5/5
Awards winner
Biography
Disaster
Drama
Europe
Family
Oscar 2013
Psychological
Survival
The Jose Movie Review
Thriller
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Lo Imposible (The Impossible)
Overview
Seperti
layaknya bencana alam besar lainnya, Tsunami yang melanda negara-negara di
sekitar Samudra Hindia 2004 silam menyisakan duka dan trauma bagi siapa saja
yang menjadi korban. Jika tahun lalu Starvision (Indonesia) sempat mengangkat
kisah seorang anak Aceh yang kehilangan keluarganya pasca Tsunami lewat Hafalan
Salat Delisa, maka kali ini giliran Spanyol yang mengangkat kisah survival
korban Tsunami 2004 dengan latar Thailand. Spanyol? Yess, this was not a
mega-budget Hollywood flicks ala Roland Emmerich (thankfully). Disutradarai
sineas Juan Antonio Bayona beserta penulis skenario Sergio G. Sánchez yang
dikenal lewat horor fenomenal The
Orphanage 2007 lalu, konon ini merupakan kisah nyata yang dialami keluarga
Belón ketika liburan Natal 2004 silam.
Layaknya
film Spanyol kebanyakan yang dirilis secara international, The Impossible mem-push emosi penonton begitu dalam hingga masih
mampu menghantui penonton jauh setelah filmnya selesai. Itulah kelebihan sinema
Spanyol dibandingkan sinema Eropa lainnya, apalagi Hollywood yang semakin
mengabaikan sisi emosional. Tentu saja pendekatan yang demikian memberikan
nyawa yang luar biasa dahsyat, tidak hanya sekedar pamer kedigdayaan visual.
Bukan berarti The Impossible lack in
visual effect juga. Percayalah, visual effect terutama ketika ombak raksasa
menggulung daratan sangat realistis dan dahsyat. Didukung sinematografi,
akting, serta dukungan teknis lainnya, adegan tersebut tak hanya memanjakan
mata namun sangat menghantui. Somehow that Final
Destination thrilling moment kerap terasa, terutama semenjak mesin blender
mendadak mati. You will never know what will happen next on the screen. Di
tengah ombak laut yang menggulung daratan, bisa saja tiba-tiba Anda kejatuhan
pohon palm atau dihantam mobil yang hanyut. Once again, you’ll never know and
that’s very thrilling.
Namun
seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, kekuatan utama The Impossible terletak pada kepiawaian meracik adegan pembangkit
segala emosi yang dimiliki manusia : ketakutan, kekhawatiran, kepedihan, dan
terutama kebahagiaan, secara seimbang. Tidak terasa cheesy atau terlalu
over-mellow yang sekedar menjual penderitaan karakter untuk menarik simpati
penonton. Ada beberapa bagian yang mungkin bagi penonton snob terasa “soap
opera banget” karena serba kebetulan. But if you really believe in God’s
mysterious works, there’s no such thing as coincidence. I do and I’ve been
there before many times, even though not in equal scale. Toh, Bayona membuatnya
dengan takaran yang pas, tidak terlalu klise ataupun berputar-putar. Ada pula
yang pada akhirnya merasa The Impossible
hanyalah iklan panjang. Well, I felt it too but if it’s so, it’s a very damn
good advertisement. Elegant, relevant, and at the most effective way. If you
didn’t feel it, so it’s worked even much better as an advertisement.
Kesemua
pemancing emosi tersebut ditampilkan melalui interaksi antar karakter yang
intimate : ibu-anak, ayah-anak, suami-istri, dan kakak-adik. Itulah sebabnya
saya selalu merekomendasikan film ini untuk ditonton bersama seluruh anggota
keluarga. Percayalah, seusai menonton Anda akan semakin sayang dan menghargai
eksistensi setiap anggota keluarga Anda.
The Casts
Kekuatan
sinematik The Impossible didukung
oleh penampilan aktor-aktor yang luar biasa dan merata. Aktris Inggris Naomi
Watts jelas mendominasi layar berkat penampilan luar biasanya sebagai Maria,
seorang ibu yang tetap memiliki spirit kuat meski dihantam secara fisik dan
mental oleh berbagai luka. Lihat saja akting kesakitannya yang bertubi-tubi
sehingga membuat saya kerap memalingkan pandangan dari layar, membayangkan rasa
sakit yang dirasakannya. Tak salah Academy mengganjarnya nominasi Oscar 2013.
