5/5
Artistic
Awards winner
Based on a Play
Based on Book
Box Office
Classic
Drama
Musical
Oscar 2013
Socio-cultural
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Les Misérables
Overview
Seberapa sering frekuensi film
musikal singgah di layar bioskop? Apalagi di Indonesia yang penontonnya entah
kenapa masih banyak yang menganggap film musikal sebagai hal konyol dan norak.
Pasti Anda sering mendengar cibiran, “ciih… mau mati aja pake nyanyi-nyanyi
segala…” Saya sebenarnya marah dengan pendapat shallow seperti ini tetapi apa
lacur. Seni teater terutama musikal memang tidak begitu dikembangkan di sini
sehingga tidak begitu akrab dengan masyarakat kita. Kalaupun ada yang masih
survive, sudah terlanjur lekat dengan tontonan kelas menengah ke bawah yang
menganggap nonton film di bioskop sebagai barang mewah. Berbanding terbalik
dengan di Amerika Utara atau negara-negara di Eropa di mana seni teater menjadi
hiburan mewah yang malah dinikmati oleh kalangan atas dan borjuis hingga kini.
Jadi saya sebenarnya agak bingung dengan selera masyarakat kita yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Well, whatever it is, jika Anda open-minded dengan
tontonan musikal atau malah menggemarinya, maka pantang untuk melewatkan sajian
musikal teranyar Hollywood tahun ini.
Les Misérables (LM) sebenarnya bukan karya baru. Novel karangan
Victor Hugo ini sudah ada sejak berabad lalu dan hingga kini udah sering sekali
diangkat dalam berbagai medium. Terakhir yang terkenal adalah versi tahun 1998
yang dibintangi Liam Neeson, Geoffrey Rush, Uma Thurman, dan Claire Danes.
Namun baru 2012 ini versi drama musikalnya diangkat ke layar lebar dengan
bintang-bintang masa kini yang tak kalah berkelasnya; Hugh Jackman, Russell
Crowe, Anne Hathaway, dan Amanda Seyfried. Anda tidak perlu mengenal jalinan
cerita aslinya untuk bisa menikmati versi musikalnya ini. Justru Anda akan
semakin terpukau oleh kisah menyentuh dan menginspirasinya yang dibawakan
dengan performa luar biasa dari para aktornya.
Berbeda dengan kebanyakan drama
musikal yang diangkat ke layar lebar dimana masih ada dialog-dialog yang
dibawakan secara non-musikal, LM menyajikan lebih dari 90% dialognya dalam
bentuk nyanyian. Sekali lagi saya harus memaklumi penonton-penonton yang
berkeluh-kesah seperti yang saya tulis di awal. Teknik aktor yang langsung
menyanyikan nomor-nomor ketika direkam gambarnya memang terasa berbeda dengan
film-film musikal lain yang menggunakan teknik pengambilan gambar dan suara
terpisah. Mungkin bakal terasa kasar dan tidak sesempurna ketika direkam
terpisah lalu disatukan dan diedit. Sebaliknya, justru teknik seperti ini
berhasil merekam emosi yang sangat hidup ketika para aktor membawakan
nomor-nomornya. Apalagi seringkali shot yang digunakan adalah close-up ke wajah
karakter dan juga one-take shot. Oke mungkin tidak one-take shot, tetapi untuk
adegan satu lagu penggunaan variasi angle-nya tak banyak. And for me, it worked
very well.
Durasi yang sekitar dua setengah
jam dan rentang waktu cerita yang juga cukup panjang berhasil diterjemahkan
oleh Tom Hopper (The King’s Speech)
dengan sangat efektif dan pace yang mengalir lancar, seolah ia memboyong
panggung teater ke layar dengan background hidup yang luar biasa. Jika Anda
merasakan kelelahan di tengah-tengah cerita, stay tune. Itu bukan karena alur
ceritanya, tetapi bisa jadi Anda kelelahan menyantap dialog-dialog yang
dilagukan. Apalagi jika Anda belum terbiasa menonton film musikal. Percayalah,
LM punya ending yang sangat menyentuh dan melegakan. I shed happiness tears at
the end.
