3.5/5
Action
Adventure
Blockbuster
Box Office
Buddy
China
Comedy
cop
Friendship
Mafia
Martial Art
Pop-Corn Movie
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Skiptrace [绝地逃亡]
Sebagai salah satu aktor Cina
yang bisa dikatakan berhasil ‘menaklukkan’ Hollywood, wajar jika Jackie Chan
berupaya untuk membuat keduanya bekerja sama dalam memproduksi film. Sebenarnya
Jackie sempat bekerja sama dengan sutradara Renny Harlin yang kita kenal
sebagai sutradara Die Hard 2 – Die Harder
dan Cliffhanger untuk proyek bertitel
Nosebleed yang akhirnya dibatalkan
sama sekali setelah awalnya sempat akan melakukan pengambilan gambar di atap
World Trade Center di pagi serangan 9/11. Untung Jackie saat itu menundanya
karena mendapatkan ide koreografi yang lain. Proyek Skiptrace sendiri awalnya diumumkan tahun 2013 dengan Sam Fell (Flushed Away, The Tale of Despereaux, dan ParaNorman)
di bangku sutradara dan Seann William Scott (Stifler dari franchise American Pie) sebagai ‘sidekick’ Jackie.
Seiring dengan perkembangannya, Scott digantikan oleh salah satu dedengkot Jackass, Johnny Knoxville, dan bangku
sutradara beralih ke Harlin. Perubahan ini menurut saya justru membuat Skiptrace terkesan lebih meyakinkan. I
mean, Scott akan membuat banyak penonton teringat dengan peran serupa di Bulletproof Monk atau The Rundown (and it means it’s not
good). Sedangkan Harlin tentu punya pengalaman (serta prestasi) lebih di genre
action adventure.
Pasca kematian partner terbaiknya,
Bennie Chan, opsir polisi Hong Kong lebih banyak menghabiskan tenaga untuk
membuktikan bahwa konglomerat bernama Victor Wong adalah bos mafia berjuluk The
Matador. Ia pun menjaga putri satu-satu dari sang sahabat, Samantha. Petunjuk
penting muncul ketika terjadi pembunuhan di kasino milik Victor di Macau.
Seorang pria Amerika yang dikenal penipu bernama Connor Watts dituduh sebagai
pembunuhnya. Sebelum sempat tertangkap, Connor malah diculik dibawa ke Rusia
oleh gembong mafia setempat. Maka berangkatlah Bennie ke Rusia untuk menemukan
Connor dan mendapatkan informasi penting terkait Victor. Maka petualangan
love-hate friendship keduanya dimulai dari Rusia ke Hong Kong lewat jalan
darat.
Membaca sinopsis yang demikian
sebenaranya penonton bisa dengan mudah menebak ke mana arah cerita. Well, this
is a Jackie Chan’s movie. That’s not supposed to be the main reason why you see
his, is that? Dengan formula-formula khas Jackie; aksi stunt bela diri dengan
bumbu akrobatik, petualangan lintas negara antara 2 orang yang seru sekaligus
kocak yang membuat keduanya saling mengenal dan akrab, hingga aksi klimaks yang
ditunggu-tunggu, sekaligus membongkar rahasia sosok The Matador sebenarnya, Skiptrace mencoba untuk sekali lagi
menghibur, terutama bagi para fans Jackie Chan. For that purpose, Skiptrace harus saya akui sekali lagi
berhasil menjadi instant entertainment. Seru, lucu, dan punya hearty moment
yang cukup. Harlin terbukti mampu bersinergi dengan ‘energi’ Jackie sehingga
menjadikan adegan-adegan aksi khasnya sangat menghibur di sini. Harus saya
akui, ada beberapa part terutama di babak kedua yang tak banyak berkembang,
terkesan tidak penting, dan sekedar memanfaatkan latar sebagai pemanis yang
cantik, tapi secara keseluruhan tidak sampai mengganggu pace film. Setidaknya,
masih cukup membantu untuk membuat chemistry antara Bennie-Connor menjadi
terasa lebih convincing.
Jackie Chan is still Jackie Chan.
Tak banyak perbedaan karakter yang ia mainkan, tapi energinya sebagai (martial
art) action hero tak sedikit pun pudar di usianya yang sudah kepala enam. Still
gripping and still kickin’ ass. Johnny Knoxville pun menjadi sidekick yang bisa
mengimbangi aksi (dan comedic) Jackie dengan baik. Karakter tipikal, tapi masih
berhasil dimainkan sesuai porsi perannya. Fan Bingbing sebagai Samantha,
seperti biasa, mempesona dengan daya tarik fisik dan keanggunannya, meski
porsinya tergolong sedikit. Eric Tsang, Winston Chao, Michael Wong, dan
Jung-hoon Yeon, dan tentu saja pegulat WWE, Eve Torres, turut mendukung film
menjadi lebih menarik lagi.
Aksi beladiri Jackie yang
fast-pace berhasil di-shot oleh sinematografi Kwok-Hung Chan yang sampai harus
meregang nyawa, tenggelam ketika melakukan pengambilan gambar adegan sampan
untuk film ini. Untungnya, posisi director of photography yang kemudian
diserahkan kepada Chi-Ying Chan tak membawa kendala yang begitu berarti pada
hasil akhirnya. Sambil menikmati aksi bela diri Jackie, penonton juga disuguhi
berbagai panorama dan ‘pameran’ tradisi lokal terutama di Mongolia, Gurun Gobi, dan provinsi-provinsi kecil di daratan Cina.
Editing Derek Hui, Judd H. Maslansky, dan David Moritz makin membuat pace film
terjaga sepanjang durasi, terlepas dari momen-momen tak begitu penting di
pertengahan film yang masih bisa dirangkai sehingga tak sampai mengganggu pace
keseluruhan. Scoring dari Kwong Wing Chan tak terlalu istimewa tapi cukup
mengiringi tiap adegan sesuai dengan tujuannya. Kredit lebih untuk performance
Jackie membawakan Rolling in the Deep
dari Adele dengan ‘tradisi’ Mongolia yang bisa dianggap salah satu momen paling
mengesankan sepanjang film.
Jackie Chan masih punya taji
sebagai action hero Cina, bahkan mungkin masih merajai dan yang paling berhasil
di pasar Amerika Serikat. Meski Skiptrace
masih menyajikan suguhan yang tak jauh berbeda dengan film-film Jackie
sebelumnya, ia masih mampu menjadi instant entertainment yang sangat menghibur, apalagi jika Anda termasuk fans Jackie. Nikmati saja gelaran aksi yang
disajikan tanpa perlu banyak melibatkan otak. I was still having fun.