Saya pun tak heran jika nantinya memang ia yang berhasil menyabet Oscar
tersebut. Pujian berikutnya pantas dilayangkan kepada Tom Holland (Lucas).
Porsi peran yang cukup banyak dan memiliki perkembangan karakter yang cukup
signifikan berhasil dijalankan dengan sangat baik olehnya. Permainannya di sini
bisa disandingkan dengan Christian Bale kecil di Empire of the Sun.
Sementara
itu meski terasa kalah menonjol ketimbang Watts dan Holland, Ewan McGregor
cukup baik mengisi perannya. Setidaknya di sini ia mempunyai salah satu adegan
dramatis yang paling saya ingat dan ia mainkan dengan sangat baik hingga
penonton terdiam. Rasanya baru pertama kali saya melihatnya (tampak)
sungguh-sungguh menangis di layar.
Jika Anda
mudah dibuat gemes oleh tingkah anak-anak, maka Anda akan dengan mudah jatuh
cinta pada Samuel Joslin (Thomas) dan Oaklee Pendergast (Simon), atau juga
Johan Sundberg (Daniel).
Di lini
pemeran pendukung, ada aktris veteran yang terkenal lewat film klasik Dr. Zhivago sekaligus putri komedian
legendaris Charile Chaplin, Geraldine Chaplin yang meski hanya kebagian satu
scene tetapi menjadi salah satu adegan favorit saya. Tak ketinggalan Sönke
Möhring (Karl) yang baik hati meski nasib keluarganya sendiri tidak jelas. Well
actually, The Impossible was full of
lovable characters who will carry you far far away.
Technical
Tak perlu
saya ulang lagi visual effect luar biasanya dalam memvisualisasikan gelombang
tsunami. Sinematografi dan editingnya pun berhasil menangkap keindahan setiap
momen, bahkan ketika hanya adegan Henry yang berjalan mencari keluarganya.
Pujian
terbesar dan terutama harus saya jatuhkan atas sound effect yang tergarap
dengan sangat detail dan menjadi faktor utama pembangkit suasana sepanjang
film. Seringkali penonton justru diajak berfantasi melalui sound effect yang
sangat dahsyat ini. Kualitas sound inilah yang menurut saya membuat The Impossible wajib disaksikan di layar
bioskop dengan tata suara terbaik, demi mendapatkan efek emosi maksimal bagi
Anda.
Tak
ketinggalan score yang menurut saya salah satu score paling brilian dan
remarkable yang saya dengarkan tahun ini (baik 2012 maupun 2013 sejauh ini).
Siapa sangka komposer Fernando Velázques menyajikan score-score sama beragamnya
dengan emosi-emosi yang dibangun oleh Bayona. Dalam satu paket ada score
menegangkan ala film-film horor sekaligus tentu saja score pembangkit keharuan
penonton. Ada banyak adegan yang kembali terproyeksi dalam memori saya tiap
kali mendengarkan alunan score-nya, terutama adegan pertemuan kembali keluarga
Bennett yang paling banyak meluluh-lantahkan air mata penonton. Damn, it’s a
must-have score album of the year, both 2012 and 2013!
The Essence
Emosi
merupakan pondasi yang membuat manusia terasa hidup. Ketakutan, kekhawatiran,
kepedihan, kelegaan, kebahagiaan, semuanya menggerakkan manusia menjadi makhluk
yang sempurna. Namun ada banyak hal yang membuat manusia lupa bahwa dirinya
memiliki emosi, lupa untuk merasa. Melalui sebuah peristiwa tragis, manusia
diingatkan akan ke-manusia-annya, tanpa batasan ras, suku bangsa, agama, maupun
bahasa. The Impossible membangkitkan semua emosi yang dimiliki manusia
beserta mengingatkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang tercipta dari
emosi-emosi tersebut. Empati, harapan yang harus selalu ada, dan kebahagiaan
ketika bisa berguna bagi orang lain. Thanks to this wonderful movie for
reminding me as a whole mankind.
They who will enjoy this the most
- Those who started forgetting how to feel
- You and your whole family members
- Human being
Academy Awards 2013 Nominees for :
- Best Performance by an Actress in a Leading Role