The Jose Movie Review
Lo Imposible (The Impossible)

Overview

Seperti layaknya bencana alam besar lainnya, Tsunami yang melanda negara-negara di sekitar Samudra Hindia 2004 silam menyisakan duka dan trauma bagi siapa saja yang menjadi korban. Jika tahun lalu Starvision (Indonesia) sempat mengangkat kisah seorang anak Aceh yang kehilangan keluarganya pasca Tsunami lewat Hafalan Salat Delisa, maka kali ini giliran Spanyol yang mengangkat kisah survival korban Tsunami 2004 dengan latar Thailand. Spanyol? Yess, this was not a mega-budget Hollywood flicks ala Roland Emmerich (thankfully). Disutradarai sineas Juan Antonio Bayona beserta penulis skenario Sergio G. Sánchez yang dikenal lewat horor fenomenal The Orphanage 2007 lalu, konon ini merupakan kisah nyata yang dialami keluarga Belón ketika liburan Natal 2004 silam.
Layaknya film Spanyol kebanyakan yang dirilis secara international, The Impossible mem-push emosi penonton begitu dalam hingga masih mampu menghantui penonton jauh setelah filmnya selesai. Itulah kelebihan sinema Spanyol dibandingkan sinema Eropa lainnya, apalagi Hollywood yang semakin mengabaikan sisi emosional. Tentu saja pendekatan yang demikian memberikan nyawa yang luar biasa dahsyat, tidak hanya sekedar pamer kedigdayaan visual. Bukan berarti The Impossible lack in visual effect juga. Percayalah, visual effect terutama ketika ombak raksasa menggulung daratan sangat realistis dan dahsyat. Didukung sinematografi, akting, serta dukungan teknis lainnya, adegan tersebut tak hanya memanjakan mata namun sangat menghantui. Somehow that Final Destination thrilling moment kerap terasa, terutama semenjak mesin blender mendadak mati. You will never know what will happen next on the screen. Di tengah ombak laut yang menggulung daratan, bisa saja tiba-tiba Anda kejatuhan pohon palm atau dihantam mobil yang hanyut. Once again, you’ll never know and that’s very thrilling.
Namun seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, kekuatan utama The Impossible terletak pada kepiawaian meracik adegan pembangkit segala emosi yang dimiliki manusia : ketakutan, kekhawatiran, kepedihan, dan terutama kebahagiaan, secara seimbang. Tidak terasa cheesy atau terlalu over-mellow yang sekedar menjual penderitaan karakter untuk menarik simpati penonton. Ada beberapa bagian yang mungkin bagi penonton snob terasa “soap opera banget” karena serba kebetulan. But if you really believe in God’s mysterious works, there’s no such thing as coincidence. I do and I’ve been there before many times, even though not in equal scale. Toh, Bayona membuatnya dengan takaran yang pas, tidak terlalu klise ataupun berputar-putar. Ada pula yang pada akhirnya merasa The Impossible hanyalah iklan panjang. Well, I felt it too but if it’s so, it’s a very damn good advertisement. Elegant, relevant, and at the most effective way. If you didn’t feel it, so it’s worked even much better as an advertisement.
Kesemua pemancing emosi tersebut ditampilkan melalui interaksi antar karakter yang intimate : ibu-anak, ayah-anak, suami-istri, dan kakak-adik. Itulah sebabnya saya selalu merekomendasikan film ini untuk ditonton bersama seluruh anggota keluarga. Percayalah, seusai menonton Anda akan semakin sayang dan menghargai eksistensi setiap anggota keluarga Anda.