So Anda tidak boleh melewatkan
kesempatan untuk menyaksikan suguhan film drama musikal terbaik dekade ini di
layar bioskop. Sungguh sebuah pengalaman sinematik luar biasa megah yang jarang bisa Anda
dapatkan, sambil menunggu, syukur-syukur, jika kelak di Indonesia hiburan
teater (khususnya musikal) bisa berkembang dan menyentuh segmen yang lebih
luas.
The Casts
Semua cast mendukung LM dengan
teramat baik dan justru menjadi kekuatan utama film. Terutama sekali yang paling
menonjol tentu saja Anne Hathaway yang meski porsinya tak banyak namun sangat
berhasil mencuri perhatian serta hati saya. I
Dreamed a Dream dan potongan bait di Epilogue
membuat saya merinding berkat olah vokal serta penghayatan emosi yang mengagumkan.
Russell Crowe dan Amanda Seyfried tidak begitu mengejutkan karena masing-masing
sudah punya pengalaman di dunia musik,
Hugh Jackman meski memegang peran
utama dan dinominasikan di Academy Awards, somehow tidak begitu menarik
perhatian saya. Well okay, dia tampil beda dari peran biasanya dan emosinya
keluar dengan sangat baik di berbagai adegan. Ia tampak begitu berusaha keras
untuk bernyanyi dan saya hargai itu, akan tetapi saya tidak bisa bohong bahwa
banyak dari lirik yang ia bawakan tidak begitu jelas nadanya. Forgive me but I
don’t like his musical performance.
Kejutan paling besar terletak
pada pendatang baru Samantha Barks, pemeran Eponine. Dengan paras yang seksi
dan suara yang powerful, saya yakin banyak produser film maupun rekaman yang
akan meliriknya. Kejutan lainnya yang ternyata mampu menyegarkan sehingga tidak
melulu beraura mellow adalah Sacha Baron Cohen dan Helena Bonham Carter. One of
my favorite performances and numbers.
Eddie Redmayne yang sebelumnya
kita kenal sebagai brondong yang menarik perhatian Marilyn Monroe di My Week with Marilyn, ternyata mampu
mengolah vokal dengan sangat baik di balik aktingnya yang sudah above average.
Terakhir, penampilan aktor-aktor kecil, Daniel Huttlestone (Gavroche) dan
Isabelle Allen (Cossette kecil) yang menggemaskan dan juga berhasil menjadi
scene stealer.
Technical
Setting Perancis abad 19
dihidupkan dengan sangat baik dan detail; setting lokasi, kostum, dan make-up.
Meski penampakan bendera Perancis yang tidak sesuai dengan jamannya namun
overall magnificent.
Shot close-up yang memaksimalkan
tampilan akting para aktor untuk membuat penonton merasakan emosi cerita
diseimbangkan dengan longshot yang merekam keindahan latar panoramic,
menghasilkan satu kesatuan yang luar biasa indah.
Terakhir, tak perlu lagi rasanya
saya memuji tata suara dan tata music-nya. The best in years.
The Essence
Les Misérables membawa kita ke masa di mana masyarakat menganut
istilah “once a thief, forever a thief”. Sebenarnya paham seperti ini masih
terus berlaku hingga sekarang, di negara yang menganut sistem hukum yang
(katanya) adil sekalipun. Cap negatif seperti ini yang mungkin lantas membuat
pelaku kejahatan terus mengulangi aksinya. Toh mau sebaik apapun berperilaku,
imagenya tidak bisa berubah.
Karakter Jean Valjean
merepresentasikan kejahatan yang ditebus oleh kebaikan demi kebaikan sepanjang
hidup. Meski masa lalu yang kelam terus menghantui, ketulusannya yang konsisten
membuahkan ketentraman hati.
They who will enjoy this the most
- Classical story fans (especially Victor Hugo)
- Renaissance themed lovers
- Musical drama enthusiasts
Academy Awards 2013 Nominees for :
- Best Achievement in Costume Design
- Best Achievement in Makeup and Hairstyling
- Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Song
- Best Achievement in Production Design
- Best Achievement in Sound Mixing
- Best Motion Picture of the Year
- Best Performance by an Actor in a Leading Role
- Best Performance by an Actress in a Supporting Role