagai TV series populer, seperti ER, Judging
Amy, Taken, The Practice, Without a Trace,
Curb Your Enthusiasm, dan NYPD Blue. Karirnya di layar lebar yang
notable dimulai dari 15 Minutes, Along Came a Spider, dan Hearts in Atlantis (ketiganya rilis
2001) saat ia masih berusia 12 tahun. Namanya juga semakin dikenal lewat drama
arahan Jodie Foster, The Beaver, remake
horor remaja bertemakan vampire, Fright
Night dan film adaptasi novel supernatural yang disutradarai Stephen
Sommers, Odd Thomas. Belum lama ini
kita melihatnya di film thriller Green
Room dan akhir Juli nanti masih ada
Sebelum menyaksikan Star Trek Beyond yang menandai
penampilan terakhirnya di franchise Star
Trek, akhir Juli 2016 nanti, saya mencoba melakukan semacam retrospektif
terhadap lima judul film yang cukup penting dalam karir seorang Anton Yelchin
tapi tergolong tidak begitu sering terdengar di kalangan penonton film Indonesia
umum. Salah satu faktornya adalah tidak tayang di bioskop Indonesia. Siapa tahu
bisa jadi referensi buat Anda yang juga ingin mengenang Anton Yelchin.
House of D (2004)
Bagi seorang David Duchovny
(aktor The X Files), House of D (HoD) tak hanya debutnya sebagai
penulis naskah, sutradara, sekaligus aktor, tapi juga film yang begitu
personal.
Cerita dibuka dengan sosok Tommy
Warshaw, seniman asal Amerika Serikat yang kini tinggal di Paris, berniat
memberikan hadiah kejutan untuk putranya, Odell, yang merayakan ulang tahun
ke-13. Bagi Tommy, usia 13 adalah angka keramat yang menjadi titik balik anak
laki-laki menjadi seorang pria. Kita pun dibawa mundur ketika dirinya masih
berusia 13 tahun. Setelah sang ayah meninggal dunia, Tommy tinggal bersama sang
ibu yang tampak tak bahagia dengan hidupnya. Bersekolah di sekolah khusus
laki-laki karena beasiswa, Tommy tergolong cerdas, terutama dalam bermain
kata-kata. Kendati demikian, Tommy tak punya banyak teman. Sahabatnya justru
adalah seorang petugas kebersihan sekolah yang mengalami keterbelakangan mental
dan dipanggil sebagai Pappass. Bersamanya, Tommy juga bekerja sampingan sebagai
pengantar di toko daging. Dari pekerjaaan inilah Tommy bertemu dengan seorang
gadis pujaan bernama Melissa yang bersekolah di sekolah khusus perempuan. Tommy
juga menjalin persahabatan dengan seorang wanita bernama Bernadette yang
dipanggilnya sebagai Lady. Tommy berkomunikasi dengan Lady lewat dinding
penjara yang tinggi. Satu per satu masalah kemudian mulai terjadi, mulai dari
yang berasal dari sang ibu sendiri, Pappas, dan Melissa, yang memaksa Tommy tumbuh
dewasa sebelum waktunya.
Anton Yelchin di sini berperan
sebagai Tommy remaja yang porsinya paling dominan sepanjang film. Di usia yang
masih 16 tahun, Anton bisa dikatakan begitu bersinar mengisi peran utama.
Naskah bertemakan coming of age yang sebenarnya agak ‘aneh’ (kurang punya
koherensi kuat antara tiap elemen cerita dengan konklusi), menjadi sedikit
tertutupi oleh performance Anton. Belum lagi ditambah performa Almarhum Robin
Williams sebagai Pappas yang meski tak sampai menyentuh hati (lagi-lagi
gara-gara penulisan karakter yang jauh dari kesan solid), tapi masih mampu
menarik perhatian.
Lihat data film ini di IMDb.
Alpha Dog (2006)
Di antara kelima judul yang saya
bahas di sini, bisa jadi Alpha Dog
(AD) ini adalah yang paling populer di telinga Anda. Tentu faktor utamanya
adalah film arahan Nick Cassavetes ini dukungan jajaran aktor populer, seperti
Emile Hirsch, Justin Timberlake, Ben Foster, Olivia Wilde, Amanda Seyfried,
hingga Bruce Willis dan Sharon Stone. Anton Yelchin pun mendapatkan peran yang
juga tak kalah pentingnya.