The Casts

Kekuatan sinematik The Impossible didukung oleh penampilan aktor-aktor yang luar biasa dan merata. Aktris Inggris Naomi Watts jelas mendominasi layar berkat penampilan luar biasanya sebagai Maria, seorang ibu yang tetap memiliki spirit kuat meski dihantam secara fisik dan mental oleh berbagai luka. Lihat saja akting kesakitannya yang bertubi-tubi sehingga membuat saya kerap memalingkan pandangan dari layar, membayangkan rasa sakit yang dirasakannya. Tak salah Academy mengganjarnya nominasi Oscar 2013. Saya pun tak heran jika nantinya memang ia yang berhasil menyabet Oscar tersebut. Pujian berikutnya pantas dilayangkan kepada Tom Holland (Lucas). Porsi peran yang cukup banyak dan memiliki perkembangan karakter yang cukup signifikan berhasil dijalankan dengan sangat baik olehnya. Permainannya di sini bisa disandingkan dengan Christian Bale kecil di Empire of the Sun.
Sementara itu meski terasa kalah menonjol ketimbang Watts dan Holland, Ewan McGregor cukup baik mengisi perannya. Setidaknya di sini ia mempunyai salah satu adegan dramatis yang paling saya ingat dan ia mainkan dengan sangat baik hingga penonton terdiam. Rasanya baru pertama kali saya melihatnya (tampak) sungguh-sungguh menangis di layar.
Jika Anda mudah dibuat gemes oleh tingkah anak-anak, maka Anda akan dengan mudah jatuh cinta pada Samuel Joslin (Thomas) dan Oaklee Pendergast (Simon), atau juga Johan Sundberg (Daniel).
Di lini pemeran pendukung, ada aktris veteran yang terkenal lewat film klasik Dr. Zhivago sekaligus putri komedian legendaris Charile Chaplin, Geraldine Chaplin yang meski hanya kebagian satu scene tetapi menjadi salah satu adegan favorit saya. Tak ketinggalan Sönke Möhring (Karl) yang baik hati meski nasib keluarganya sendiri tidak jelas. Well actually, The Impossible was full of lovable characters who will carry you far far away.

Technical

Tak perlu saya ulang lagi visual effect luar biasanya dalam memvisualisasikan gelombang tsunami. Sinematografi dan editingnya pun berhasil menangkap keindahan setiap momen, bahkan ketika hanya adegan Henry yang berjalan mencari keluarganya.
Pujian terbesar dan terutama harus saya jatuhkan atas sound effect yang tergarap dengan sangat detail dan menjadi faktor utama pembangkit suasana sepanjang film. Seringkali penonton justru diajak berfantasi melalui sound effect yang sangat dahsyat ini. Kualitas sound inilah yang menurut saya membuat The Impossible wajib disaksikan di layar bioskop dengan tata suara terbaik, demi mendapatkan efek emosi maksimal bagi Anda.
Tak ketinggalan score yang menurut saya salah satu score paling brilian dan remarkable yang saya dengarkan tahun ini (baik 2012 maupun 2013 sejauh ini). Siapa sangka komposer Fernando Velázques menyajikan score-score sama beragamnya dengan emosi-emosi yang dibangun oleh Bayona. Dalam satu paket ada score menegangkan ala film-film horor sekaligus tentu saja score pembangkit keharuan penonton. Ada banyak adegan yang kembali terproyeksi dalam memori saya tiap kali mendengarkan alunan score-nya, terutama adegan pertemuan kembali keluarga Bennett yang paling banyak meluluh-lantahkan air mata penonton. Damn, it’s a must-have score album of the year, both 2012 and 2013!

The Essence

Emosi merupakan pondasi yang membuat manusia terasa hidup. Ketakutan, kekhawatiran, kepedihan, kelegaan, kebahagiaan, semuanya menggerakkan manusia menjadi makhluk yang sempurna. Namun ada banyak hal yang membuat manusia lupa bahwa dirinya memiliki emosi, lupa untuk merasa. Melalui sebuah peristiwa tragis, manusia diingatkan akan ke-manusia-annya, tanpa batasan ras, suku bangsa, agama, maupun bahasa.  The Impossible membangkitkan semua emosi yang dimiliki manusia beserta mengingatkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang tercipta dari emosi-emosi tersebut. Empati, harapan yang harus selalu ada, dan kebahagiaan ketika bisa berguna bagi orang lain. Thanks to this wonderful movie for reminding me as a whole mankind.

They who will enjoy this the most

  • Those who started forgetting how to feel
  • You and your whole family members
  • Human being

Academy Awards 2013 Nominees for :

  • Best Performance by an Actress in a Leading Role
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.