The Jose Flash Review
The Foreigner

Sepak terjang Jackie Chan di perpetaan film internasional terus berlanjut. Tak hanya Hollywood, kali ini ia ‘mencoba peruntungan’ di Inggris. Di bawah bendera Sparkle Roll Media miliknya, bekerja sama dengan dua raksasa perfilman Cina yang telah menancapkan investasi di Hollywood, Huayi Brothers Pictures dan Wanda Pictures, beserta PH non-major Hollywood, STX Entertainment, diproduksilah The Foreigner yang diangkat dari novel karya Stephen Leather, The Chinaman (pertama kali dipublikasikan tahun 1992). Orang-orang di belakangnya bukan sembarangan. Naskah adaptasinya dikerjakan oleh David Marconi (Enemy of the State), sementara bangku penyutradaraan dipercayakan kepada Martin Campbell (GoldenEye, The Mask of Zorro, Casino Royale, dan Edge of Darkness). Mendampingi Jackie Chan, dipilihlah mantan Bond, Pierce Brosnan yang menandai kerjasama kedua dengan Campbell pasca GoldenEye. Didukung Rufus Jones, Charlie Murphy, Rory Fleck Byrne, dan Katie Leung.

Kehidupan damai seorang pria berdarah Cina yang tinggal di London, Quan Ngoc Minh, terusik ketika putri sekaligus keluarga satu-satunya yang tersisa, Fan, tewas dalam sebuah tragedi pemboman. Setelah melakukan riset secukupnya, Quan bertekad menemui Liam Hennessy, seorang pejabat tinggi pemerintahan Inggris yang dipercaya tahu siapa dalang tragedi pemboman tersebut. Tak mendapatkan tanggapan memuaskan, Quan terus melakukan rangkaian teror untuk menunjukkan betapa serius dan berbahaya dirinya. Tersingkaplah masa lalu Quan dan Liam yang sama-sama tak bisa diremehkan begitu saja. 
Menggabungkan tema seorang ayah yang berniat membalas dendam (sudah sering diangkat, mulai Liam Neeson di Taken, Arnold Schwarzenegger di Collateral Damage dan terakhir di Aftermath) dengan isu politis IRA (tentara Republik Irlandia yang ingin memisahkan diri dari Kerajaan Inggris dan menjadi negara sosialis independen), The Foreigner punya materi yang sangat menarik. Terutama dari segi investigatif yang berujung pada pengungkapan tak terduga yang cerdas sekaligus thoughtful tentang tanggung jawab masa lalu. Sayangnya, kedua tema yang diusung ini tak selalu berjalan dengan porsi yang seimbang dan solid. Aksi Quan merongrong kehidupan Liam terasa bak berdiri sendiri, tanpa punya pertalian yang cukup kuat ataupun solid dengan pengungkapan konflik politis yang ada. Andai saja keduanya berjalan beriringan dan terjalin saling suportif, The Foreigner akan menjadi film yang tak hanya menarik disimak, tapi punya bobot lebih. 
Namun jika Anda nonton hanya untuk adegan-adegan aksi, Jackie masih menyuguhkan aksi beladiri dengan koreografi yang kerap membuat penonton terkesima, juga trik strategi yang cerdas dan tak kalah menarik. Pilihan aksinya yang tergolong agak ekstrim mungkin cukup mempengaruhi rasa simpati penonton kepada sosoknya, tapi tetap saja sulit untuk tidak mengundang decak kagum. Mungkin Jackie terlihat terlalu tua dan kelelahan membawakan aksi-aksi tanpa stuntman, tapi tak sedikit pun terasa kehilangan semangat ataupun terlihat dipaksakan. Pun di momen-momen dramatis, penonton dengan mudah dibuat iba pula oleh penampilan Jackie kali ini.
Brosnan masih tampil dengan kharisma penuh sebagai Liam Hennessy. Begitu juga Rory Fleck Byrne sebagai Sean Morrison yang punya daya tarik tersendiri sebagai villain muda kharismatik. Sedikit banyak mengingatkan saya akan performa Aaron Taylor-Johnson. Dukungan Rufus Jones sebagai Ian Wood, Dermot Crowley sebagai Hugh McGrath, Ray Fearon sebagai Richard Bromley, Orla Brady sebagai Mary Hennessy, serta tentu saja Charlie Murphy sebagai Maggie alias Sara McKay, memberikan performa yang lebih dari cukup dalam menghidupkan peran masing-masing.
Sinematografi David Tattersall lebih dari cukup dalam bercerita maupun memperkuat adegan-adegan aksinya menjadi begitu berenergi tanpa meninggalkan kesan elegan. Editing Angela M. Catanzaro pun setidaknya masih mampu menjaga pace keseluruhan film. Bukan murni kesalahannya jika porsi antara kepentingan Quan dan plot politis Liam masih terasa kurang menyatu. Sementara yang paling menarik tentu saja musical score Cliff Martinez. Meski belum sampai menjadi nomor-nomor yang memorable dan unik, bunyi-bunyian elektronik yang dimasukkannya masih memberi warna sekaligus memperkuat feel thrill dari adegan-adegan. 

Bagi penggemar Jackie Chan, The Foreigner tentu pantang untuk dilewatkan. Boleh dibilang salah satu performa ‘serius’ terbaiknya selama ini. Tak hanya sebagai martial art hero, tapi juga dari segi aktor drama. Bisa jauh lebih solid lagi, tapi apa yang dihadirkan di layar sudah lebih dari cukup untuk menghibur sekaligus menarik minat saya untuk tahu lebih banyak tentang IRA. Ini berkat revelasi di ending yang begitu mengusik pemikiran saya.
Lihat data film ini di IMDb.

Diberdayakan oleh Blogger.