Berdasarkan kisah nyata dengan
nama-nama karakter yang di-fiksi-kan, AD bercerita tentang kehidupan anak-anak
konglomerat Los Angeles yang masih berusia 20 tahunan tapi coba-coba bermain
gangster. Adalah Johnny Truelove yang menjalankan bisnis narkoba dan menjadi
pusat pergaulan teman-teman yang membutuhkan narkobanya. Sahabatnya adalah
Frankie, anak seorang botanis (dan tentu saja, termasuk marijuana), dengan
‘pengikut-pengikut’ setianya, seperti Tiko ‘TKO’ Martinez, Bobby ‘911’, dan
Elvis. Masalah muncul dari Jake Mazursky yang berhutang banyak pada Johnny.
Bukannya melunasi hutang, Jake yang temperamental justru menyerang Johnny. Tak
terima, Johnny dan teman-temannya mencari cara untuk membalas. Kesempatan itu
datang ketika adik tiri Jake, Zack, berusaha kabur dari rumah karena tak tahan
hidup bersama kedua orang tuanya yang dianggap ‘aneh’. Tanpa perencanaan
matang, mereka menculik Zack yang sedang lewat di jalan. Johnny yang kebingungan
apa yang akan dilakukan kepada Zack, akhirnya memutuskan menyerahkannya untuk
tinggal sementara bersama Frankie. Frankie yang tak ada niatan apa-apa akhirnya
membebaskan Zack. Anehnya, Zack justru ingin hidup ala Frankie dan
teman-temannya yang mengasyikkan. Apalagi Zack bertemu gadis-gadis yang
menganggap dirinya seksi. Sementara itu hilangnya Zack membuat Jake semakin
murka terhadap Johnny dan gengnya. Jake pun makin kebingungan apa yang harus ia
lakukan berikutnya.
Punya premise yang menarik (apalagi
based on true story), AD memang sempat menjadi dark comedy yang cukup
menggelitik. Sayangnya, ada banyak momen dimana ia seolah-olah kebingungan
bagaimana menggerakkan cerita, se-bingung Johnny untuk mengambil tindakan
berikutnya. Sudut pandang cerita dan fokus utama karakter yang seringkali tidak
konsisten, pun mengurangi keasyikan mengikuti ceritanya dan tak ada karakter
yang benar-benar terasa solid. Ketika awalnya cerita berfokus pada sudut
pandang Johnny dan Jake, di pertengahan fokus malah lebih dominan pada karakter
Frankie. Di babak berikutnya berpindah lagi pada Zack.
Sebagai Zack, salah satu karakter
yang diberi spotlight lebih, Anton Yelchin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk
bersinar. Benar saja, dibandingkan karakter yang dimainkan oleh Emile Hirsch,
Justin Timberlake, dan Ben Foster, karakter Zack justru menjadi karakter yang
paling berhasil menarik simpati penonton. Apalagi Zack lah yang menjadi titik
klimaks yang paling penting.
Lihat data film ini di IMDb.
Charlie Bartlett (2007)
Satu lagi tema coming-of-age yang
dibintangi Anton Yelchin. Kali ini di bawah komando sutradara Jon Poll yang
sebenarnya lebih dikenal sebagai editor untuk film-film komedi dan keluarga
seperti Austin Powers: The Spy Who
Shagged Me, Austin Powers in
Goldmember, Dunston Checks In, Meet the Parents, Meet the Fockers, Scary Movie
3, dan The Campaign. Istimewanya,
Charlie Bartlett (CB) ini didukung
pula oleh Robert Downey, Jr., Hope Davis, dan Kat Dennings.
Charlie Bartlett adalah anak
orang kaya yang baru saja dikeluarkan dari sekolah swasta karena kepergok
membuat kartu identitas palsu untuk teman-temannya. Ia tinggal bersama sang ibu
yang lebih membutuhkan ketimbang dibutuhkannya. Charlie tak punya pilihan lain
ketimbang pindah ke sekolah negeri. Penampilan Charlie yang parlente jelas menjadi
sasaran empuk bagi tukang bully di sekolah. Namun Charlie tak kehabisan akal.
