3.5/5
Action
Based on Book
Crime
Drama
Drugs
Gore
The Jose Movie Review
Thriller
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Savages

Oliver Stone adalah salah satu
sutradara paling menjanjikan karya bermutu di Hollywood. Banyak karyanya yang
sudah menjadi karya klasik Hollywood. Sebut saja Platoon, Wall Street, Born on the 4th of July, JFK, Nixon,
Any Given Sunday, dan W.. Tak jarang pula ia gagal, seperti
ketika Alexander yang tak hanya gagal
balik modal ketika diputar di bioskop, namun juga dicaci banyak kritikus. But
Stone is Stone with all of the controversies through his works. Tahun 2012 ia
mencoba mengadaptasi novel Don Winslow berjudul Savages ke layar lebar dengan judul sama.
Untuk sebuah drama tentang perang
gembong narkoba, Savages memiliki
durasi yang kelewat panjang: 141 menit untuk versi unrated, 131 menit untuk
versi teatrikalnya. Apa yang tersaji di sini sebenarnya tidak ada yang baru.
Sekelumit perang dunia narkoba Amerika-Meksiko, intrik yang melibatkan
kekerasan, penculikan, balas dendam, dan perebutan kekuasaan. Klise? Memang.
Tapi Stone membawa segala elemen “klasik” dan terkadang terasa soap opera ini
ke dalam gaya penyutradaraannya, Kekerasan dan darah bertebaran di sana-sini
menjadi komoditas yang cukup menjual.
Yang setidaknya membuat Savages layak untuk diikuti adalah
banyaknya karakter yang memiliki cerita dan pertalian menarik. Misal saja,
rasa-rasanya belum ada istilah untuk menjelaskan hubungan antara ketiga
karakter utamanya : Ophelia-Ben-Chon. Ketiganya digambarkan saling mengisi
keseimbangan. Di sisi lain ada pula penggambaran karakter-karakter tak bahagia,
seperti Lado dan Elena. Belum lagi Dennis, agen FBI korup yang berusaha bekerja
sama dengan berbagai pihak, yang sedang bertikai sekalipun. Kesemuanya terlibat
dalam satu pusaran drama kekerasan yang penuh intrik namun masih sangat mudah
untuk diikuti.
Menjadi istimewa bagi kita, Savages melakukan syuting beberapa
adegannya di Labaun Aji dan pulau yang masih asing di telinga kita namun
rupanya menjadi surga bagi petualang pariwisata berduit, Pulau Moyo. Well,
sumpah alamnya keren banget di layar! Salah satu alasah kenapa Anda harus
menonton karya teranyar Savages ini.
The Casts
Ketiga cast utama, Blake Lively,
Taylor Kitsch, dan Aaron Taylor-Johnson bisa dibilang berhasil membangun
chemistry unik antara ketiganya. Blake yang sekaligus mengisi narasi sepanjang
film tidak buruk namun juga tidak tampil istimewa. Di beberapa adegan justru
karakternya menjadi terasa mengganggu. Namun Taylor Kitsch dan Aaron
Taylor-Johnson masing-masing tampil dengan sangat baik. Bagi Taylor, ini adalah
performa terbaiknya sejauh ini. Peran badass seperti ini sangat cocok dengannya.
Sementara Aaron Taylor-Johnson yang sebelumnya kita kenal sebagai Dave Lizewski
di Kick-Ass juga tak kalah menonjol.
Salma Hayek masih mempesona dan
berkharismatik seperti biasa. Benicio Del Toro juga masih mengisi peran
tipikalnya dengan sama baik seperti sebelum-sebelumnya. John Travolta meski tak
memiliki banyak porsi namun cukup mencuri perhatian dan beruntung versi unrated
memberikannya detail karakter yang lebih.
Technical
Tidak ada kendala pun tak ada
yang terlalu istimewa pula dari segi teknis produksi. Sinematografi, setting,
kostum, visual, maupun sound effect, semuanya biasa saja dan masih pada takaran
yang sesuai.
Saya juga tidak menemukan
pentingnya mengubah tone warna menjadi hitam putih di beberapa adegan. Meski
editingnya bisa dibilang rapi dan cukup dinamis, namun masih tidak bisa
memperbaiki feel twist-endingnya yang… yah gitu deh. Bagi saya sih.
The Essence
In the circle of crime, there
will be no easy and safe getaway, until you’re really really out of the circle
with a hard and uneasy way. Will that make you happy even with all of that
wealth? You can see and learn from each character in Savages.
They who will enjoy this the most
- Action-gore enthusiasts
- Penonton yang menyukai drama penuh intrik ala soap opera
- Oliver Stone’s fans
