The Jose Movie Review
Habibie & Ainun

Overview
Tahun 2012 menjadi tahun yang unik bagi perfilman Indonesia. Meski akhirnya The Raid yang “menggemparkan dunia” dirilis dan menuai sukses baik dari segi penghasilan maupun pujian dari berbagai pihak, nyatanya secara keseluruhan penonton film Indonesia terus menurun. Padahal dari segi varian plot dan genre sebenarnya mengalami perkembangan yang cukup baik. Sebelumnya, praktis hanya The Raid yang berhasil meraih lebih dari satu juta penonton di dalam negeri. Kabar baik terhembus di akhir tahun ketika dua film yang dirilis dalam waktu yang berdekatan, saling kejar-mengejar dalam hal pencapaian jumlah penonton, 5cm. dan Habibie dan Ainun. Hingga tulisan ini dibuat, keduanya sudah jauh melewati satu juta penonton dan masih terus bergulir. Luar biasa mengejutkan!

Seperti halnya yang pernah saya tulis di review 5cm., memang keberhasilan dalam meraih jumlah penonton bukan menjadi jaminan kualitas sebuah film. Teori yang sama saya terapkan ketika menyaksikan Habibie dan Ainun (H&A). Melihat dari siapa-siapa saja yang berada di baliknya, saya masih menaruh kepercayaan yang lebih besar secara kualitas. Dan ternyata benar dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, H&A patut diapresiasi lebih.

Skrip H&A diadaptasi dengan sangat baik sehingga terasa efektif dan enak untuk dinikmati. Meski dari titelnya jelas lebih berfokus pada plot perjalanan cinta serta rumah tangga mantan presiden Indonesia ketiga dan mendiang istrinya, skrip masih menyelipkan berbagai sub plot yang menarik dan memberi lebih banyak warna mulai pertengahan hingga akhir film. Terutama sisi kepribadian serta pemikiran-pemikiran B.J. Habibie sendiri. Dari sini penonton diajak untuk melihat keadaan bangsa ini dari kacamata B. J. Habibie. Inspiratif? Mungkin. Menyindir? Tentu saja. Namun skrip menyampaikan semuanya (termasuk kritik-kritik sosial yang sempat terlontarkan melalui beberapa adegan, misalnya tentang keminderan  rakyat Indonesia akan bangsanya sendiri) dengan sangat halus sehingga tidak terasa menohok, justru mungkin malah membuat penonton “tergerak” seiring dengan aura cerita yang semakin memyentuh penonton.

Sebagai sebuah film biografi, tentu sulit untuk menyampaikan berbagai aspek kehidupan seorang tokoh yang beragam agar tetap terasa fokus. Aspek yang bercabang kemana-mana justru membuat rancu arah film itu sendiri. Tim Dapur Film yang diasuh Hanung Bramantyo jelas sudah berpengalaman menangani berbagai film biografi, seperti Sang Pencerah. Untuk H&A ini, tidak banyak perbedaan secara struktur dan gaya penceritaan dengan karya-karya sebelumnya. Tidak sampai kehilangan fokus cerita, namun seringkali masih terasa lompatan-lompatan yang kurang halus dalam beberapa perpindahan rentang waktu adegan. Untung saja secara keseluruhan masih dalam kategori aman dan mampu mengalir nyaman untuk dinikmati.

Yes I know MD masih melakukan tradisi mengganggu-nya dalam peletakan iklan produk. Bukan sesuatu yang sehat untuk bisa terus ditolerir sebenarnya, tetapi tidak adil pula jika vonis buruk harus teralamatkan pada H&A mengingat berbagai upaya serius dalam penggarapannya.

The Casts

Harus diakui salah satu kekuatan utama yang menghidupkan H&A adalah performa akting para aktornya, terutama sekali Reza Rahadian yang berhasil menghidupkan kepribadian B. J. Habibie secara nyata dan persis tanpa harus terasa komikal atau dibuat-buat. Lupakan perbedaan fisik antara Reza dan B. J. Habibie yang asli. Awalnya memang terasa lucu dan aneh terutama bagi kita yang sangat mengenal seperti apa sosok B. J. Habibie yang sebenarnya. Tetapi ikuti saja alurnya maka perlahan Anda akan semakin yakin bahwa yang ada di layar adalah B. J. Habibie sendiri, bukan lagi Reza Rahadian.  A very remarkable performance for Reza Rahadian.

Sementara Bunga Citra Lestari (BCL) setidaknya masih bisa mengimbangi berkat chemistry yang terbangun dengan baik serta meyakinkan dengan Reza. Kasihan juga BCL tidak memiliki pijakan yang pas akan sosok Ainun yang sudah meninggal dan tidak punya banyak rekaman arsip sebagai referensi. Jika BCL masih menjadi tipikal karakter yang selama ini ia perankan, saya masih bisa memaklumi dan tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang minus.

Selain dari dua karakter utama tersebut, tidak ada pemeran pendukung yang tampil lebih menonjol satu sama lain karena memang porsinya yang sangat terbatas. Kalaupun ada, semata karena sosok-sosok terkenal yang mengisi peran-peran cameo, misalnya Tio Pakusadewo yang memerankan Soeharto dan Hanung Bramantyo sebagai seorang calo proyek pembangunan.

Technical

Detail produksi untuk menyesuaikan dengan setting waktu dikerjakan dengan sangat baik, mulai dari setting lokasi, properti, hingga kostum. Baik untuk setting Indonesia maupun Jerman. Tampilan visual effect di tanah bersalju mungkin masih sedikit tampak palsu namun jauh dari kesan murahan.

Yang membuat saya kurang nyaman adalah kehadiran score dan lagu-lagu pengiring yang kurang variatif sesuai setting waktunya. Seandainya misalnya diselipkan lagu-lagu yang populer di era 60-70’an, seperti yang terjadi pada Gie, saya yakin H&A akan terasa jauh lebih hidup dan menarik lagi.

Divisi make-up juga terasa sedikit effortless terutama tampilan Ainun tua. Saya tidak mengharapkan make-up luar biasa layaknya Curious Case of Benjamin Button, tetapi setidaknya bisa lebih meyakinkan ketimbang ala sinetron seperti yang tampak di layar.

The Essence

Behind every great man, there always is a great woman. Sebagai sepasang suami-istri, banyak sekali kejadian yang terasa seolah-olah menghalangi momen-momen kebersamaan. Apalagi sosok B. J. Habibie dengan mimpi-mimpinya untuk bisa membanggakan dan membangun Indonesia. Penyesalan sempat terbersit ketika apa yang diupayakan dan setelah semua pengorbanan yang dilakukan demi bangsa selama ini tidak dihargai dengan pantas. Malahan tuduhan negatif tertuding padanya. Tetapi sadar sebagai cinta sejati yang harus saling mendukung, segala kepentingan, tantangan, serta cobaan dapat terlampaui dengan baik.

They who will enjoy this the most

  • Romance story enthusiasts
  • Biographical film enthusiasts

Diberdayakan oleh Blogger.