Dengan iming-iming bisnis obat-obatan bareng, ia menggandeng si pem-bully,
Murphy Bivens, menggapai popularitasnya di sekolah. Berbekal pengetahuan dari
psikiatris pribadinya, Charlie membuka ‘praktek’ curhat di toilet cowok. Siapa
sangka ‘praktek’-nya ini sangat diminati hampir seluruh siswa SMA Western
Summit, termasuk Susan, putri kepala sekolah Nathan. Tujuan Charlie untuk menjadi populer pun tercapai. Belum
lagi kemudian muncul isu pemasangan CCTV di ruang bebas yang ditentang
habis-habisan oleh para siswa karena dianggap melanggar privasi. Namun niat
baik Charlie berbuntut masalah ketika salah satu ‘pasien’-nya ditemukan
overdosis. Nathan pun akhirnya ambil tindakan dengan memanggil Charlie yang
juga dituduh telah memprovokasi para siswa menentang pemasangan CCTV. Alih-alih
menyelesaikan masalah, terbongkar lah masa lalu Nathan yang mempengaruhi
hubungannya dengan Susan.
Meski bertemakan coming-of-age,
konten-konten ‘dewasa’ CB, terutama penggunaan obat-obatan dan konflik-konflik
serius lainnya, membuatnya lebih cocok menjadi semacam bahan introspeksi untuk
para orang tua untuk memahami anak-anak remajanya, atau juga sebagai ajang
nostalgia masa muda sekaligus self-reminder bagi orang-orang dewasa. Untuk
penonton remaja, mungkin masih bisa menikmati kemasan luarnya yang begitu
youthful, fresh, dan witty, tapi belum bisa memahami isu-isu besarnya sebagai
bahan introspeksi secara utuh.
Memainkan karakter sentral
Charlie Bartlett, jelas Anton Yelchin menjadi spotlight paling terang. Apalagi
karakternya memang ditulis dengan sangat menarik; cerdas, nakal, witty, wise
sekaligus naif. Complicated memang, tapi terbukti Anton berhasil memainkannya
dengan sangat jelas dan manusiawi. Definitely, one of Anton’s best performances
sepanjang karir aktingnya.
Lihat data film ini di IMDb.
Like Crazy (2011)
Ketika beranjak dewasa, tipikal
peran Anton Yelchin yang sebelumnya dominan coming-of-age pun berkembang
menjadi romance yang lebih dewasa. Salah satunya Like Crazy (LC) yang menyandingkannya dengan Felicity Jones dan
Jennifer Lawrence di bawah arahan sutradara/penulis naskah Drake Doremus.
Anna dan Jacob seketika saling
jatuh cinta ketika sama-sama menjadi mahasiswa di sebuah universitas di Los
Angeles. Hubungan tak terpisahkan mereka berlangsung cukup lama sampai suatu
ketika Anna yang berwargakenegaraan Inggris melanggar aturan student visa di
Amerika Serikat. Sebagai ganjarannya, Anna harus segera pulang ke negaranya dan
masuk blacklist sehingga tak bisa kembali mengunjungi Amerika Serikat. Awalnya
LDR mereka tampak lancar-lancar saja, apalagi Jacob masih bisa mengunjungi Anna
di Inggris. Namun lama-kelamaan, seiring dengan waktu dan kesibukan
masing-masing, hubungan pun semakin terasa berjarak. Meski masih saling merindukan,
tak dipungkiri hubungan mereka semakin susah untuk dijalani. Kedatangan Sam di
kehidupan Jacob dan Simon di kehidupan Anna makin menggoyahkan hubungan mereka.
Dengan style storytelling
(terutama dari segi visual) yang khas indie, LC menunjukkan dengan cukup detail
dan nyata terasa betapa susahnya menjalani LDR. Lupakan pola pikir cheesy,
dangkal, dan ababil tentang LDR dan kesetiaan, karena LC menunjukkan kewajaran
kedatangan pihak lain karena faktor ‘kebutuhan’ serta tentu saja yang lebih
penting, ujian hubungan yang sebenarnya, bukan sekedar cinta monyet atas dasar
suka sama suka semata. Bahkan LC memberikan konklusi yang masih mempertanyakan
dasar hubungan masing-masing pihak setelah sebenarnya sudah berhasil bersatu
dan diresmikan di atas kertas. Apakah masih ada chemistry sekuat dulu atau
sekedar sayang dengan semua perjuangan dan pengorbanan yang sudah dilakukan
selama ini. Sebuah drama romantis dewasa yang bisa dijadikan referensi
movie-therapy bagi pasangan yang menjalani hubungan serius.
