3.5/5
Adult
Crime
Drama
Friendship
Hollywood
Investigation
Mystery
Remake
Romance
Sex
The Jose Flash Review
Thriller
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Loft
Salah satu genre favorit saya
tapi sudah sangat jarang ada saat ini adalah puzzled murder investigation.
Terakhir kali yang menurut saya paling menarik dan masih saya ingat sampai
sekarang adalah Identity (2003).
Keasikannya tak hanya terletak pada jawaban siapakah pembunuhnya, tapi juga
kelokan-kelokan cerita yang sering memanipulasi jawabannya. Tak jarang juga,
twist ending yang mencengangkan. Tahun 2008 ada satu film Belgia berjudul Loft karya sutradara Erik Van Looy dan
penulis naskah Brat De Bouw, yang konon berhasil menjadi film Belgia yang
paling banyak ditonton sepanjang sejarah sinema mereka, yaitu sebanyak
1.186.072 juta penonton. Kesuksesan ini yang akhirnya diikuti remake versi
Belanda berjudul sama di tahun 2010, disusul Hollywood yang mulai diproduksi
tahun 2011 yang juga disutradarai oleh Erik Van Looy. Entah bagaimana ceritanya baru dirilis di negara asalnya awal 2015
ini. Hasilnya buruk sehingga studio tidak percaya diri dan terus memundurkan jadwalnya? Kebanyakan
kasus penundaan selama itu sih alasannya demikian. Tapi jangan skeptis dulu,
ternyata surprisingly memang menarik.
The Loft versi Hollywood nyatanya sangat persis dengan versi
aslinya (Belgia). Mulai dari susunan adegan yang persis hingga dialog yang
identik, kalau tidak mau dibilang sekedar penerjemahan dari versi aslinya.
Bedanya, versi Belgia punya pace yang sedikit lebih santai (baca: lambat),
sementara versi Hollywood-nya jauh lebih dinamis. Versi Belgia punya
adegan-adegan telanjang yang sedikit lebih frontal daripada versi Hollywood. Serta,
tentu saja, versi Hollywood dibintangi aktor-aktris yang lebih populer, muda,
dan good looking daripada versi Belgia (kecuali, tentu saja, Eric Stonestreet).
Let’s talking about the Hollywood
version, which I watched first before the Belgian and the Dutch’s. Masih
bercerita tentang 5 orang pria beristri yang sepakat berbagi sebuah loft
(semacam apartemen) sebagai tempat untuk berselingkuh. “The right place to do
wrong” berubah menjadi neraka ketika suatu hari ditemukan mayat wanita di atas
ranjang loft mereka.
Sebagai pecinta puzzle murder
investigation, saya sangat menikmati tiap adegan yang disusun oleh The Loft. Ia membawa penonton ke
rollercoaster cerita yang disusun dengan sangat rapi, mulai kasus paling
sederhana yang terlihat di permukaan, hingga satu per satu fakta yang diungkap,
yang mengarahkan penonton untuk menuduh tiap karakter utama, namun kemudian
dipatahkan dengan fakta yang berikutnya. Semuanya ditampilkan dengan mudah
dicerna, tanpa perlu berpikir terlalu keras. Alur yang maju-mundur juga sama
sekali tidak membingungkan penonton untuk mengikuti perkembangan kasusnya,
karena disusun sesuai kebutuhan kontinuitas cerita. Sexual affair, friendship
betrayal, dengan dialog-dialog yang cerdas dan sering terdengar seksis (well,
ini memang dibutuhkan, sesuai dengan gambaran karakter-karakter prianya yang
memang seksis), mewarnai rollercoaster ride ini. I have to say, a very fun and exciting
ride!
Kelima aktor utamanya; Karl
Urban, James Marsden, Wentworth Miller, Eric Stonestreet, dan Matthias
Schoenaerts (satu-satunya aktor versi Belgia yang juga bermain di versi
Hollywood), berhasil mengisi peran masing-masing dengan cukup kuat dan porsi
yang seimbang. Well, Urban, Marsden, dan Miller mungkin terasa lebih menonjol
karena popularitas yang lebih ketimbang Stonestreet dan Schoenaerts, dan juga
peran dalam cerita yang lebih vital, namun kelimanya tampil maksimal sesuai
kebutuhan cerita, meski tak terlalu istimewa juga. Pun juga Isabel Lucas dan
Rachael Taylor yang meski scene presence-nya tak banyak, namun berhasil mencuri
perhatian berkat keindahan fisik, sekaligus kharisma sensualitas yang lebih
dari cukup untuk mewarnai cerita menjadi lebih menarik. Di deretan para istri
karakter utama, jelas Kali Rocha sebagai Mimi, istri Marty, yang paling
menonjol.
Divisi production design dan art
directing patut mendapatkan kredit terbesar di teknis. Terutama sekali desain
loft sebagai set utama yang jauh lebih luxury dan sophisticated ketimbang versi
Belgia. Sinematografi dan editing yang dinamis juga patut mendapatkan kredit
dalam membangun adegan-adegan yang cantik sekaligus dinamis. Sementara tak ada
yang istimewa di divisi tata suara dan scoring, selain cukup dalam membangun
atmosfernya.
In the end, it’s your choice to
see which version you want to see. Tak ada yang benar-benar signifikan berbeda.
Tergantung mana yang lebih cocok dengan Anda, terutama dari segi pace dan
aktor-aktrisnya. Yang pasti jika Anda sudah menyaksikan salah satu versi,
keseruan mengikuti ceritanya bakal hilang atau setidaknya berkurang ketika
menonton versi yang ditonton selanjutnya, mau versi manapun yang ditonton
duluan. Karena yang sedang tayang di bioskop adalah versi Hollywood, maka tak
ada salahnya Anda menikmati versi yang ini. It’s a fun and exciting puzzled
murder investigation we haven’t experienced for quite a long time.
Lihat data film ini di IMDb.