The Jose Flash Review
Merah Putih Memanggil

Kiprah Letnan Jenderal Purnawirawan T.B. Silalahi yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia dan Ketua Dewan  Pertimbangan Presiden Republik Indonesia, di ranah perfilman Indonesia makin mantap. Setelah sukses Toba Dreams di bawah bendera TB Silalahi Center, didirikanlah secara khusus TeBe Silalahi Pictures yang telah memproduksi Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon akhir 2016 silam. Tahun 2017 ini mereka menawarkan produksi terbarunya, Merah Putih Memanggil (MPM) yang sekaligus dianggap sebagai kado dari TNI untuk bangsa Indonesia, bertepatan dengan ulang tahun TNI ke-72 pada 5 Oktober. Bangku penyutradaraan dipercayakan kepada Mirwan Suwarso (Susahnya Jadi Perawan, Golden Goal) dengan menggandeng aktor Maruli Tampubolon (Terjebak Nostalgia, Bukaan 8), Prisia Nasution, Mentari De Marelle, Ariyo Wahab, Restu Sinaga, Happy Salma, dan para prajurit TNI asli.

TNI membentuk Operasi Gabungan yang terdiri dari tim Batalyon Anti Teror Kopassus, TNI AU, TNI AL, Kopaska (Pasukan Katak) dan Batalyon Marinir dalam upaya membebaskan para sandera aksi teroris internasional di sisi Selatan negara tetangga yang berasal dari berbagai negara dalam tempo 2x24 jam. Film membidik aksi TNI AD di bawah pimpinan Kapten Nurman yang terjun langsung menghadapi kelompok teroris dan menyelamatkan para sandera.
MPM memulai film dengan perkenalan singkat dengan para anggota tim TNI AD. Tak terlalu mendalam, tapi lebih dari cukup untuk sekedar menginformasikan latar belakang masing-masing, terutama dari segi agama dalam upaya memberikan warna diversitas. Tanpa banyak basa-basi, tak perlu waktu lama untuk langsung terjun ke medan laga. Penonton pun diajak terlibat langsung ke dalam misi yang dijalankan dengan cukup seru dan menegangkan. Bahkan ia punya momentum-momentum klimaks yang berhasil ‘menggerakkan’ saya. Baik sekedar meringis atau sampai secara spontan mengeluarkan kalimat-kalimat ujaran. Tentu ini berkat insting ketepatan momentum Mirwan selaku sutradara, didukung tata kamera Steve Mason dan Donny Firdaus yang suportif, serta editing yang mempertajam momentum. Memang masih ada beberapa kali pergerakan kamera dan editing yang terasa berjalan kurang beriringan sehingga terasa memusingkan. Untung saja tak terlalu banyak sehingga tidak terlalu mengganggu secara keseluruhan film.
Maruli Tampubolon tampil kharismatik dan meyakinkan sebagai sosok Kapten Nurmantyo. Begitu pula Prisia Nasution yang tak perlu diragukan lagi dalam mengisi peran-peran aksi. Ariyo Wahab dan Restu Sinaga terlihat menarik dalam mengisi peran antagonis. Sempat lebih terasa menggelikan, terutama gara-gara aksen bak Amerika Selatan (saya rasa karakter-karakter fiktif ini mengambil referensi dari sosok Fidel Castro) yang membuatnya terkesan kurang serius. Namun seiring dengan berkembangnya plot, keduanya cukup layak mendapatkan apresiasi dalam menghidupkan peran masing-masing. Mentari De Marelle terlihat makin matang, dewasa, dan tentu saja makin menarik perhatian, meski repetisi dialog yang minim varian sempat mengganggu.
Tak perlu berharap macam-macam dari segi plot, MPM memang lebih membidik adegan-adegan aksi dalam menjalankan misi yang seru dan mendebarkan. Apalagi dengan penggunaan senjata dan kendaraan asli, bukan replika atau CGI, segala yang ditampilkan di sini tampak a real deal. Apalagi dengan dukungan kamera hi-end yang membuat gambar-gambarnya menjadi begitu kaya detail dan tajam. Sound design dan sound mixing pun ditata dengan sangat baik sehingga membuatnya sayang untuk tidak dialami di layar lebar dengan fasilitas mumpuni. Terakhir, yang tak boleh dilupakan adalah wrap-up film dengan adegan dramatis yang dishot dengan begitu bersahaja, lengkap dengan iringan Gugur Bunga yang otomatis menggetarkan emosi. Bak menyaksikan aksi seseru Act of Valor dengan beberapa dramatisasi semenggetarkan Tears of the Sun. Menurut saya, ini pencapaian tersendiri bagi TeBe Silalahi Pictures, baik dari segi teknis maupun dramatisasi. Pun juga layak tercatat sebagai salah satu tonggak penting sejarah perfilman Indonesia. Sangat sayang untuk dilewatkan! 
Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.
Diberdayakan oleh Blogger.