Jujur, sebenarnya Felicity Jones
mendapatkan porsi karakter yang jauh lebih banyak. Namun bukan berarti Anton
Yelchin kalah kharisma. Karakter Jacob mungkin tak terlalu digali lebih dalam
ketimbang Anna, tapi tetap punya detail perubahan karakter yang jelas serta
ditunjukkan dengan gemilang pula oleh Anton.
Lihat data film ini di IMDb.
5 to 7 (2014)
Semakin matang usia Anton,
semakin dewasa pula pilihan karakter yang ia mainkan dalam film. Salah satunya
drama romantis yang cukup unik karya sutradara/penulis naskah Victor Levin (Win a Date with Tad Hamilton! Dan My Sassy Girl versi Hollywood). Tak
tanggung-tanggung, Anton dipasangkan dengan Bérénice Marlohe yang usianya
sepuluh tahun lebih tua. Ia didukung pula oleh aktor senior macam Frank
Langella dan Glenn Close.
Brian Bloom adalah seorang pemuda
yang nekad hidup sendiri di belantara New York. Hiasan di apartemennya adalah
surat-surat penolakan dari berbagai media besar yang sudah menjadi semacam
wallpaper. Suatu ketika ia tertarik pada seorang wanita yang sedang merokok tak
jauh dari apartemennya. Setelah saling berkenalan, keduanya mulai saling
tertarik hingga diaturlah pertemuan-pertemuan berikutnya dengan wanita Perancis
bernama Arielle ini. Semakin saling kenal, kagetlah Brian ketika mendapati
bahwa Arielle sudah menikah dan bahkan punya dua orang anak. Arielle
menjelaskan konsep hubungan ala Perancis yang membolehkan dirinya menjalin
hubungan dengan pria lain di saat-saat tertentu, begitu juga sang suami, Valery
yang merupakan seorang diplomat Perancis, sementara perkawinan keduanya tetap
terjaga harmonis.
Meski awalnya merasa aneh, Brian
memutuskan untuk menerima syarat-syarat menjalin hubungan dari Arielle. ‘Jatah’
jam pertemuan mereka hanya dari jam lima sampai tujuh sore. Hubungan keduanya
pun makin lama makin mendalam dan serius. Brian bahkan dikenalkan ke Valery dan
kedua anaknya malah akrab dengan Brian. Mendengar hubungan ‘unik’ yang dijalani
putranya, Sam memberi peringatan akan masa depan hubungan mereka. Sementara
Arlene, ibu Brian, justru menghargai perbedaan budaya yang ada dan bahkan akrab
dengan Arielle. Ketika akhirnya berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai
seorang penulis, Brian juga berniat membawa hubungannya dengan Arielle lebih
serius lagi. Arielle yang sudah merasa Brian sebagai sosok pria yang selama ini
diidam-idamkannya pun dihadapkan pada pilihan sulit.
Dengan kehadiran wanita dengan
kharisma sekuat dan seseksi Marlohe, perhatian penonton dengan mudah teralihkan
padanya. Apalagi ia pun memainkan perannya dengan sangat baik dan berhasil
membuat penonton jatuh cinta dengan karakternya. Namun tetap saja karakter
Brian Bloom yang diperankan oleh Anton Yelchin adalah poros cerita yang menjadi
pengundang simpati utama penonton. Konklusi cerita tentang perbedaan antara
hubungan resmi dalam pernikahan dan koneksi perasaan yang saling melengkapi,
menjadi tema besar hubungan dewasa yang begitu bold dan bisa dengan kuat
dirasakan oleh penonton, meski lewat kemasan yang terkesan ringan, manis, dan
seringkali cerdas sekaligus menggelitik. Tentu 5 to 7 dengan mudah masuk menjadi salah satu yang paling
mengesankan dari daftar filmografinya.
Lihat data film ini di IMDb.
Прощай, Антон Ельчин!